The Moon That
Embraces the Sun 2
***
Payung merah itu terbang melayang
dan mendarat di halaman istana. Pangeran Mahkota Rio bengong melihatnya.
***
Kasim Hyung Sun bersama dayang dan pengawal
ketakutan “Mul....! Mul! Itu Mul Goi! Mul Goi” Mu Goi itu Benda yang dirasuki oleh roh. Kasim Hyung Sun
segera memerintah untuk menyingkirkan payung itu. PM Rio justru berpikir kalau
ini pertanda ia bisa bertemu Yeon Ify lagi.
Yeon Ify mendengar suara dan
mengira seseorang mengirim pembunuh untuk menghukumnya. Yeon Ify jalan ke
tembok dimana Yang Myung Iel duduk tadi
dan menemukan sebuah batu. Batu Penyelesai Masalah. Juga ada surat di bawah
batu dari Yang Myung Iel.
“Apa yang menyusahkanmu sampai kau tidak bisa tidur? Coba bicara pada batu ini dan lihat apa yang terjadi. Batu pemecah masalah ini bisa memecahkan ratusan kecemasan. Dan akan menyingkirkan semua masalahmu. Kau seharusnya bisa tidur sekarang. Ini hadiah dari perjalananku.” Yeon Ify kesal, “dia bepergian lagi? Orang ini, benar-benar.. Apa dia tidak mengerti maksudku?” Sepertinya Yeon Ify sering melarang Yang Myung Iel datang dan pergi semaunya sendiri.
“Apa yang menyusahkanmu sampai kau tidak bisa tidur? Coba bicara pada batu ini dan lihat apa yang terjadi. Batu pemecah masalah ini bisa memecahkan ratusan kecemasan. Dan akan menyingkirkan semua masalahmu. Kau seharusnya bisa tidur sekarang. Ini hadiah dari perjalananku.” Yeon Ify kesal, “dia bepergian lagi? Orang ini, benar-benar.. Apa dia tidak mengerti maksudku?” Sepertinya Yeon Ify sering melarang Yang Myung Iel datang dan pergi semaunya sendiri.
***
Heo Yeom Cakka dan Alvin latihan pedang.
Benar-benar seru. Seol Zahra, pelayan Yeon Ify mengintip mereka. Seol Zahra sepertinya suka sekali dengan latihan
pedang seperti ini. Tapi ia kelihatan cemas. Alvin bisa merasakan kehadiran
Seol Zahra. Alvin dengan mudah mengalahkan Heo Yeom Cakka. Seol Zahra mengeluh, “Kenapa Yeom Cakka kalah.”
Yeom Cakka memuji Alvin, “Kemampuanmu sungguh diatas rata-rata. Aku benar-benar tidak punya bakat bertarung pedang.” Yeom Cakka mengeluh, “aku sudah berlatih beberapa tahun tanpa perkembangan.”
“Apa anda tidak apa-apa, Tuan Muda?”
Yeom Cakka memuji Alvin, “Kemampuanmu sungguh diatas rata-rata. Aku benar-benar tidak punya bakat bertarung pedang.” Yeom Cakka mengeluh, “aku sudah berlatih beberapa tahun tanpa perkembangan.”
“Apa anda tidak apa-apa, Tuan Muda?”
Yeom Cakka tidak
suka kalau Alvin memanggilnya Tuan Muda, “aku sudah bilang beberapa kali kan,
tapi kau tetap melakukannya.” Yeom Cakka heran kenapa P. Yang Myung Iel belum datang.
“Aku sudah merencanakan
pertemuan ini lebih malam, tapi ia masih terlambat.” Alvin melihat P. Yang
Myung Iel melompati tembok. P. Yang Myung Iel memberi tanda untuk diam. Heom
masih berkata kalau sedikit sepi tanpa P. Yang Myung Iel.
“Jika P. Yang Myung disini,
tidak akan pernah ada hari yang tenang, sekarang hanya kita berdua dan rasanya
benar-benar sepi.”
Yang Myung Iel mendekat, “jika aku tahu kalau kau begitu
merindukan aku seperti ini. Aku tidak akan melakukan perjalanan ini.”
Yeom Cakka berteriak,
“Yang Myung-gun!” Yang Myung Iel memeluk Yeom Cakka, “Heo Yeom Cakka sayang!
Selamat untuk kelulusanmu.”
Alvin juga menyapa
P. Yang Myung Iel. Yang Myung Iel langsung merentangkan tangan untuk memeluk Alvin,
Kim Chae Alvin. Tapi Alvin menghindar, membuat Yang Myung Iel memeluk angin. Yang Myung Iel cemberut, tidak
menyenangkan sama sekali.
“Chae Alvin, aku
hanya akan memberimu ucapan selamat setengah saja.” Ucap Yang Myung Iel.
“Apa perjalanan
anda menyenangkan?” Tanya Yeom Cakka.
“Lebih dari
menyenangkan.” Ia merangkul kedua temannya, “hanya untuk kalian, temanku. Aku
punya oleh-oleh makanan enak.”
Ketiganya jalan masuk untuk ngobrol. P. Yang Myung Iel, Yeom Cakka dan Alvin minum
bersama. Yeom Cakka langsung komen kalau P. Yang Myung Iel tidak datang tepat
waktu. P. Yang Myung Iel berkata ia harus menemui orang yang ia sayangi, jadi
ia terlambat. “Maafkan aku,”
Yang Myung Iel bercanda
dan meraih tangan Yeom Cakka, “Aku punya seseorang yang lebih kusayang daripada
kau.” Yeom Cakka heran, ia mengira Yang Myung Iel punya kekasih. Kenapa ia tidak pernah
mendengarnya.
“Anda tidak memanjat tembok lagi, kan?” P.
Yang Myung Iel menyangkal, “mana mungkin, aku ini keturunan Raja. Bagaimana aku
bisa memanjat tembok menemui seorang wanita? Lagipula dia adikmu. Bagaimana aku
bisa?”
“Meskipun adik
saya masih muda, pria dan wanita tetap berbeda. Waktu itu, saat anda
menemuinya, bukankah anda dimarahi habis-habisan? Sudah dimarahi seperti itu,
bagaimana anda berani menemuinya lagi?” ujar Yeom Cakka.
P. Yang Myung Iel memotongnya, “aku tahu. Aku tahu. Aku mengerti
dengan baik, jadi jangan membicarakan ini lagi.” P. Yang Myung Iel mengeluh,
kenapa ia tidak boleh bertemu Yeon Ify. Agar ia tidak kena marah atau jadi
malu. Setiap kali ia menyebut tentang Yeon Ify, ekspresi wajah Yeom Cakka pasti
jadi galak. Alvin geli dan tersenyum tipis.
P. Yang Myung Iel melihatnya dan langsung komen, “apa kau
tadi tersenyum?” Yang Myung Iel bangga karena bisa membuat Alvin tersenyum.
Balok es ini tahu bagaimana caranya tersenyum. Ini fenomena yang hanya kau
lihat sekali seumur hidup. Yeom Cakka tetap memperingatkan P. Yang Myung Iel agar
tidak memanjat tembok lagi dan berkeliaran, kalau tidak, ia tidak akan diam
saja. P. Yang Myung Iel mengerti itu.
P. Yang Myung Iel memberikan
oleh-oleh pada kedua temannya. “Ini jimat yang memberikan keberuntungan pada
kalian di masa depan. Namanya batu ajaib. Apa kalian pernah mendengarnya?” P.
