Saturday, 23 June 2012

The Moon That Embraces The Sun 5 [IC Version]

The Moon That Embraces the Sun 5
  Pagi hari yang cerah di paviliun Putri Mahkota. Dayang istana sibuk mengajar Yeon Ify bagaimana cara memberi hormat, ia harus membungkuk dengan sangat halus dan perlahan di depan lilin. Tapi Yeon Ify harus menjaga agar nyala lilin tidak bergoyang. Yeon Ify berusaha keras, tapi tetap saja jubah dan wignya yang berat membuat Yeon Ify kesulitan.

***
 PM Rio jalan di depan paviliun Putri Mahkota, ia tersenyum, lalu bicara sendiri, “apa kau tidur nyenyak? Hari ini kau harus mulai latihan..”tiba-tiba terdengar pecahan piring.
Rio kaget, lalu tersenyum geli.

  Di dalam, Yeon Ify belajar jalan dengan seimbang tanpa memecahkan piring di lengannya. Tapi Bin Gung Mama kita sudah memecahkan beberapa piring. Dayang istana menghela nafas dan Yeon Ify tersenyum. PM Rio mengirimkan makanan kecil dan surat untuk Yeon Ify. Membuat Yeon Ify gembira sekali. “Meskipun aku tidak bisa segera pergi menemuimu karena peraturan, aku akan menghargainya dan menunggu hari saat kau menemuiku sebagai Putri Mahkotaku.” Yeon Ify tersenyum membaca surat Rio.

***
 Ibu Suri mengenakan busana hitam-hitam dan menemui Jang Nok Young di Seongsucheong. Ibu Suri tanya semua persiapannya dan seorang tamu yang dibawa untuk saksi prosesi. Ibu Suri memberikan barang-barang Yeon Ify kepada Nok Young. Ada Sheng Chen Ba Zi (8 karakter lahir) dan baju yang ia kenakan selama di istana. Nok Young menerimanya dan memulai prosesi. Ia membakar data-data Yeon Ify lalu melempar-lempar bola api itu sambil membaca mantra-mantra.
Tiba-tiba asap hitam keluar dari ukupan di depan Nok Young. Asap itu naik memenuhi ruangan dan menghantam tubuh Nok Young.

***
 Yeon Ify membaca lagi surat PM Rio, ia tersenyum bahagia. Lalu dengan hati-hati melipat surat itu dan meletakkannya dekat bantal. Yeon Ify meniup lilin lalu tidur. Nok Young mengarahkan asap itu keluar dari Seongsucheong. Asap itu naik menembus atap lalu menuju paviliun Putri Mahkota. Asap itu masuk melewati sela-sela pintu dan memenuhi kamar tidur Yeon Ify. Yeon Ify terbangun dan merasa tidak enak, asap itu mencekik leher Yeon Ify.
Yeon Ify susah payah mencoba melepaskan cekikan tanpa wujud itu. Ia berusaha keluar dan menggapai pintu. Tapi usahanya gagal, Yeon Ify pingsan. Asap hitam itu kemudian terbang meninggalkan Yeon Ify yang pingsan. (Ini seperti teluh, pernah merasa tercekik saat tidur? mungkin ada yang mengirim teluh agar seseorang jatuh sakit.)

Ibu Suri tanya apa sudah selesai. Nok Young mengiyakan, tapi ia tidak punya kuasa untuk membunuh Yeon Ify. Ibu Suri terkejut, “jadi kau membiarkan sumber masalahnya?” Nok Young minta Ibu Suri tidak cemas, karena Yeon Ify akan sakit parah lalu meninggal dengan sendirinya.
Ibu Suri setuju, “itu bagus..kematian mendadak akan menimbulkan kecurigaan orang. Ini jauh lebih baik. Lagipula..Yang Mulia tidak bisa membiarkan orang sakit di dalam istana.” Ibu Suri memberi peringatan, jika Yeon Ify tidak meninggal dalam waktu yang ditentukan, Nok Young harus segera membereskannya.
Ibu Suri meninggalkan tempat itu dan menemukan P. Min Agni berdiri di depannya, ketakutan. Ibu Suri tenang saja, “Oh..astaga, apa kau ketakutan?” Lalu tersenyum, “semuanya sudah berakhir sekarang, kau bisa tenang. Jangan cemas. Sebentar lagi, Putri, kau akan mendapat apa yang kau inginkan.”
Min Agni gemetaran ketakutan. Ibu Suri menimpakan semua rasa bersalah pada Min Agni. Seolah Ibu Suri melakukan ini demi Min Agni.

