***
Part 22
Part 22
“Trus sebenarnya lo
suka sama siapa? Sampai elo berani nolak gue?!” Tanya Dayat menatap Ify tajam.
“gue….. gue…”
“JAWAB!” bentak Dayat.
“GUE SUKA SAMA RIO!
PUAS LO!” bentak ify keras..
BRAKKKK!!!
Part 23
Semua yang ada di dalam ruangan menoleh ke arah pintu yang telah hancur berantakan di dobrak
oleh seseorang.
“ELO?!” kaget Ify yang melihat Rio di depan pintu.
“o wow ow.. ternyata pangeran sang putri dateng kesini ya.
Hmmm…” Dayat menyunggingkan senyum liciknya. Ia mendekat kea rah Rio.
“kenapa diam aja? Gak mau selamatin putri lo itu?” Tanya
Dayat yang kini sudah di samping Rio. Rio mengepalkan tangannya keras. matanya
memancarkan aura kemarahan.
BUGG.. Rio melayangkan
tinjunya ke wajah Dayat. Tepatnya pipi kiri Dayat membuat Dayat yang tidak siap
tersungkur di lantai.
“errrgghh..” Dayat meringis pelan lalu segera bangkit.
BUGG.. Dayat
membalas pukulan Rio. Rio yang tidak seimbang terhuyung ke belakang.
“STOOOOPP!!” teriak Ify yang kini wajahnya sudah bercucuran
keringat dan air mata.
“Dayat, jangan pukul Rio.. dia gak salah.” Pinta Ify. Dayat
memutar bola matanya.
“dia? Gak salah? Memang. Tapi dia udah ikut campur urusan
gue.” ujar Dayat keras.
“ikut campur? Lo bilang ikut campur? Heh lo gak punya otak
ya?! Lo suka sama Ify, tapi lo malah nyiksa dia!” balas Rio.
“sama aja lo ikut campur urusan gue..” kekeuh Dayat.
“sekarang lo lepasin Ify!” suruh Rio.
“gue? lepasin Ify? Hmm gimana ya? Gue belum puas nyiksa dia..”
ujar Dayat ringan. Rio mencekal kerah kemeja Dayat membuat Dayat meringis.
“lo lepasin dia sekarang atau……..” Rio menggantungkan
kalimatnya sambil mempererat cekalannya di leher Dayat.
“gue… ga..k.. peduli. Sion, Goldi.. Cepet lo sik..sa.. Ify!”
suruh Dayat pada Sion dan Goldi dengan nafas tersengal-sengal.
Goldi dengan cepat menarik rambut Ify dengan sadisnya..
“AAAAARRGGGHH.” Rintih Ify kesakitan.
“STOP! Jangan siksa IFY!!” teriak Rio. Perlahan ia
melonggarkan cekalannya di leher Dayat.
“hh.. oh lo takut putri lo itu kenapa-napa? Iya?” remeh
Dayat.
“Mau lo tuh apa sih?” Tanya Rio tajam pada Dayat.
“mau gue? gue mau IFY jadi milik gue..” ujar Dayat tersenyum
menang.
“GUE GAK MAU!” tolak ify cepat.
“kalo lo gak mau, lo akan tetep disiksa disini.”
“lo….” Rio menarik kerah Dayat dengan tatapan marah.
“apa? Mau mukul gue? silahkan..” ucap Dayat ringan.
“HEI!!” seru seseorang dengan lantang dari arah pintu.
Semuanya menoleh.
“Gariel? Alvin?” ucap Rio.
“Yo, mending lo lepasin dah tuh si Dayat. Ngapain lo buang-buang
waktu Cuma buat ngabisin nih orang gak penting?” sinis Gabriel.
“dan lo Yat. Lo lepasin ify atau gue panggil polisi?” lanjut
Alvin. Rio melepaskan tangannya dari kerah baju Dayat. Dayat dengan geram
menendang kursi di sebelahnya.
“awas lo semua. Gue bakal balas.. dan lo Fy, gue akan datang
lagi. Cabut!” Dayat, Sion dan Goldi pun
beranjak dari sana.
Ify hanya diam sambil
terisak ketakutan. Rio mendekati Ify dan membuka tali yang mengikat kedua
tangan serta kakinya.
“Fy, jangan nangis dong.” Ucap Rio lembut sambil mengelus
punggung ify. Ify langsung memeluk Rio erat. Awalnya Rio kaget, namun
pelan-pelan ia merengkuh tubuh Ify.