Yang Myung berkata kalau batu ini bagaikan dirinya, “kalian harus membawanya
terus”.
“Ini sedikit berat
untuk dibawa-bawa.” Ujar Alvin.
“Benarkah? Kalau batu no. 2 terlalu berat, aku akan ganti
dengan batu no. 4.” Ia menukar batu Alvin dengan batu yang lebih kecil. “Kelak,
kalian akan menjadi anak buah Putra Mahkota.” Kata-kata ini membuat Cakka dan
Alvin meletakkan batu mereka dan tampak murung.
P. Yang Myung Iel heran, “Ada apa ini? Ayo, ayo, jika
kalian sudah mendapatkan posisi, kita tidak akan bisa minum bersama seperti ini
lagi. Malam ini, kita tidak akan pulang sebelum kita mabuk.” P. Yang Myung Iel mencairkan
suasana dan mengajak rekan-rekannya minum.
***
Raja Seong Jo menerima laporan dari para
menteri, “Apa ini Sam Mang itu?” Sam Mang = 3 Nama yang direkomendasikan dan
Raja harus memilih satu nama. Para menteri membenarkan. “Mereka semua telah
dipilih dari Sigangwon setelah berdiskusi dan mereka adalah calon paling bagus.”
***
Putra Mahkota sedang berpakaian dibantu para
dayang. Kasim Hyung Sun masuk dengan sebuah daftar. “Saya telah mendapatkan
pejabat junior yang ditunjuk sebagai calon penasehat.” PM Rio ingin tahu siapa
yang dipilih. Kasim Hyung Sun tidak tahu, “tapi meskipun demikian, saya telah
melalui banyak kesulitan untuk mendapatkan daftar nama ini.” PM Rio sudah tahu
siapa mereka tanpa harus membacanya,
“Yun Si Won, Choe Byung Hun,
Choe Chi Su.”
Kasim Hyung Sun heran, “anda sudah mengetahuinya?”
“ Kau menganggap ini sebagai
informasi? Sepertinya Nenek-ku berusaha keras. Tidak, mungkin yang berusaha
keras adalah Yoon Dae Hyung.” PM Rio ingin tahu apa lagi yang ditemukan Kasim
Hyung Sun. Kasim berkata kalau mulai hari ini, ada orang baru yang ditunjuk
sebagai guru. PM Rio tidak peduli siapa orangnya, “semua sama saja. 8 atau 9
dari 10 orang adalah bodoh dan hanya kesini demi kekuasaan.”
Kasim Hyung Sun ketakutan, “anda tidak bermaksud kalau
anda akan membuatnya kehilangan posisi lagi.”
“Aku belum bisa ikut terjun
dalam dunia politik, jadi aku bisa apa?” PM Rio nyengir, “aku hanya punya satu
pilihan. Biarkan mereka melihat betapa sulitnya ini.”
Kasim tampak cemas, “Yang Mulia.”
“Kita tunggu saja
berapa lama guru baru ini akan bertahan.”
PM Rio jalan keluar diiringi Kasim. Ia menuju ruang
belajarnya. Para dayang berdiri menghormat dan mengagumi PM Rio. Mereka
bergosip berapa lama guru baru ini akan bertahan. Salah seorang dayang berkata,
“dalam sebulan, ia akan mengundurkan diri dari posisinya dan tidak terpilih.”
Ia bahkan mempertaruhkan perhiasannya.
Tidak lama, Heo Yeom Cakka jalan melewati
mereka. Para dayang terkesima dengan penampilan Heo Yeom Cakka. Mereka hampir
pingsan melihat ketampanan dan sinar yang memancar dari Heo Yeom Cakka. Yeom
Cakka memasuki ruang belajar PM Rio. PM Rio sibuk sendiri dan tidak mempedulikan
Cakka.
Kasim Hyung Sun berujar, “Yang Mulia. Guru sudah tiba.”
Yeom Cakka mengenalkan diri dengan sopan, “saya
diperintah mengambil alih posisi guru literatur. Saya Heo Yeom Cakka.”
PM Rio masih cuek. Lalu ia mengangkat wajah melihat Yeom
Cakka. Wajah Heo Yeom Cakka memancarkan
sinar berkilauan. Putra Mahkota Rio terpana melihatnya. Mulutnya sampai terbuka
lebar.
***
Ny. Heo dan Yeon Ify menyulam bersama. Ny. Heo
berkata kalau Yeom Cakka bertemu Putra Mahkota untuk pertama kalinya.
Yeon Ify terkejut, “kakak pergi ke Sigangwon? Lalu, apa
kakak akan menjadi guru Putra Mahkota?” Ibunya membenarkan, “karena kakakmu
sudah menjadi Sarjana Sigangwon, itu wajar saja.”
Yeon Ify bingung, jarinya tertusuk jarum dan Ny. Heo
merasa cemas, “Yeon Ify..apa kau terluka?”
“Tidak apa-apa, pikiran saya ada di tempat
lain sekarang.”
Ny. Heo mengeluh, “anak ini..apa yang kau pikirkan? Kau
bisa membaca buku-buku sulit itu dengan cepat, tapi kau tidak bisa
menyelesaikan sulamanmu.”
Yeon Ify bicara sendiri, “Apa mungkin ia tahu kalau aku
adalah adik kakak?”
Ny. Heo heran, “kau bicara apa?”
Yeon Ify cepat-cepat menjawab, “bukan apa-apa.” Yeon Ify
ingat saat bersama Rio, kalau Yeon Ify datang melihat kakaknya mendapat gelar
sarjana literatur terbaik.
***
Kasim Hyung Sun minta Putra Mahkota Rio memberi salam pada gurunya. Tapi PM Rio
tidak menggubrisnya, ia tampak terkejut sekali. PM Rio ingin tahu berapa usia Yeom
Cakka.
“Saya lulus Jihak dalam 2 th.” (Jihak = Ditempuh saat
usia 15th)
PM Rio syok, “jadi...kau baru 17 th?” Yeom Cakka membenarkan.
“Dengan usia semuda ini, sepertinya orang yang
mendukungmu memiliki kekuasaan besar.”
***
Ibu Suri marah saat tahu Heo Yeom Cakka yang
dipilih menjadi guru PM Rio. Ia tidak percaya karena Yoon Dae Hyung membiarkan
anak itu duduk disana mengajar PM Rio.
Dae Bi Yoon clan/ Ibu Suri berkata, “Apa kau tidak sadar
betapa pentingnya posisi itu? Atau kata-kataku hanya berlalu saja di telingamu?”
Dae Hyung menenangkan Ibu Suri, “Heo
Yeom Cakka tidak akan sanggup mengendalikan PM Rio. Ia akan mundur dengan
sendirinya.”
Ibu Suri tetap ingin tahu siapa Heo Yeom Cakka. Dae Hyung
menjelaskan kalau Heo Yeom Cakka adalah putra Penasehat khusus yang dipercaya
Raja, Kepala Sarjana.
“Apa kau tidak mengerti rencana
Yang Mulia? Yang Mulia telah mulai membentuk kekuatannya. Raja Seong Jo punya
rencana, selain membuat Yeom sebagai pelayan PM, ia juga ingin Yeom menjadi
guru dan teman PM Rio.
***
PM Rio marah-marah, “17 th! Baru 17 th?