***
 Paginya, paviliun Yeon Ify gempar. Dayang teriak-teriak karena menemukan Yeon Ify tidak sadar.
“Bin Gung Mama! apa anda bisa mendengar saya? Cepat panggil tabib istana!” Raja langsung mengadakan pertemuan darurat.

 Para menteri tentu saja mendesak Raja mengusir Putri Mahkota keluar istana. Sudah beberapa hari sejak gejala penyakit itu dan tetap belum ada perkembangan. Raja berkata kalau tidak ada penyakit yang bisa sembuh satu atau dua hari, Yeon Ify belum menjalani upacara pernikahan, tapi ia tetap Putri Mahkota. Raja ingin Yeon Ify tetap di istana dan mendapat perawatan tabib istana.
Para Menteri tidak setuju, mereka takut penyakit Yeon Ify menyebar dan menular pada yang lain. Yoon Dae Hyung berkata, “kelak Putri Mahkota akan melahirkan keturunan Raja, tidak baik jika mereka memiliki penyakit keturunan.” Menteri Yoon ingin Yeon Ify diturunkan dari kedudukan sebagai Putri Mahkota, karena sudah menyembunyikan penyakit dan mereka harus memilih calon Putri Mahkota lain.
Yoon juga minta Menteri Heo dan Guru Heo Yeom Cakka yang menyembunyikan penyakitnya harus bertanggung jawab. Tabib istana mendesak Dayang untuk segera menyiapkan Yeon Ify keluar istana. Dayang istana protes, karena belum ada pengumuman. Tapi Tabib istana tidak bisa membiarkan orang sakit di dalam istana. Dayang istana akhirnya minta diberi waktu untuk membuat persiapan.
Tabib istana juga meminta semua barang yang pernah dipakai Yeon Ify dalam istana ini dibakar.

PM Rio jalan dengan gontai ke paviliun Putri Mahkota. Para pengawal menghadangnya.
Rio marah, “Apa kalian tidak mau minggir?!!”
Kasim Hyung Sun hanya menangis sedih.
 “Dia Putri Mahkota-ku, siapa yang berani mengirimnya pulang tanpa ijinku? Minggir!” ucap PM Rio. Pengawal istana tidak beranjak, karena ini membahayakan PM jika mendekat, mereka takut PM tertular penyakit Yeon Ify. Yeon Ify keluar dipapah Perawat istana dan para dayang. Wajahnya pucat pasi. PM Rio menangis melihatnya,
“Yeon Ify-ya..Yeon Ify..Yeon Ify dia Putri Mahkotaku, minggir! Yeon Ify-ya! Minggir!”
Yeon Ify menahan tangis, “Chon Na..”
Yeon Ify segera meninggalkan paviliunnya dan PM Rio teriak-teriak histeris sambil menangis, Yeon Ify-ya Yeon Ify berpaling sekali lagi melihat Rio lalu jalan pergi.
Ibu Suri melihat semua dengan dingin. Menteri Yoon menghadap Ibu Suri dan minta Ibu Suri memperhatikan PM Rio. Karena Putra Mahkota tidak akan diam begitu saja. Ibu Suri minta Yoon tenang, PM Rio belum tahu masalah politik. Yoon tidak yakin, ia tahu PM Rio yang menggerakkan mahasiswa SKK saat itu. “Karena mereka, Yang Mulia juga menjadi kuat.”