“makasih udah kesini, Yo. Makasih banget.” Kata Ify yang
masih terisak. Rio tersenyum sambil mengangguk.
“iya sama-sama. Yaudah kita pulang ya? Lo gak apa-apa kan?
Atau ada yang sakit?” ucap Rio khawatir karena melihat isakan Ify yang semakin
kuat. Gabriel dan Alvin saling melempar pandangan lalu tersenyum simpul. “memang, sikap jaim lo pasti akan hilang
kalau orang yang lo sayang dalam bahaya Yo. “ batin Gabriel.
Ify menggeleng “ngga. Ngga kok. Gue baik-baik aja..”
“kita pulang?” tawar Rio sambil melepaskan pelukannya.
“Cakka?”
“Ntar kan lo bisa jenguk Cakka. Sekarang gue anter lo pulang
ya? Lihat, penampilan lo beratakan gini..” canda Rio. Ify mengerucutkan
bibirnya.
“lagi kaya gini masih aja bisa ledek gue..” kesal Ify.
“hehe maaf. Yuk pulang. Lo bisa jalan, kan?”
Ify mencoba berdiri dari kursi itu.
“Arghh..” erang ify kesakitan dan langsung terduduk kembali
di kursi itu.
“kenapa Fy? Lo gak bisa jalan? Kaki lo kenapa?” cemas Rio.
“kaki gue sakit. Mungkin karna kena tali itu..” ucap Ify
sambil menahan sakit dengan menggigit bibir bawahnya. Lalu tanpa diduga Rio
jongkok di hadapan Ify. Membuat Ify bingung sendiri.
“lo ngapain?” Tanya Ify heran.
“daripada gue ngebiarin lo ngesot, mending gue gendong lo.
Cepet naik!” ucap Rio.
“lo mau gendong gue? serius?!” kaget Ify.
“Iyalah. Cepat deh.. atau mau gue tinggal.” Ancam Rio.
“huh iya iya..” Ify pun dengan hati-hati menaiki punggung Rio.
“Vin, Yel, lo berdua kalau mau pergi duluan aja gak apa-apa
kok..” ucap Rio.
“yaudah.. kita duluan ya Yo? Awas tuh putri lo lecet..” ucap
Gabriel langsung pergi darisana. Diikuti oleh Alvin.
“dasar kampret..” rutuk Rio.
“Fy, lo masih sadar kan?” Tanya Rio pada ify yang berada di
punggungnya.
Ify menoyor kepala Rio. “sialan lo. Masih lah..”
“hehe.. kirain collaps.. eh lo berat juga ya Fy? Padahal
keliatannya lo kurus banget.” Ledek Rio.
“gak mulai lagi lo ah..” kesal Ify.
“tapi ini seriusan Fy. Berat banget deh lo.” Ucap Rio yang
masih berjalan menuju motornya.
“dihh badan gue normal lagi..”
“normal kakek lo hacker?._. nihh berat banget. Lo makan
berapa kali sehari coba?”
“gue makan Cuma 3 kali kok..” jawab Ify jujur.
“tapi sekali makan dua piring poll, kan?” ucap Rio cepat.
“siapa bilang? Gak tuh. Lo sotoy deh.”
“yeeee gue kan bisa tau dari muka lo.” Alibi Rio.
“emang ada apa di muka gue? muka gue cantikbadai gini..”
“cantik badaai? Tornado aja sekalian..” balas Rio.
“halah lo iri paling sama gue..” tuduh Ify.
“heh? Gue? iri? Astagaaaa-_- dunia bakal cepet kiamat kalau
iri sama lo, Fy.”
“dihhh malah dunia bakal aman damai sejahtera tau..” bela
Ify.
“udah ah diem. Atau lo mau gue tinggal?” ucap Rio sambil
menurunkan Ify.
“lo duluan kan yang mulai.” Tuding Ify.
“lo kali..” ucap Rio sembari menaiki Motornya dan segera
memakai helm. Ify pun duduk di boncengan motor Rio.
“heh enak aja. Gue kan Cuma kesulut emosi doang..” bela
Ify-lagi-. Rio pun melajukan motornya.
“lo anaknya emosian ya? Ntar cepet tua deh lo.” Cibir Rio.
“lo anaknya emosian ya? Ntar cepet tua deh lo.” Cibir Rio.
“gue emosian Cuma sama lo doang. Muka lo kan bikin orang
emosi.” Ucap Ify santai.
“heh apa lo bilang? Gue turunin di tengah jalan nyaho lo.”
Ancam Rio sambil mendelikkan matanya dari balik helm full facenya.