Bagaimana Abamama bisa mengirim anak itu?”
Kasim Hyung Sun masuk, “Yang Mulia, saya mendapatkan
informasi lagi mengenai Heo Yeom Cakka. Dia adalah sarjana literatur terbaik
tahun ini.”
PM Rio tetap kesal, “lupakan saja! Apa informasimu pernah
akurat?”
Kasim Hyung meyakinkan, “kali ini benar-benar tepat.”
Kasim mulai mengoceh, “Saat ia masih menjadi pelajar di
Sungkyunkwan, ia benar-benar populer. Jika menginginkan penampilan, dia punya
penampilan. Jika menginginkan pengetahuan, dia punya pengetahuan. Jika
menginginkan kebaikan, dia punya kebaikan. Dia tidak memiliki satupun
kelemahan. Dia benar-benar idola para pelajar! Yeom Cakka benarbenar bersinar,
sampai para pelajar terpesona. Saat Yeom Cakka tanya tempat duduk kosong, semua
pelajar serta merta menyerahkan bangku mereka. Saat para pelajar makan, Yeom Cakka
selalu mendapat porsi nasi dobel. Itu karena pelayan dapur jatuh cinta pada Cakka.
Dia selalu dikagumi oleh pelajar Konfusius. Tidak peduli pria atau wanita, usia
dan status, semua menganggapnya idola. Para ajumma, Ny. Bangsawan, Gisaeng, dan
pelayan wanita pingsan kalau melihat Yeom Cakka. Bahkan saat ada preman yang
menghadang Yeom karena cemburu, tiba-tiba jadi baik dan memeluknya, ayo
berteman.. Bukan hanya itu, literatur,
politik, sejarah, astronomi dan hal lainnya. Dia mengerti segalanya dan ahli
dalam segala hal. Singkatnya, tolong belajar dari orang yang sangat berbakat.”
PM Rio murka, ia teriak, “Tutup mulutmu! Tutup mulutmu! Tutup mulut di
depanku! Aku tidak mau melihatmu lagi. Berbalik!”
Kasim Hyung Sun seperti akan menangis, lalu jalan
beringsut-ingsut ke arah sudut dan berdiri dengan wajah menghadap tembok.
***
Malamnya, Yeon Ify masuk ke kamar
kakaknya. Yeom Cakka tersenyum, “apa sudah waktunya membaca? Apa yang harus
kita baca hari ini?” Yeon Ify melihat wajah kakaknya penuh kecemasan. Cakka
heran, “Kau bisa melihatnya?”
Yeon Ify ingin tahu apa terjadi sesuatu di istana, “atau
Yang Mulia menyusahkan kakak?”
“Bukan seperti itu. Yang Mulia
memberiku sebuah tantangan.”
“Apa itu? tolong katakan padaku.
Mungkin aku bisa membantu.”
“Kau bersedia
membantuku? sepertinya Putra Mahkota salah paham kepadaku. Aku benar-benar
tidak tahu bagaimana membuka pintu yang tertutup rapat ke dalam hati Putra
Mahkota.” “Kesalahpahaman?” heran Yeon Ify.
Yeom Cakka berkata bukan salah paham biasa. PM tidak bisa
menerima orang yang semuda Yeom sebagai gurunya. Yeom Cakka bisa mengerti itu. Yeon Ify berkata itu
bukan salah kakaknya. Ia berpikir dalam hati, mungkin karena dirinya.
Cakka menyesal membuat adiknya cemas. Yeon Ify minta
kakaknya tidak cemas, “kapal yang mendekati jembatan akan waspada dengan
sendirinya.”
Cakka heran, “apa?”
“Orabeoni...apa kau ingin
memenangkan hati Putra Mahkota?” ujar Yeon Ify.
“Apa kau punya ide bagus?”
***
Keesokannya, PM Rio dan Yeom Cakka belajar
sambil diam. Lalu tiba-tiba Yeom Cakka mengakhiri sesi pelajaran hari itu.
PM Rio menyindir, “Benar-benar orang tidak tahu malu. Kau
tidak mengajar apapun, tapi tetap menerima gaji. Apa ini bukan tidak tahu malu?”
Yeom berkata ini karena ia merasa PM Rio belum siap
belajar. Jadi sebagai ganti pelajaran hari ini, Yeom ingin mengajukan
teka-teki.
“Teka-teki?”
Tanya PM Rio. Yeom Cakka membenarkan, jika PM Rio berhasil menebak dengan
benar, ia akan mengundurkan diri. Tapi jika PM Rio tidak tahu jawabannya...
“Jika aku tidak bisa
menjawabnya?” Tanya PM Rio. Yeom Cakka mohon agar PM Rio bersedia belajar
dibawah bimbingannya.
“Jadi kau ingin membuat
kesepakatan denganku? Baiklah, katakan.”
“Karena anda telah memerintah,
maka saya akan mengatakannya. "Apa yang bisa membuat dunia terang dalam
sekejap dan apa yang bisa membuat dunia gelap seketika?"”
“Ini mudah sekali.”
“Tidak semudah itu.”
“Itu hanya pikiranmu saja.”
“Saya harap bisa mendengar
jawaban anda di sesi berikutnya.”
“Setelah itu, aku tidak harus
melihat wajahmu lagi.”
***
Putri Min Agni sedang jalan di taman dan
melihat para kasim membawa tumpukan buku ke arah kamar PM Rio. Putri Min Agni
heran, “kenapa mereka membawa buku dari perpustakaan? Apa mereka memindahkan
semuanya ke istana Putra Mahkota?”
P. Min Agni langsung tertarik dan lari ke istana
kakaknya. Dayang susah payah membujuk Putri, kalau Ratu sudah menunggunya. Tapi
Putri tidak peduli.
P. Min Agni menemui PM Rio, ia heran kenapa ada banyak
sekali buku, “kapan kakak akan selesai membacanya?”
“Min Agni, aku tidak punya waktu
untuk main denganmu. Jangan pedulikan aku dan kembalilah.” Ucap PM Rio.
P. Min Agni tetap ingin tahu dan heran melihat Kasim
berdiri menghadap tembok. Ia mendekati Kasim Hyung Sun, “kenapa kau berdiri
disini seperti ini?”
“Alasan mengapa saya berdiri
seperti ini adalah karena Putra Mahkota memerintahkannya.” Lalu Kasim
menjelaskan kalau Putra Mahkota sedang mencoba menyelesaikan teka-teki dari
Sigangwon. P. Min Agni tertarik, “Teka-teki apa?”
PM Rio kesal, “Aku sudah minta kau untuk pergi.”
Putri mendesak Kasim.
Akhirnya Kasim berbisik, "Apa yang bisa membuat
dunia terang dalam sekejap dan apa yang bisa membuat dunia gelap
seketika?"
P. Min Agni berpikir sebentar, lalu menjawab dengan
percaya diri, “Bukankah itu kelopak mata? Kalau kau menutup matamu seperti ini,
maka dunia akan gelap seketika. Jika kau membuka matamu seperti ini, maka
seluruh dunia akan menjadi terang.” Kasim Hyung Sun juga merasa itu jawaban yang
benar. Tapi PM Rio tidak setuju, ia memarahi adiknya, “Cara berpikirmu terlalu
sederhana. Itulah mengapa aku tidak bicara denganmu. Kau menggangguku belajar,
cepat pergi.” PM Rio belajar lagi bersama Yeom Cakka.