***
 Yoon berkata kondisinya sama dengan Sigangwon, semua guru yang diusir dari Sigangwon, berasal dari pihak kita. Satu-satunya yang bertahan di Sigangwon, adalah putra Heo Young Jae.
“ Bukan karena Putra Mahkota tidak mengerti politik, tapi sebelum Joseon menjadi miliknya, ia pura-pura polos sebagai topeng.” Ujar Yoon. Ibu Suri memanggil Rio dan minta Rio melupakan Yeon Ify.
Rio tidak bisa, “ia Putri Mahkota cucu anda, Yang Mulia.”
Ibu Suri memaksanya, “dan jangan melawan kehendak langit.” Rio tidak mengerti. Ibu suri menyalahkan Rio,
“Setelah menggerakkan para pelajar SKK..apa yang kau dapatkan? Kau tidak mendapatkan apapun, ya kan?”
“Jika Yang Mulia dan Putra Mahkota tidak menginginkan Yeon Ify, ia pasti sudah hidup bahagia. Jika ia tidak dipilih sebagai Putri Mahkota, ia tidak akan mengalami kesulitan. Jadi kau lihat, dengan tindakanmu, siapa yang menerima kebahagiaan? Jika anak itu menjadi seperti ini, ini karena kau. Putra Mahkota. Jika sayap kakaknya dipatahkan, itu juga karena kau. Putra Mahkota. Jika Yang Mulia tercemar reputasinya, itu juga karena kau Putra Mahkota. Jika keluarga Penasehat Heo dihukum, itu semua karena kau Putra Mahkota. Itulah mengapa mereka yang sudah mengerti agar tidak melihat orang lain disakiti atau menderita, mereka akan menuruti perintah dan patuh.” Lanjut Ibu Suri.
PM Rio marah, ia mengepalkan tangannya menahan emosi, tapi ia diam saja.

***
 Tabib yang memeriksa Yeon Ify juga heran, ini aneh sekali. Dia sudah praktek selama 30 th tapi belum pernah melihat penyakit seperti ini. Semua tanda vitalnya normal, tapi kondisi tubuhnya semakin memburuk. Tabib akan meresepkan obat, tapi ia juga minta mereka tidak yakin. Ny. Heo marahmarah dan Yeom Cakka minta ibunya tenang.
Ny. Heo menangis dan memohon tabib menyembuhkan putrinya, ia bersedia menukarkan nyawanya jika perlu. Ny. Heo pingsan karena sedih. Yeom Cakka membantu ibunya kembali ke kamar. Tuan Heo jalan keluar untuk menenangkan diri. Jang Nok Young datang menemuinya.
Heo heran, “siapa anda?” Nok Young mengenalkan diri sebagai Guk Mu dari Seongsucheong, Jang Nok Young.
Tuan Heo terkejut, kenapa Peramal Istana bisa pergi ke rumahnya. Nok Young berkata ia dituntun roh dan datang tanpa sepengetahuan orang lain, “Apa saya boleh melihat putri anda?”
Nok young masuk ke kamar Yeon Ify dan berkata kalau Yeon Ify kena penyakit magic.

***
 Menteri Yoon benar-benar gembira, ia minum-minum bersama menteri-menteri lain.
“Siapa yang mengira kalau penyakit itu akan datang sekarang? Langit benar-benar membantu kita.” Mereka ingin membuang Menteri Heo, atau meracuninya. Tapi Yoon tidak setuju, “tenang saja, apa artinya jika kau punya sayap tapi tidak bisa terbang? Itu adalah penyiksaan paling berat.”
Para menteri cemas bagaimana kalau Yeon Ify sehat lagi. Menteri Yoon memastikan kalau Yeon Ify tidak akan bisa kembali ke istana hidup-hidup.

Bo Kyung Shilla yang ada di luar mendengar itu dan ia syok. Bo Kyung Shilla menemui ayahnya dan tanya apa ayah ingin membunuh Yeon Ify.
“Apa kau takut pada ayahmu? Apa kau mengasihani anak itu?” Tanya Yoon. Yoon ingin Bo Kyung Shilla mengerti, ia tidak ingin mendengar sebutan penghinaan lagi. Banyak orang yang berkata kalau Yoon adalah anjing Ibu Suri, karena Ibu Suri-lah, ia mendapat posisi seperti ini. “Aku tidak akan pernah lupa penghinaan dan kemarahan itu, Bukankah kau ingin tinggal di istana? Bukankah kau berkata ingin memenangkan hati Putra Mahkota, ya kan? Maka mulai sekarang, kau tidak boleh punya perasaan kasihan atau bersalah. Ingat kemarahan yang kau rasakan saat sesuatu dicuri darimu. Ingat perasaan bahagia yang kau rasakan kalau mendapatkan apa yang kau inginkan. Jika kau tidak mengerti, maka berhentilah menginginkan posisi itu sekarang.”