“lo berani turunin gue? haha gak yakin..” remeh Ify.
“ya berani lah.. kenapa nggak. Paling lo disini di ganggu
sama preman-preman.. terus… hiiiiiii.. ada hantu juga.” Ucap Rio
menakut-nakuti. Ify yang mendengarnya langsung merinding.
“heh seriusan lo? Merinding nih gue.. mana udah gelap lagi.”
Ucap Ify ketakutan.
“ya iyalah serius.. makanya lo jangan sok-sok-an berani..”
cibir Rio.
“diem deh.” Sungut Ify.
“hahahahaha..” Rio malah mentertawakan Ify dan membuat Ify
semakin kesal.
***
“Halo…” ucap Gabriel dan Alvin serempak yang baru masuk ke ruangan Cakka.
“udah balik lo berdua? Ify gimana? Dia gak apa-apa kan?”
Sivia langsung memberondongi pertanyaan pada Alvin maupun Gabriel.
“lo sabar dikit kek. Kayak apaan aja lo main serobot gitu
nanya-nyaaa..” ucap Alvin.
“heh sipit. Gue nanya seriuss ini. Gimana kalau sahabat gue
kenapa-napa? Mau tanggung jawab lo?!!!” ucap Sivia kesal.
“sahabat lo itu gak apaa-apa lagi. Nyantai ajaaa dia udah
aman sama Rio.” Ucap Alvin.
“sama Rio?” kompak Shilla dan Sivia.
“iya.” Jawab Gabriel dan Alvin.
“kok bisa?” kini giliran Agni yang bertanya.
“iya. Kok bisa sih?” heran Shilla. Gabriel memutar bola
matanya.
“harus di jawab sekarang?” Tanya Gabriel balik.
“aduuhh iya cepetan jawab..” desak Sivia.
“tadi Rio dateng nyelametin Ify, terus sekarang dia nganter
Ify pulang.” Jelas Alvin singkat, padat, dan berkualitas._.
“ohh.. dia gak ada luka apa-apa kan?” Tanya Cakka.
“gak ada…” jawab Gabriel.
“emm Kalian sudah makan? Mau tante beliin makanan?” Tanya
Mama Cakka ramah.
“eh gak usah tante. Ini udah malem. Lagian juga kita bentar
lagi balik.” Jawab Sivia sopan.
“oh yaudah gak apa-apa.” Sambung Papa Cakka. Aren beserta
Mama Papanya sudah pulang sedari tadi.
“Kka, Om, Tante, kami pulang dulu ya?!”pamit Shilla.
“Kka, Om, Tante, kami pulang dulu ya?!”pamit Shilla.
“iya. Hati-hati ya?” pesan Mama Cakka. Shilla mengangguk dan
tersenyum
“Ag, lo mau bareng atau sendiri?” Tanya Sivia pada Agni.
“ntar supir gue jemput kok, Vi.” Jawab Agni.
“oh, kita duluan ya. Malam.. “ Sivia, Shilla, Gabriel dan
Alvin pun keluar dari ruangan Cakka.
“Kka, gue pulang ya? Baek-baek lo.” Ucap Agni seraya bangkit
dari tempat duduknya.
“iya. Thanks ya udah ngerepotin lo buat dateng kesini.” Ucap
Cakka sembari menyunggingkan senyum.
“iya sama-sama.”
“eh maaf yang ag, gue gak bisa nganterin lo.” Sesal Cakka.
Agni menggeleng sambil tersenyum.
“gak apa-apa. Gak mungkin kan gue tega ngebiarin lo dengan
keadaan kaya gini nganterin gue? supir gue masih nganggur tuh dirumah.” Canda Agni. Cakka tersenyum.
“yah yah yah. Gue ngerti. Hati-hati ya?”
“yap. Tante,Om, saya
pulang dulu ya?!” pamit Agni sambil menyalami mama dan papa Cakka.
“Hati-hati agni. Makasih udah jenguk Cakka. Mungkin Besok
Cakka belum bisa sekolah. Kamu mau kan dateng kesini lagi?” ucap Mama Cakka.
“emm.. Aren?”
“gue maunya elo, Ag.” Ceplos Cakka.
“errr gimana ya?” gumam Agni.
“yaa kalo lo gak mau gak apa-apa kok, Ag.” Ucap Cakka dengan
raut wajah kecewa. Karena tak tega melihat Cakka,Agni pun menyanggupi
permintaan cakka.