***
Raja datang bersama rombongan. Kasim Hyung Sun
menyambut Raja, tapi Raja tidak ingin masuk dan hanya mendengar dari luar.
“Jawaban
yang benar adalah politik monarki.” PM Rio lalu mengutip ajaran Konghucu untuk
menjelaskannya. “Monarki yang bisa membuat hidup manusia terang dan gelap dalam
sekejap.”
“Saya menyesal karena jawabannya tidak sama
dengan jawaban saya.” PM Rio terkejut. Lalu Yeom memberikan jawabannya. “Yang
benar adalah ..kelopak mata.”
PM Rio marah, “Kau
mempermainkanku?”
“Jika Yang Mulia tidak puas dengan jawaban
yang benar, lalu apa ini menjadi sebuah lelucon?” PM Rio kaget.
Yeom Cakka menegurnya, “Tidak bisa menemukan jawaban dari
buku apa anda pikir itu hal rendahan?” PM Rio marah, “Jadi jawabannya adalah
lelucon ini?”
“Dari sudut pandang seorang anak, semua hal yang
hidup di dunia ini bisa menjadi pertanyaan, dan semua yang hidup di dunia bisa
menjadi jawabannya. Dalam proses belajar, ada dua hal penting yang harus
diingat. Satu, adalah kesombongan karena tahu jawaban yang benar. Yang lainnya
adalah, prasangka anda dalam menggunakan aturan anda untuk menentukan sesuatu.
Kesombongan dan prasangka ini, akan menutupi mata dan pikiran Yang Mulia dengan
kegelapan. Anda harus menyadari itu. Anda bicara tentang politik monarki, ya
kan? apa yang anda katakan benar. Tapi jika kelopak mata anda tertutup
bagaimana anda akan melihat kehidupan masyarakat? Bagaimana anda bisa bicara
tentang jalan sebagai Raja? Pertama, tolong perbaiki sikap anda dalam belajar.”
PM Rio berdiri, ia tampak terkejut. Lalu teriak memanggil
Kasim Hyung Sun. Kasim bergegas masuk, “Ya, Yang Mulia. Katakan perintah anda.”
“Minta
bagian dapur menyiapkan manisan.”
Kasim Hyung Sun bingung. Tapi PM Rio minta disiapkan
tikar bambu di paviliun untuk duduk. Ia ingin ngobrol dengan guru. Untuk
mempererat hubungan guru dan murid. Kasim Hyung Sun terkejut. “Apa? Tapi..Yang
Mulia.”
PM Rio merapikan sikapnya, “Hari ini saya memberi hormat
pada anda sebagai Pengajar untuk menerima pengajaran anda. Tolong maafkan
ketidak-sopanan saya selama ini, dan terimalah hormat saya.”
PM Rio membungkuk ke arah Cakka. Cakka terkejut, ia
langsung berdiri dan balas membungkuk pada PM Rio. Kasim Hyung Sun terharu.
Raja Seong Jo tampak puas, sepertinya Putra
Mahkota telah mendapatkan guru yang pantas untuknya.
Penasehat Heo diam saja, tapi wajahnya tampak cemas.
Sementara Yoon tampak kurang senang.
P. Min Agni tertawa geli, ia bicara dengan Dayangnya, “Jadi
dengan kata lain, Orabeoni, Putra Mahkota yang agung, Yang Mulia, benar-benar
mengibarkan bendera putih pada Guru Literatur Sigangwon?” Dayangnya menghela
nafas, “Tuan Putri, anda terlalu keras tertawa. Tolong turunkan suara anda..”
Tapi Putri tidak peduli, ia kagum sekali. “Benar-benar
orang yang menarik. Aku harus melihat wajahnya dan memberinya hadiah.”
Dayangnya panik, “Tuan Putri apa anda ingin mencari Guru
Heo?” Putri Min Agni ingin mengatakan kalau ia berhasil menebak pertanyaan-nya
yang sulit.
Ia langsung keluar. P. Min Agni lari ke istana kakaknya
dan melihat keduanya jalan menuju paviliun. P. Min Agni terkejut melihat wajah
Heo Yeom Cakka. Yeom Cakka menoleh dan melihat P. Min Agni yang panik lalu
langsung menutup wajahnya.
Setelah Cakka pergi, P. Min Agni menoleh lagi dengan
wajah kagum penuh cinta.
***
PM Rio dan Yeom duduk di paviliun. Kasim Hyung
Sun menyajikan teh dan beberapa makanan ringan. PM Rio ingin tahu, apa Yeom
memang berencana mundur dari posisi guru literatur.
Yeom Cakka membenarkan, ia tidak berani menjilat ludah
sendiri setelah membuat kesepakatan dengan Putra Mahkota.
“Kukira kau
seorang kutu buku. Tapi ternyata kau punya sisi kuat juga.”
Yeom Cakka mengaku kalau sebenarnya ini ide adiknya.
Adiknya yang sudah memberinya dorongan.
Flashback,
malam itu Yeon Ify menasihati kakaknya, “Jika kau merendahkan diri terus, Yang
Mulia mungkin tidak akan bersedia belajar.” Yeon Ify memberikan cara sederhana,
jika kakaknya terlalu banyak memuji untuk mendapatkan hati Putra Mahkota, itu
tidak akan berlangsung lama. “Yang akan didapat bukanlah ketulusan, jadi tidak
akan ada gunanya.”
Yeon Ify juga berkata kalau mudah jadi pejabat yang
jahat, tapi yang terutama adalah memikirkan jalan terbaik untuk Putra Mahkota.
“Jika menjadi
pejabat yang jahat kau akan mendapatkan hati yang munafik, maka lebih baik kau
jadi pejabat yang setia dan memberikan jawaban dengan tulus. Putra Mahkota
adalah orang yang bijaksana, meskipun dia saat ini salah paham dengan kakak,
tapi ia akan mengerti kesetiaan kakak satu hari nanti. Jadi, kau harus kerja
keras kakak.”
***
PM Rio kagum, “Dia benar-benar
gadis pintar. Berapa usia adik anda tahun ini?”
“13 th.” Jawab Yeom Cakka.
Putra Mahkota Rio kaget, “13 th? Lalu, apa anda membagi
masalah dengan adik anda?” Kasim mengingatkan untuk minum teh sebelum dingin.
PM Rio mengiyakan dan meminta Yeom Cakka mencicipi teh.
Tapi yang punya hak mencicipi manisan gandum ini bukan
Guru Yeom melainkan adik perempuannya. Karena sebenarnya yang menegur PM Rio
hari ini adalah adik guru Cakka.. PM Rio menyuruh Kasim membungkus manisan
gandum ini, karena ia ingin memberikannya untuk guru tersembunyinya. Yeom Cakka terkejut.
PM Rio kembali ke istananya, ia tanya Kasim Hyung Sun, “Apa
gadis usia 13 th bisa benar-benar pintar seperti itu? Apa kau percaya ?”
“Jika
itu adik Guru Heom maka saya percaya itu mungkin saja. Guru Heom Cakka juga
baru 17 th, dan sudah menjadi Sarjana terbaik.” PM Rio tiba-tiba sadar, “jika
Guru Heom Cakka adalah lulusan terbaik, maka gadis itu..adalah gadis yang ia
temui waktu itu.”
PM Rio setengah membentak Hyung Sun, “kenapa kau baru
mengatakannya sekarang? Mengapa?”