***
 Tuan Heo duduk menunggui Yeon Ify dan ingat kata-kata Nok Young. Nok Young menjelaskan kalau ini sihir. “Jika anda tidak bisa menerimanya maka penderitaan nona tidak akan berhenti.”
Tuan Heo yang terpelajar tidak percaya tentang ini. Tidak ada satupun keluarganya yang berbakat seperti itu. (Maksudnya, orang sakit karena dihinggapi roh dan akan punya kekuatan magic)
Nok Young juga tidak tahu kenapa langit memilih Yeon Ify, tapi langit marah karena Yeon Ify menolaknya. Itulah mengapa ia sakit. “Jadi, apa Tuan akan mengijinkannya menerima kekuatan itu?”
Tuan Heo ingin tahu apa ada caranya mengusir kekuatan mistik itu? Nok Young berkata ada satu cara.     “Apa itu?”
“Nona harus mengorbankan hidupnya.” Jawab Nok Young.

***
Para menteri berdiri di depan Daejeon dan mendesak Raja mengganti Putri Mahkota. “Yang Mulia, tolong pilih Putri Mahkota yang baru! Negeri ini perlu dipertahankan, Yang Mulia.”

***
 PM Rio murka, “Yoon Dae Hyung!!” Kasim Hyung Sun berusaha meredakan kemarahan Rio. Rio marah-marah, “Aku akan ke Daejeon, untuk membuat Yang Mulia menarik perintahnya.”
Hyung Sun mencegahnya, “konsekuensinya akan berat sekali Yang Mulia.”
PM Rio kesal, “Apa ada yang bukan anak buah Yoon Dae Hyun di istana ini?”
“Yang Mulia..tolong tenanglah.”  PM Rio putus asa, “Putri Mahkota...dikirim pulang ke rumahnya. Bahkan Guru Heo dilarang masuk istana, hanya karena dia anggota keluarga dari orang sakit. Dan disaat seperti ini..bahkan kak Yang Myung Iel tidak ada di sini. Di istana ini, “aku tidak punya siapa-siapa lagi di sisiku..”
Tiba-tiba PM Rio berhenti bicara..ia ingat satu orang. Kim Chae Alvin latihan pedang dan kemampuannya benar-benar luar biasa. Penjaga lain merasa Chae Alvin bukan manusia, “Dia dewa pedang..dia dewa pedang.” Wajah dan keahlian pedangnya tidak seimbang. “Chae Alvin terlalu tampan untuk jadi pengawal. Mereka merasa seharusnya Alvin bisa mencapai karir tinggi, kalau saja ia bukan dilahirkan dari selir Gubernur.”
PM Rio datang dan semua penjaga terkejut, “Yang Mulia, kenapa anda kesini?
 
PM Rio berkata merasa kesal hari ini, “aku tiba-tiba ingat saat main bola itu dan jadi lebih kesal.”
Rio menunjuk seorang penjaga, “kau! pemain dengan nilai tertinggi waktu itu adalah kau, ya kan?” Penjaga itu (sepertinya anak ini yang sudah menjegal Rio) berkata bukan dia.
Lalu semua menoleh ke arah Chae Alvin dan sepakat berkata, “Kim Chae Alvin.” Rio memerintah Kim Chae Alvin dan penjaga itu untuk ikut dengannya.
 Penjaga lainnya merasa resah, apa mereka akan dipecat gara-gara sepakbola itu? “pendendam sekali..ini kan sudah lama berlalu. Pfft...”tampang Hyung Sun sepertinya iri sama otot si penjaga.. Penjaga itu meringkuk kedinginan tanpa baju di kediaman Putra Mahkota. Kasim Hyung Sun masuk dengan baju kasim, “aku tidak yakin apa ini cocok untukmu, tapi pakai saja dulu.”
Hyung Sun mengancam, “kalau sampai ini diketahui orang lain maka nyawa penjaga itu akan terancam.” Penjaga itu mengerti.
PM Rio menyelinap ke kamar Yeon Ify dengan menyamar menjadi penjaga istana. “Yeon Ify..Yeon Ify..” Yeon Ify membuka matanya, dan mengira kalau itu mimpi. Ia diam saja.
“Yeon Ify.apa kau mengenaliku? tidak apa kalau kau tidak kenal, asalkan aku bisa mengenalimu, itu bagus.” Ujar PM Rio.
“Apa ini nyata? Apa ini bukan mimpi? Apa ini benar-benar anda Chon Na..”
Rio berkata kalau ini nyata dan ia datang menemui Yeon Ify. “apa kau bodoh?” Yeon Ify tersenyum dan juga menangis. Rio mengeluarkan sebuah binyeo (tusuk konde) dan memberikan ke Yeon Ify, bentuknya unik, burung phoenix dengan bulan dikepalanya memeluk matahari.
“Ini bulan yang memeluk matahari. Jika Raja adalah matahari, maka Ratu adalah bulan.”ujar PM Rio. Tusuk konde phoenix. “Putri Mahkota dalam hatiku hanyalah kau, Yeon Ify..jadi cepatlah sembuh dan kembali ke sisiku.”
“Chon Na….”
Rio  berujar, “Katakan.”
Yeon Ify minta maaf, karena saat pertama bertemu PM Rio, ia salah sangka dan mengira Rio pencuri. “Saya tidak sopan dan kasar pada anda. Saya minta maaf.”
Rio sama sekali tidak menyalahkan Yeon Ify. Yeon Ify berkata sangat gembira bertemu Rio dan tersenyum. Rio ingin menangis dan berkata kalau mulai sekarang Yeon Ify akan menjadi sangat bahagia.