“oke oke. Besok gue pasti dateng. Sekarang gue pulang dulu
ya?! Mari Om, Tante..”
Lantas agni keluar dari ruangan cakka dan pulang kerumah.
***
@IFY’s Home
“Fy, kita udah nyampe. Turun gih.. betah amat lo nyandar di punggung gue.” ucap Rio sambil tersenyum geli. Ify
bergeming.
“Fy…” panggil Rio. Pelan-pelan, ia berbalik dan mendapati
Ify yang sedang tertidur.
“aelah nih anak..ck.”
decak Rio. Dengan hati-hati, Rio pun membopoh Ify ke rumah ify.
TING NONG
Rio menekan bel pintu
dengan susah payah. Tak lama, Mama Ify membukakan pintu.
“lho Rio? Ify kenapa?” cemas mama Ify.
“engg.. Ify kecapekan tante jadi ketiduran. Hehe.” Rio tidak
bermaksud berbohong, tapi apa boleh buat lebih baik ia tidak menceritakan yang
sebenarnya pada Mama Ify.
“oh ya sudah. Tolong bawa ify ke kamarnya ya?” Rio
mengangguk lalu ia membopoh Ify ke kamarnya di lantai 2.
Pelan tapi pasti Rio menurunkan Ify di kasurnya..
“nih anak kenapa mukanya pucet banget sih?” lalu Rio
menempelkan tangannya di dahi Ify.
“panas banget. Pantesan pucet gini..” ucap Rio. Tak lama,
Ify membuka matanya..
“aww..” Ify mengerang pelan sambil memegang kepalanya.
“badan lo panas, Fy. Lo udah makan belum?” Tanya Rio
langsung.
“loh lo masih disini?” Tanya Ify balik. Rio berdecak pelan.
Sudah tau dia masih di hadapannya, masih saja di Tanya. Ada-ada saja gadis di
depannya ini.
“iya. Lo udah makan belum?” Rio mengulangi pertanyaannya.
“eummm udah.” Jawab ify ragu.
“jangan bohong!” lugas Rio.
“iyaiya gue ngaku gue belum makan.” Serah Ify.
“dari kapan?”
“kapan ya? Dari tadi pagi.” Jawab Ify ringan. Rio
membulatkan matanya kaget.
“dari tadi pagi? Jadi tadi lo di sekolah gak ada makan?” Tanya
Rio keras.
“Cuma beli minuman doang.”
“IFY! Lo bisa sakit tau.” Omel Rio.
“yang sakit gue, kenapa lo repot?!” jawab Ify seenaknya. Ia berdiri
dan berjalan dengan susah payah karna kakinya yang masih sakit menuju balkon.
Rio menghela nafasnya dan menggeleng-gelengkan kepalanya melihat sifat keras
kepala gadis itu.
“Ify, lo masih sakit kenapa malah berdiri?” Tanya Rio
mencoba bersabar. Ia mendekati ify yang berdiri di pembatas balkon kamar ify.
“gue gak betah kalau diem aja.” Jawab ify datar.
“dasar anak kecil.”
“apa lo bilang?” Tanya Ify sambil mengalihkan pandangannya.
“lo kaya anak kecil.”
“bodo amat. Ini kan gue, bukan elo ataupun yang lain.” Kekeuh
Ify.
“iya iya. Kalah deh bacot gue sama lo.” Serah Rio.
“berarti bacot gue gede gitu?” kata Ify tak terima.
“bukan gue loh yang bilang.” Ucap Rio sambil memasang wajah
tanpa dosa. Ify mendengus sebal.
“lo gak mau makan, Fy?” Tanya Rio.
“gak, nanti aja.”
“Fy, ntar lo sakit..”
“yang sakit itu gueeee kenapa elo sibuk?” sewot Ify.
“yahh gue kan khawatir..” ceplos Rio tak sadar.
“emm maksud gue yaa gue cemas sama lo. Ntar misalnya elo
pingsan kan gue yang repot.” Ralat Rio cepat.
“oh…”
“gue ambilin makanan, ya?” tawar Rio.
“terserah elo aja deh. Gue ngikut aja..”
“oke tunggu bentar ya?!” Ify menganggukkan kepalanya. Rio pun
beranjak menuju lantai bawah untuk mengambil makanan untuk Ify..
“ckck.. ternyata lo itu baik banget, Yo. Walaupun ada
jaimnya juga..” gumam ify sambil tertawa kecil.
Tak lama, Rio pun kembali dengan sebuah piring berisikan
nasi dan segelas air.