Kasim Hyung Sun bingung, “saat saya ingin mengatakan pada
anda waktu itu, Yang Mulia memerintah saya untuk tutup mulut..”
***
Yeom Cakka memberikan manisan gandum itu pada
Yeon Ify. “Ini dari Putra Mahkota, sebagai ganti Soksu untuk diberikan padamu.”
Soksu = Pemberian untuk guru. Yeon Ify heran, kalau ini Soksu maka seharusnya
untuk kakaknya. Yeom Cakka berkata ia menceritakan pada Pangeran Mahkota kalau
Yeon Ify yang membangkitkan keberaniannya dan memberikan jawaban jujur kepada Pangeran
Mahkota.
“Apa? Lalu apa reaksinya?” kaget Yeon Ify.
Yeom Cakka
menjawab, “Dia berkata kalau guru sebenarnya bukanlah aku tapi kau.”
Yeon Ify ingin tahu apa Putra Mahkota mengatakan hal lain, tapi Yeom
menggeleng, tidak ada yang khusus..dia tanya apa teka-teki itu juga adalah
idemu.
“Teka teki?”
“Ya, tapi kenapa kau tadi
gelisah?” ujar Yeom Cakka.
“Bukan apa-apa.”
Yeon Ify jalan keluar sambil membawa manisannya. Ia duduk
di batang pohon dan melihat ke arah bulan. Kelopak bunga ceri mulai berguguran.
Yeon Ify membayangkan Putra Mahkota berdiri di sampingnya.
“Apa kau berhasil menebak
teka-teki yang kuberikan padamu?”
“Apa anda benar-benar Putra
Mahkota?” Yeon Ify berharap Rio bukan Putra Mahkota. Rio tersenyum dan menyuruh
Yeon Ify mencicipi manisannya. Yeon Ify mengambil satu dan menggigitnya. Rio
tanya bagaimana rasanya. Yeon Ify menjawab manis sekali.
“Dengan memberikan ini, apa
artinya..anda sudah memaafkan saya? Atau anda mengancam saya? Katakan, apa
artinya?” desak Yeon Ify.
Rio tersenyum dan Yeon Ify sadar dari imajinasinya.
***
Yoon
Dae Hyung berkumpul bersama beberapa menteri dan mereka mengeluh, “Yang Mulia
tidak bisa mengabaikan menteri berjasa seperti ini. Siapa yang sudah
menyelamatkan Yang Mulia dari tangan anak buahnya yang memberontak di masa
lalu? Yang Mulia bisa duduk di takhta sekarang ini karena siapa? bukankah
karena Ibu Suri dan Menteri Personel? Mereka ingin menyingkirkan Heo Yeong Jae,
karena setelah ia jadi Kepala Sarjana, 3 dept telah bersatu. Petisi yang mencela
pejabat berjasa terus menerus dikirim ke istana. Ini membuat Yang Mulia juga
terpengaruh. Sekarang putra Heo Yeong Jae diangkat jadi guru PM, maka ini
berarti Yang Mulia akan menjadikannya berpengaruh di masa mendatang.”
Yoon terlihat lebih santai, “jika kita kehilangan
jabatan, maka kita akan mendapat jabatan lain. Jangan terlalu terburu-buru.”
Yoon Dae Hyung pulang dalam kondisi mabuk. Ia disambut
istri dan putrinya, Bo Kyung Shilla.
“Selamat datang, Ayah.” Yoon
menatap putrinya,
“Kau..apa kau mau melihat istana
Raja?”
Bo Kyung Shilla
bertanya. “Apa?”
“Kalau kau mau, aku bisa
membuatmu tinggal disana.”
Dae Hyung bicara sendiri, “Ayah dari Ratu, Ayah dari
Ratu..”
***
Yeon Ify
mengajak Seol Zahra ke toko kertas. Seol Zahra heran,
“kenapa tiba-tiba pergi mencari
kertas surat, Nona? Apa anda ingin menulis surat?” Yeon Ify berkata ini bukan
surat, tapi refleksi dari kesalahan. Seol Zahra tidak mengerti, refleksi
seperti apa sampai harus menggunakan kertas semahal ini.
“Apa tidak pergi saja menemuinya
dan minta maaf?”
“Dia bukan orang yang bisa
dengan mudah ditemui.” Seol Zahra tidak percaya, “memangnya dia Ratu atau Putra
Mahkota? Minta maaf saja dengan perkataan atau biarkan ia memukul Nona beberapa
kali sampai mereda kemarahannya.”
Yeon Ify membalas. “Tidak masalah kalau aku kena pukul.
Aku hanya takut ini akan menimbulkan masalah untuk kakak.” Seol Zahra tidak
sabar menunggu Yeon Ify memilih kertas, ia minta ijin pergi ke pandai besi
sebentar saja. Yeon Ify mengangguk dan Seol Zahra langsung lari keluar. P. Yang
Myung Iel muncul dibelakang Yeon Ify, ia tanya apa Yeon Ify benar-benar berbuat
kesalahan pada mereka berdua? Maksudnya Ratu dan Putra Mahkota. Sementara itu
Nona Yoon Bo Kyung Shilla juga jalan bersama pelayannya.
Seol Zahra lari ke bengkel pandai besi dan
mereka bertabrakan di sudut jalan. Pelayan Bo Kyung Shilla panik, “nona..nona!”
Ia memarahi Seol Zahra, “apa kau tidak punya mata?” Seol Zahra ketakutan dan
mencoba membersihkan hanbok Bo Kyung. Ia berulang kali minta maaf.
Pelayan Bo Kyung Shilla marah, “singkirkan tangan
kotormu.”
Bo Kyung Shilla dengan cepat mempelajari situasi sekitar
dan sadar kalau banyak orang memperhatikannya. Bo Kyung Shilla langsung berkata
pada pengasuhnya untuk melepaskan Seol Zahra. “Anak ini tidak melakukannya
dengan sengaja.”
Bo Kyung Shilla berujar, “Sepertinya kau tergesa-gesa. Aku
tidak apa-apa. Kau bisa pergi dan menyelesaikan urusanmu.”
Seol Zahra
terkejut tapi ia langsung membungkuk dan berterima kasih pada Bo Kyung Shilla.
Bo Kyung Shilla dan pelayannya menemui penjual perhiasan. Mereka akan mengambil
pesanan. Tapi saat akan membayar, Pelayan Bo kyung Shilla tidak menemukan
kantung uangnya.
Bo Kyung Shilla heran, “Ada apa?” Pelayannya
tampak kesal, ia mengira Seol Zahra mencopet uangnya. “Tunggu disini sebentar
Nona.” Lalu ia pergi.
Setelah bibi itu pergi, Bo Kyung Shilla menemukan kantung
uang pelayannya. Kantung itu ternyata jatuh di tanah. Bo Kyung Shilla mengambil
kantung itu dan seperti ingin memanggil pelayannya, tapi ia membatalkannya dan
tersenyum culas.
Seol Zahra asyik melihat pandai besi bekerja.
Paman itu minta Seol Zahra menjauh, “disini bahaya, pindahlah ke sana sedikit.”
Seol Zahra tersenyum lebar, ia ingin tahu apa paman itu
menjual pedang. Yang seperti dipakai para pendekar. Tiba-tiba pelayan Bo Kyung
Shilla menariknya. Seol Zahra heran, “Kenapa seperti ini?” Pelayan itu marah
dan minta kantung uangnya.