***
 Yeom Cakka ada di luar bersama Alvin, ia heran kenapa Alvin mau mengawal PM Rio kesini.
“Melakukan hal berbahaya seperti ini, rasanya bukan kau.” Yeom Cakka cemas, ia takut PM akan mendapatkan masalah.
“Bagaimana mungkin satu orang bisa membuat Yang Mulia dalam bahaya? Merindukan seseorang sampai jatuh sakit itu akan menciptakan bahaya yang lebih besar.” Balas Alvin.
“Apa kau tahu, kalau PM ingin kau menjadi pengawal pribadinya.”
Yeon Ify kita mungkin yang melakukannya. Yeom Cakka memergoki Seol Zahra yang mengintip mereka. Yeom Cakka berkata kalau Seol Zahra menyukai Alvin. Tapi Alvin merasa tidak seperti itu. Yeom yakin, “karena Seol Zahra suka latihan pedang juga dan aku tahu kau mengajarinya.”
PM Rio jalan pulang dikawal Alvin. “Namamu, Kim Chae Alvin ya kan?”
Alvin mengiyakan. PM Rio ingin juga memanggilnya Alvin. Seperti kakaknya dan juga gurunya. “Itu suatu kehormatan, terima kasih Yang Mulia.”
PM Rio berterima kasih pada Alvin karena sudah diantar ke tempat Putri Mahkota dilahirkan dan dibesarkan selama ini. “Aku selalu ingin melihatnya.”
PM Rio menangis, “Putri Mahkota menderita tapi aku tidak bisa melakukan apapun.”
“Chon Na.”
“Aku Putra Mahkota negeri ini..karena aku Putra Mahkota negeri ini..aku sangat tidak berguna.”

***
 P. Yang Myung Iel bertualang sebagai pemburu, ia menyebut dirinya sendiri sebagai Sunjeong Macho. Sampai anakanak bingung. “Apa itu Macho?”
“Kudanya kuda, lambang pria yang penuh dengan keliaran seperti aku.”
”Lalu apa sunjeong macho?”
“Bisa dikatakan seorang pria yang liar tapi polos. Ah ..ini membuatku malu. Sudah aku akhiri sampai disini.”
P. Yang Myung Iel juga ikut pertarungan tinju jalanan. Ia berkata namanya Sunjeong Macho, tapi dikenalkan sebagai Sunjeong Chima (Chima=rok). Yang Myung Iel  protes, “bukan aku Sunjeong Macho.” P. Yang Myung Iel hampir menang, tapi ia teringat Raja dan juga Yeon Ify, akhirnya ia justru dipukuli. P. Yang Myung Iel makan di kedai dan mendengar pembicaraan orang.
Mereka mengeluh tentang kenaikan pajak yang akan masuk ke klan Yoon lagi. “Pasti lebih berat jika Yoon yang jadi Putri Mahkota. Putri Mahkota yang dipaksa keluar karena penyakit sudah tidak sadar selama 2 hari. Dia hanya menunggu kematiannya saja.”
P. Yang Myung Iel terkejut. Dan menyerang pria itu, “Apa maksudmu, Putri Mahkota diganti?”
P. Yang Myung Iel segera memacu kuda kembali ke ibukota.
“Bertahanlah..Yeon Ify..bertahanlah..Yeon Ify.”