“nih makan..” Ify pun menerima piring yang disodorkan oleh
Rio..
“Thanks..” Ify duduk di bangku yang memang sudah tersedia di
balkon kamarnya.
“Walah gue baru tau kalau di bawah balkon kamar lo ini
langsung ke kolam renang.” Ucap Rio surprise.
“lo kayak apaan deh, Yo. Berasa baru ngeliat barang langka.”
Ucap ify asal. Mulutnya penuh dengan nasi.-.
“diihh bukan gitu. Gue Cuma dikit surprise aja sih.. lo
makan yang bener deh jangan munrat-muncrat gitu. Jorok lo ah..” ucap Rio dengan
tampang dibuat bergidik.
“halah palingan lo juga lebih parah dari gue.” ucap Ify tak
mau kalah.
“tapi yaaa lebih parah elo.” Ucap Rio.
“serah lo deh.” Jutek Ify.
“eh iya Fy. Engg… omongan lo yang pas di sekap sama Dayat bener gak?” Ify yang
hendak menyuapi sesendok nasi ke mulutnya menghentikan kegiatannya lalu menatap
Rio.
“omongan gue? yang mana?” Tanya Ify bingung.
“yang itu… yang sebelum gue dobrak pintu sampe ancur..” ucap
rio lagi. Ify mencoba mengingat-ingat.
Gue suka sama Rio..
“astagaaaa.. jangan
sampe Rio bahas hal ituuu.. bisa malu gueee.. “ batin ify.
“inget gak, Fy?” Tanya Rio sambil tersenyum jahil.
“nggak.. nggak inget..” ucap Ify dengan wajah yang memerah.
“beneran gak inget?!” goda Rio. “aduuhh tadi kenapa bisa keceplosan sih?? Dia jadi godain gue nihh..
aduuuhhh..”
“iyaa gue gak inget..”
“seriusan? Padahal gue pengen elo inget itu..” ujar Rio
dengan raut wajah -yang dibuat- kecewa.
“diihh apa banget deh lo..” ucap ify sambil menoyor kepala
Rio. Rio menyeringai.
“aaahh ada bintang jatuhh!!!” seru ify heboh. Tangannya menunjuk
kea rah langit. Rio mengikuti arah yang ditunjuk Ify.
“buat harapan!!” Ify segera memejamkan matanya, dan membuat
sebuah harapan..
Rio hanya memperhatikan setiap gerak-gerik Ify dengan senyum
yang terus mengembang di bibirnya. Gadis ini.. selalu saja bisa membuat
orang-orang sekitarnya bisa nyaman bila berada di dekatnya. Ia bukan gadis
biasa. Ia gadis yang istimewa.. Sungguh dia sangat istimewa. dari seluruh yang
dimiliki olehnya.
“Yo, lo kenapa ngelamun deh?” Tanya ify heran. Rio tersadar
dari alam angan-angannya.
“ngga kok. Lo tadi buat harapan apaan?” Tanya Rio.
“emm apa yaaa? Lo mau tau aja apa mau tau banget?” jahil
Ify.
“apaan ya? Mau tau ajaa deh.” Ucap Rio.
“gak ah. Lo gak boleh tau :p ” Ify menjulurkan lidahnya pada
Rio.
“diihh gitu banget. Kasih tau kek..” pinta Rio.
“gak gak gak. Mending lo pulang aja sono. Udah malem..” kata
Ify.
“yah ngusir nih ceritanya?” ucap Rio melas.
“apa yaaaa? Bukan ngusir sih.. Cuma mau elo pergi dari
sini..” ucap Ify tanpa dosa. Rio mendelik kesal.
“ya udah deh gue pulang yaaa..”
“iyaa.. sekali lagi thanks yaa.” ucap Ify sambil tersenyum
manis. Rio terpaku sejenak, lalu ikut tersenyum. Tanpa ia sadari, tangannya
bergerak mengacak-acak poni Ify.
“yap. Sama-sama. Jangan kebanyakan terima kasih sama gue..”
kata Rio.
Ify mengangguk pelan. “hati-hati ya? Udah malem..”
“iya.. selamat malam Alyssa… “ dengan secepat kilat Rio
mengecup lembut dahi Ify. Dan berhasil membuat pipi gadis itu merah merona. Rio
yang mengetahuinya hanya tersenyum kecil dan segera beranjak dari sana.
“Selamat malam juga Mario …” gumam Ify tersenyum manis..
Bersambung….
lanjutanya ??
ReplyDeletepart selanjutnya gak ada ya
ReplyDelete