Seol Zahra tidak mengerti, “Kantung uang apa?” Pelayan
itu menuduh Seol Zahra sengaja mencopet.
“Kau pura-pura membersihkan baju
dan mengambil uang kami kan?” Ia mulai memukuli Seol Zahra. Bo Kyung Shilla muncul
dan menghentikan pelayannya. Ia sengaja melakukan itu karena banyak orang
melihat mereka.
Bo Kyung Shilla mendekat
ke pelayannya dan berbisik marah, “ada banyak orang yang melihat. Apa yang kau
lakukan?” Seol Zahra memohon pada Bo Kyung Shilla,
“Percayalah pada saya Nona, saya benar-benar tidak
mencurinya.”
Bo Kyung Shilla berlutut dan berbisik ke Seol Zahra, “benarkah?
Kau bilang kau tidak bersalah, ya kan?” Seol Zahra mengangguk, “Ya.”
Bo Kyung Shilla membalas, “Kalau begitu..buktikan. Kalau
kau bukan pencopet.”
***
Yang Myung Iel berkata agar Yeon Ify tidak
membeli kertas berpola bunga jika ingin menulis surat permintaan maaf untuk
Raja.
“Atau ini untuk Putra Mahkota?”
Yeon Ify diam saja, tapi ekspresinya membenarkan tebakan Yang Myung Iel.
Yang Myung berujar, “Sepertinya ini untuk Putra Mahkota.
Kalau begitu itu lebih baik. Aku kakak Putra Mahkota, kita lihat yang mana yang
disukai Putra Mahkota..”
Yeon Ify tidak mempedulikan Yang Myung Iel dan jalan
keluar. Yeon Ify jalan ke arah bengkel pandai besi. Hujan mulai turun dan Yeon Ify
ingin lari. Yang Myung Iel tiba-tiba muncul dibelakangnya sambil berusaha
memayungi kepala Yeon Ify dengan tangannya. Yeon Ify terkejut dan Yang Myung
Iel ketawa, keduanya lari bersama mencari tempat berteduh.
Yang Myung Iel mengajak Yeon Ify ke sebuah rumah kebun.
Yeon Ify terpesona, ia belum pernah melihat yang seperti ini. Ini rumah kebun.
Yang Myung Iel berkata. “Kau sudah tahu.” Yeon Ify pernah
melihatnya dalam buku, tapi ini pertama kali melihat langsung. Yang Myung Iel menjelaskan
kalau jendelanya menggunakan kertas minyak, jadi cahaya bisa masuk dan bisa
menghalangi angin. Yeon Ify ingin tahu apa Yang Myung Iel membangunnya sendiri.
Yang Myung Iel berkata kalau ini adalah hasil karya salah seorang keluarganya
yang tidak punya kerjaan. Yeon Ify ingat kata-kata Putra Mahkota Rio kalau
kakaknya tidak boleh membuat apapun sendiri.
“Berkat kebaikannya, aku kadang
meminjam rumah ini. Tempat ini lumayan untuk mengeringkan baju, ya kan?”
Yeon Ify tanya “kenapa Pangeran Yang Myung Iel tidak
belajar di Jong Hak-dang.”
Yang Myung Iel pura-pura tidak mendengar pertanyaan Yeon Ify
dan mengambil pot bunga krisan kecil, “lihat ini, Yang Mulia benar-benar
menyukai bunga krisan jenis ini. Jadi, setiap kali ada perjamuan, mereka akan
menggunakan ini.” Yeon Ify ingin tahu orang seperti apa Raja itu.
“Bagaimana
mengatakannya ya? Yang Mulia adalah Penguasa. Dia selalu memikirkan rakyat dan
negara ini.”
Flashback, Raja Seong Jo memarahi Yang
Myung Iel. “Kau benar-benar tidak tahu malu. Sebagai anak tidak resmi Raja
sepertimu, apa dasar yang kau miliki untuk belajar menjadi Raja?”
Yang Myung Iel tertunduk lesu dan sedih.
Yang Myung Iel berujar “Meskipun ia sangat tegas, tapi
dia juga punya sisi yang sangat penyayang.”
Kasim mengumumkan kedatangan Putra Mahkota Rio
kecil. Raja tampak sangat gembira melihatnya, “kudengar kau sudah belajar
banyak pengetahuan dalam waktu singkat. Aku harus memberi penghargaan pada guru
yang mengajar Putra Mahkota dengan baik.” PM Rio tersenyum lebar, ia juga
melihat ke arah Yang Myung Iel. Yang Myung kecil memaksakan diri tersenyum pada
adiknya. Kasihan sekali.
“Terus terang, dia
benar-benar pintar.” Yeon Ify tanya “Apa Yang Myung Iel tidak harus pergi ke
istana?” Yeon Ify merasa kalau mungkin ada yang merindukan P. Yang Myung Iel.
Yang Myung Iel ketawa, “siapa yang akan menungguku?”
Yeon Ify menjawab,
“Putra Mahkota, Yang Mulia..”
P. Yang Myung Iel tidak percaya, “Yang Mulia dan semuanya
sangat sibuk. Mereka tidak punya waktu menemuiku.”
Yeon Ify berujar, “Untuk orang seperti anda yang bisa
menulis puisi, apa mungkin kalau anda tidak tahu apa itu kerinduan? Jika anda
terlalu rindu, maka akhirnya akan jadi penyakit. Sebagai Pangeran, bagaimana
anda bisa memanjati tembok?”
P. Yang Myung Iel mendekatkan wajahnya ke Yeon Ify, “Jadi,
kau seharusnya bisa mengerti mengapa aku memanjat tembok, ya kan?”
Yeon Ify terkejut, ia memalingkan wajahnya, “itu dua hal
yang berbeda..”
P. Yang Myung Iel, “Bagaimana bisa berbeda?”
Yeon Ify tetap meminta P. Yang Myung Iel pergi ke istana
untuk memberi hormat. Yang Myung Iel ketawa geli. Yeon Ify heran, karena ia
merasa benar. Yang Myung Iel sudah lama tidak seperti ini, Yang Myung Iel
senang karena Yeon Ify bisa memandangnya dan ngobrol lama dengannya. Yang Myung
Iel menjentik dahi Yeon Ify, “terima kasih untuk nasihatnya. Tapi kau harus
fokus pada dirimu sendiri.”
***
Seol Zahra disiksa oleh pelayan-pelayan Bo
Kyung Shilla. Bibi itu ingin tahu siapa majikan Seol Zahra, agar ia bisa
meminta kembali uangnya. ”Kau dan majikanmu sama kan?” Bo Kyung Shilla duduk
sambil membaca, ia bicara sendiri. Salah sendiri kenapa Seol Zahra tidak
membuka mata lebar-lebar saat jalan. “Kau sudah mengotori baju kesayanganku,
apa kau pikir kau akan baik-baik saja? Itu kesalahan besar.”
Yeon Ify dan P. Yang Myung Iel mencari Seol Zahra di
pandai besi. Tapi justru mendengar kalau Seol Zahra dituduh mencuri barang
milik Menteri Personel dan akan diseret ke kantor pemerintah untuk dicap
wajahnya dengan besi panas.
Tapi karena Nona keluarga itu datang, ia dibawa ke
kediaman mereka. Seol Zahra udah tidak berdaya lagi. Ia terbaring berlumuran darah.