***
Tuan Heo meminta Heo Yeom Cakka pergi ke rumah pamannya dulu sementara ini agar tidak tertular penyakit. “Kau putra tertua keluarga ini, dan juga tangan kanan Putra Mahkota.” Yeom Cakka mencemaskan Yeon Ify..tapi ayahnya mendesak.
Yeom Cakka ingin tahu penyakit Yeon Ify, dan akan mencari tahu. Tuan Heo membentaknya, “apa kau lupa kalau kau adalah Guru Yang Mulia?”
Yeom akhirnya mematuhinya. Tapi ia sempat pesan pada Seol Zahra, “karena Yeon Ify tidur, aku tidak ingin membangunkannya, jika Yeon Ify ingin bertemu denganku, tulislah surat.”
Lalu ia sadar, Seol Zahra tidak bisa menulis. “Kalau begitu kirim orang untuk memberitahuku.”
Seol Zahra menangis, “agassi sudah mengajari saya.”
Dia berkata, “hanya jika saya mengetahui kata-kata, maka saya bisa membaca seluruh dunia. Setiap hari ia mengajari saya sedikit demi sedikit.”
Yeom Cakka lega karena ada Seol Zahra di samping Yeon Ify. “Jaga baik-baik Yeon Ify. Aku mengandalkanmu Seol Zahra.” Seol Zahra mengangguk dan menangis. Yeom Cakka menepuk kepalanya. Lalu pergi.
  Tuan Heo memanggil Seol Zahra dan akan mengirim Seol pada pemilik yang baru. Seol Zahra terkejut dan menangis, “Tuan Besar, apa saya telah melakukan kesalahan?”
Tuan Heo berkata bukan seperti itu. Seol Zahra memohon, “saya akan berubah. Tolong jangan jual saya kepada orang lain. Saya tidak akan makan banyak. Biarkan saya tetap disisi Agassi.”
Tuan Heo menghela nafas, “Seol Zahra..”
Seol masih memohon, “saya janji pada Tuan Muda kalau saya akan menjaga agassi dengan baik, jadi jangan..”
Tuan Heo janji, setelah Yeon Ify sembuh, ia akan memanggil Seol Zahra kembali. “Jadi sekarang..kau harus mendengarkan aku.”
 Tapi kondisi Yeon Ify semakin memburuk. Ny. Heo panik saat Yeon Ify batuk seperti tercekik. Ayahnya datang memeluk Yeon Ify dan Yeon Ify batuk darah. Tuan Heo ingat kata-kata Jang Nok Young, “Kalau dia masih hidup, tidak ada cara untuk mengusir roh itu.” Tuan Heo syok,
“apa kau minta aku membunuh putriku sendiri?
 “Hanya ada satu cara ini, mengusir roh itu setelah dia mati.” Jawab Nok Young.

 Tuan Heo menemui Nok Young dan Nok Young memberinya obat untuk meringankan penderitaan Yeon Ify. Tuan Heo tanya, “jika dia minum obat ini, apa akan meringankan penderitaan-nya?”
Nok Young membenarkan.
“Apa ini benar-benar akan mengusir roh itu dan membiarkannya pergi dengan tenang?”
“Saya berjanji.” Ujar Nok Young. Nok Young jalan pergi dan berkata dalam hati, “Tuan Heo, saya benar-benar minta maaf. Saya akan menggunakan hidup saya untuk membayar dosa ini.”

***
 Tuan Heo memasak obat itu sendiri dan istrinya datang, “Suamiku, kenapa tidak memanggilku?”
Ny. Heo ingin memasak obat itu, tapi Tuan Heo memintanya istirahat saja, “serahkan padaku. Aku juga ingin melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan seorang ayah. Paling tidak, menyiapkan obat ini memberiku perasaan aku masih bisa menolongnya.” Yeon Ify berbaring sendirian dan ingat kata-kata Nok Young, “Nona..penyakit anda mematikan”. Yeon Ify bangun dan susah payah berusaha duduk, ia menulis surat untuk Rio : “Yang Mulia Putra Mahkota, saya menggunakan kekuatan terakhir saya menulis surat ini untuk anda.”