Yeon Ify tiba di kediaman mereka dan teriak, “Seol!”
Seol mengangkat kepala, “Agassi.”
Yeon Ify berlutut dan membelai kepala Seol Zahra, “Kau
tidak apa-apa? Kau baik-baik saja?”
Yeon Ify berdiri dengan marah, ia menegur Bibi itu, “Apa
yang kalian lakukan? Meskipun ia berbuat kesalahan, bagaimana kau bisa memukuli
orang seperti ini?”
Bo Kyung Shilla mendekat, “ada ribut-ribut
apa?”
Yeon Ify segera mengenalkan diri, “maafkan
ketidak-sopanan saya. Saya putri Penasehat khusus Kepala Sarjana, Heo Yeon Ify.
Saya dengar pelayan saya mencuri uang anda. Pasti ada kesalahpahaman..”
Bo Kyung Shilla main sandiwara lagi, ia pura-pura marah ke
pelayannya, “Apa yang kalian lakukan? Bukankah aku sudah memerintah untuk
mencari tahu kebenarannya? Siapa yang mengijinkan kalian semua memukuli orang
tanpa alasan?” Seol Zahra bingung melihatnya.
Pelayan Bo Kyung Shilla juga
heran, “bukankah Nona tadi berkata, kalau kami bisa memukulinya dengan kejam
semau kami, selama dia tidak mati?” Bibi pelayan itu terkejut dan cepat-cepat
menutupi, ia minta maaf ke Bo kyung Shilla.
“Anda sudah meminta saya
membebaskan orang ini, tapi saya..”
Bo Kyung Shilla berkata “Kau tidak perlu minta maaf
kepadaku, ya kan?”
Bibi pelayan itu membungkuk pada Yeon Ify, “Maafkan saya.
Ini karena bagaimanapun saya menanyainya, ia tidak mau mengatakan berasal dari
kediaman mana dirinya.”
Bo Kyung Shilla jalan ke depan Yeon Ify dan berkata kalau
pelayannya tidak tahu apa-apa. “Kau seharusnya mengerti, kalau benar-benar
tidak mudah mengajar pelayan rendahan.”
Bo Kyung Shilla berkata kalau masalah seperti ini tidak
akan mudah untuk diubah. “Dari yang kulihat, sebelum dia (Seol) melakukan
kesalahan yang lebih besar, kau seharusnya menjualnya.”
Yeon Ify janji akan mengembalikan uang Bo
Kyung yang hilang. Bo kyung berkata tidak perlu. “Karena kami telah melukai
milik kediaman kalian, kita impas.”
Yeon Ify tidak setuju dengan pandangan seperti itu, ia
berkata kalau Seol bukanlah barang yang bisa dibeli atau dijual. “Dia adalah
teman dan keluargaku.”
Bo Kyung Shilla terkejut, “apa?”
Yeon Ify berkata “Seharusnya tidak boleh ada pemisahan
antara kaum bangsawan dan rakyat jelata. Tapi, dalam kepribadian orang, ada
yang terhormat dan ada yang rendahan.”
Yeon Ify melanjutkan, “Meskipun
saya tidak tahu berapa besar uang anda yang hilang hari ini, apa itu bisa
dibandingkan dengan jumlah luka di hatinya?”
Bo Kyung Shilla syok, “Apa katamu?”
Yeon Ify berujar lagi. “Kalau begitu, saya akan
mengambilnya karena anda sudah mengampuninya. Saya akan membawanya pergi.”
Yeon Ify membantu Seol Zahra berdiri dan memapahnya
pulang. Bo kyung Shilla hanya berdiri mematung dan merasa marah pada Yeon Ify.
(Karena bagi Bo Kyung Shilla, budak atau pelayan itu bukan manusia. Belum lagi
karakternya yang munafik.)
***
Yeom Cakka memberikan hadiah dari adiknya pada
PM Rio. “Ini hadiah balasan untuk manisan gandum yang anda berikan pada adik
saya. Hadiahnya berupa tabung bambu yang berisi tanah dan juga surat.”
PM Rio heran, “Sepertinya tanaman
untuk ruangan, apa yang ditanam di dalamnya?”
Yeom Cakka juga
tidak tahu. “Sepertinya benihnya diambil dari rumah kebun seorang kenalan. Dan
apapun itu pasti tumbuh dengan baik.”
PM Rio suka dengan hadiahnya. Yeom Cakka ingin mulai
pelajaran. Putra Mahkota Rio tanya seperti apa adik Guru Heo itu. Yeom Cakka menjelaskan
kalau ia belajar bersama adiknya setiap malam. Ia bisa membaca teori untuk
berbagai masalah dengannya.
Putra Mahkota
Rio terkejut, “Anda membaca buku dengan adik anda?”
Yeom Cakka membenarkan, “Karena sejak kecil adiknya suka
membaca. Dia punya banyak hal yang berharga untuk saya pelajari.”
PM Rio mengeluh, “Ini benar-benar berbeda dari adikku,
Putri Min Agni. Anak itu hanya tahu baris pertama dari 1000 Karakter Klasik.
Dan dia suka sekali menangis.”
Tiba-tiba pintu terbuka dan P. Min Agni masuk sambil
menangis keras. PM Rio syok, “Min..Min Agni, kau..”
P. Min Agni menangis “Orabeoni, aku membencimu. Aku membencimu!”
Min Agni marah karena PM Rio mengatakan hal buruk tentang dirinya di depan guru
Heo. Min Agni berlutut dan memegang wajah Heo dengan kedua tangannya. Ia
membela diri, “Saya tidak suka menangis, saya Putri yang sangat sopan. Saya
hampir menyelesaikan menghafal 1000 Karakter Klasik.”
Heo Yeom Cakka terkejut dan menghibur P. Min Agni, “Saya
mengerti, saya mengerti perkataan anda. Jadi, jangan terlalu marah. Jika anda
terus seperti ini, maka pipi cantik anda akan terlihat berantakan.”
Min Agni menghentikan tangisnya, ia menyedot ingusnya, “aku..cantik?
Apa? Apa aku benar-benar cantik?”
Para dayang istana Putri segera masuk dengan
perasaan malu, mereka susah payah menarik majikan-nya keluar dari situ. Min Agni
ditarik keluar tapi masih sempat menoleh ke arah Yeom Cakka dengan pandangan
penuh kekaguman .
PM Rio membuka surat dari Yeon Ify dan
terkesima dengan penampilan surat itu. Ditulis dengan rapi dan indah serta
dihias dengan bunga-bunga yang dikeringkan dengan cermat. PM Rio memanggil
Kasim, “Lihat surat ini, Hyung Sun. Bagaimana orang bisa percaya kalau ini adalah
kemampuan menulis gadis usia 13 th?”
Kasim mendekat, “Tidak banyak gadis yang mengerti
karakter Cina, dan lagi bisa memiliki kemampuan menulis dengan bagus. Tapi apa
isi suratnya?” Kasim Hyung Sun ingin mengintip isinya, tapi PM Rio mendelik tajam ke arahnya.
Kasim mematung, lalu jalan beringsut ke pinggir. Ia
disetrap lagi.
Flashback, Yeon Ify bersama
Seol Zahra mencampur macam-macam bunga dan pewarna alami untuk mendapatkan
warna kertas yang sesuai. Keduanya gembira dengan hasilnya. Malamnya, Yeon Ify
menulis surat dan Seol Zahra membantunya menempelkan bunga-bunga kering ke
surat itu.