***
 PM Rio terbangun di kamarnya dan melihat Yeon Ify duduk di ambang jendela, di sebelah tanaman selada itu.
“Yeon Ify..apa kau sudah sembuh?”
“Yang Mulia, apa anda tahu mengapa saya mengirim pot bunga ini pada anda?”
“Kau sudah mengatakannya padaku.”
“Sebenarnya..ada arti tersembunyinya juga.”
“Arti tersembunyi?”
“Saya berharap Yang Mulia akan penasaran dengan tanaman yang akan tumbuh dan dengan begitu anda akan menulis surat pada saya.”
“Itu artinya, kau selalu menungguku menulis surat padamu? kau ini..seharusnya kau tinggal mengatakannya saja. Aku tidak tahu yang terjadi. Aku selalu merasa kalau kau menghindariku..”
Yeon Ify berujar, “Yang Mulia, saya berharap anda tetap sehat dan bahagia.”
Yeon Ify membungkuk pada Rio. PM Rio terbangun dan duduk, ternyata kamarnya kosong. Itu cuma mimpi.

***
Yeon Ify selesai menulis surat dan menyimpannya di sebuah kotak, lalu merangkak kembali ke tempat tidurnya. Tuan Heo masuk dan memanggilnya, “Yeon Ify..bangunlah, ini waktunya minum obatmu.”
Tuan Heo berkata obatnya masih terlalu panas dan mengipasnya dengan tangan. Tuan Heo menangis. Tuan Heo minta maaf, “Yeon Ify..maafkan ayah. Kalau ayah tahu, aku seharusnya mengijinkanmu belajar kapanpun kau mau. Aku seharusnya membiarkanmu melakukan apapun yang kau suka. Aku selalu berpikir kalau kita masih punya banyak waktu. Aku sangat bodoh selama ini.”
Yeon Ify sepertinya mengerti untuk apa obat itu, ia berkata ingin segera minum obatnya. “Setelah aku minum obat ini, aku tidak akan jatuh sakit lagi.”
Tuan Heo gemetaran, ia membantu Yeon Ify bersandar di lengannya dan membantunya minum obat. “Apa obatnya pahit?”
“Sangat pahit.” Tuan Heo menangis dan memeluk Yeon Ify, “Yeon Ify sayang..ayah akan memelukmu sampai kau tertidur.”
Yeon Ify berkata ia senang karena pelukan Ayah mengingatkan-nya pada kakak. Tuan Heo melihat binyeo phoenix dari Rio, Yeon Ify berkata ingin tidur dengan binyeo itu di tangannya.
“Biarkan aku menyimpannya. Ayah..Ayah, mataku terasa berat, aku ingin tidur sekarang.”
Yeon Ify menutup matanya di pelukan ayahnya. Tuan Heo menangis, “Yeon Ify maafkan ayah..ayah akan segera bersamamu.”
Ny. Heo lari masuk ke dalam dan merangkak ke arah Yeon Ify, membelai wajahnya, memeluk Yeon Ify dan menangis. “Yeon Ify..Yeon Ify..”

***
 Kasim Hyung sun lapor, “Dia pergi seperti tertidur di pelukan Kepala Sarjana. Hari ini, keluarganya akan mengadakan pemakaman sederhana.”
PM Rio syok, ia jalan keluar kamar dengan gemetaran. Ia tersandung, lalu lari. Hyung Sun panik, “Chon Na! Chon Na!”
PM Rio ditahan oleh para penjaga, “Anda tidak boleh pergi, Yang Mulia. Ada perintah dari istana Ratu kalau anda tidak boleh meninggalkan Istana anda hari ini.”
PM Rio marah, “lepaskan! lepaskan aku! Ada yang harus kukatakan pada Putri Mahkota. Masih ada yang harus kukatakan pada Putri Mahkota! Lepaskan!”
Rio menangis putus asa “Yeon Ify..Yeon Ify! Lepaskan aku! Masih ada yang harus kukatakan padanya..Yeon Ify! Yeon Ify!”



****
Source : Kadorama-recaps.blogspot.com
Posted : June 23, 2012
Edited : August 11, 2012

No comments:

Post a Comment