Putra Mahkota Rio membacanya, “Ini puisi Lee Gyu Bo
Seorang pertapa gunung menginginkan cahaya bulan. Dia mengambil air dari gunung
memasukkannya ke dalam botol. Dan saat ia kembali ke kuil, ia sadar, jika botol
itu ditumpahkan, bulan akan lenyap. Kenapa anda terus memikirkan kesalahan
seorang gadis muda? Mohon maafkan apa yang terjadi di Gedung Bulan Perak. Saya
sekarang mengaku salah.”
PM Rio kagum, “dia telah memecahkan teka-teki yang
kuberikan. Memintaku untuk melupakan-nya dan aku berpikir betapa pintarnya dia,
tapi dia benarbenar bodoh. Bagaimana aku bisa melupakanmu?” Putra Mahkota Rio
memandang pot bambu hadiah Yeon Ify.
***
Raja Seong Jo jalan bersama
rombongan. Tiba-tiba P. Min Agni lari-lari ke arahnya. Dayang-dayang ketakutan
dan berusaha menghentikan Putri. P. Min Agni sampai di depan ayahnya, “Abamama!
Ini P. Min Agni. Abamama, apa anda sehat-sehat hari ini?”
Raja geli, “karena melihat Putri Min Agni-ku, maka tidak
ada penyakit. Tapi Putri, kenapa kau pergi ke Daejeon?”
“Putri Min Agni ingin belajar sastra juga.”
Raja terkejut, “apa Putri jatuh
hati dengan belajar?”
“P. Min Agni juga ingin belajar bersama Guru Heo.”
Raja berusaha menjelaskan kalau itu tidak boleh. “Guru Putra
Mahkota dan Putri berbeda.”
Putri langsung menangis keras. “Saya tidak mau itu, saya
harus belajar dari Guru Sastra Heo!” Putri jalan pergi sambil menangis keras.
Raja hanya menghela nafas.
Raja Seong Jo ingin mencarikan teman belajar untuk
putrinya. “Tolong cari seorang guru pembantu yang bisa membantu Putri belajar,
seorang anak yang sebaya dengannya. Dengan memilih anak perempuan dari para
pejabat.”
“Raja tahu ini tidak biasa dilakukan, tapi agar Putri bisa
belajar, ini bukan seperti mencari guru begitu saja. Jadi, apa ada seorang
gadis bangsawan yang bisa direkomendasikan?”
Seorang menteri berkata kalau dilihat dari usia dan
karakter moral, “Putri Menteri Personel sangat pantas direkomendasikan.” Raja
setuju. Tapi dia juga ingin putri Kepala Sarjana Heo dipanggil ke istana untuk
teman belajar. Ini menimbulkan ketegangan diantara para menteri.
***
Heo Young Jae memanggil putrinya, ia
mengatakan kalau Yeon Ify harus menjadi teman belajar Tuan Putri.
Setiap 3 hari sekali harus masuk ke istana dan main
dengan Tuan Putri. Juga mendengarkan ajaran dari Yang Mulia Jung Jeong/Ratu.
Heo Young Jae bertanya, “Apa kau ingin mencobanya?”
“Memasuki
istana?”
Ayahnya tanya apa Yeon Ify tidak mau. Yeon Ify menggeleng,
“bukan itu..”
Tuan Heo berkata jika Yeon Ify tidak mau, “tidak perlu
pergi. Ayah akan memberi tahu Yang Mulia.” Tuan Heo berdiri merenung di
halaman. Ny. Heo menemuinya, ia heran kenapa suaminya belum istirahat.
“Kenapa? apa Yeon Ify tidak ingin menjadi
teman belajar?” Tuan Heo berkata kalau Yeon Ify setuju. Ny. Heo heran, “lalu
kenapa kau seperti ini?”
Tuan Heo cemas, “istana adalah tempat yang perlu
kehati-hatian untuk setiap langkah yang kau ambil. Kedua anak kita akan ada di tempat
seperti itu, aku benar-benar cemas.”
Istrinya menghibur, “bukankah ini hanya untuk menemani
Tuan Putri? Tidak perlu cemas berlebihan.”
“Dia tidak tahu apa politik itu. Aku hanya merasa tidak
ingin. Sangat tidak ingin.”
Ny. Heo berkata kalau Yeon Ify memiliki takdir tinggi, “seseorang
pernah mengatakan kalau ia akan mempertaruhkan hidupnya untuk melindunginya.”
Tuan Heo terkejut, “siapa?”
“Ada, jadi jangan terlalu cemas. Kau seharusnya pergi
istirahat.”
***
Jang Nok Young mengunjungi makam A Ri, “Apa
kabarmu? Aku minta maaf, kalau aku tidak bisa sering datang dan menemuimu.”
Nok Young ingat perkataan A Ri, “hidupku tidak lama lagi. Kau harus hidup dan melindungi anak itu.”
“Katakan padaku, A
Ri. Siapa anak yang harus kulindungi?”
***
Ratu Han menghadap Ibu Suri, ia merasa cemas
tentang P. Min Agni. Ibu Suri minta Ratu tidak perlu cemas, Min Agni berasal
dari keluarga yang penuh dengan sarjana, dia juga memiliki pemikiran mendalam.
Dayang lapor kalau Guk Mu telah tiba di ibukota.
Ibu Suri senang mendengarnya. Ratu Han tanya apa Ibu Suri
ingin minta doa. Ibu Suri berkata kalau alasannya memanggil Guk Mu adalah
karena ia ingin Guk Mu melihat wajah kedua gadis yang akan dijadikan teman
belajar P. Min Agni.
“Kenapa Yang Mulia ingin melihat fengshui
wajah kedua teman belajar Putri?” Tanya Ratu Han.
Ibu Suri tersenyum, “Bagaimanapun, mereka adalah
anak-anak yang akan masuk ke istana. Kau harus hati-hati, sangat hati-hati.
Diantara mereka, mungkin salah satunya akan menjadi istri Putra Mahkota.” Ratu
Han terkejut. “Apa?”
Ibu Suri ketawa, “kelak tanggung jawab Jung Jeong akan
besar.” Tapi Ratu Han tidak tampak gembira.
***
Rombongan Peramal berbaris rapi menuju istana.
Peramal kecil yang diselamatkan Yang Myung Iel itu jalan dengan riang disamping
tandu Jang Nok Young. Rombongan mereka tiba di depan gerbang istana dan Nok
Young jalan keluar. Bersamaan dengan itu, rombongan Yeon Ify juga tiba dan Yeon
Ify keluar dari tandu. Nok Young melihat Yeon Ify dan membeku.
Nok Young ingat kata-kata A Ri, “meskipun berada di dekat matahari akan
menarik bencana, tapi takdir memaksanya berdiri disamping matahari dan
melindunginya. Pastikan kalau anak itu selamat. Lindungi dia demi aku.”
Beberapa saat kemudian, tandu Bo
Kyung Shilla juga tiba. Bo Kyung Shilla jalan keluar. Nok Young terkejut
melihat Bo Kyung Shilla. Nok Young melihat ada aura bulan memancar dari Bo
Kyung Shilla, tapi sinarnya tampak gelap. Dua bulan...?
****
Source : Kadorama-recaps.blogspot.com
Posted
: June 23, 2012
Edited
: August 11, 2012
No comments:
Post a Comment