Sunday, 10 June 2012

Boy Sitter [1]


Boy Sitter [1] : Tweenies

KENTANG goreng yang hangat, beserta saus yang kurang enak. Yeaks! Kupikir, memakan kentang goreng saja lidahku nggak akan marah.  Oh, sumpahnya. Aku benci dengan saus seperti ini. Terlalu banyak bawang putih dan keencerannya membuatku jijik! Tapi, Sivia sepertinya asyik dengan semangkuk kecil saus yang disediakan di depannya.
                “udah ku bilang. Saus itu gak enak, Via!” aku mencoba memperingatinya.
                “gue juga udah bilang. Gue mah  nggak peduli.” Sivia kembali mengecap saus yang menempel di kentangnya.
Wueks.
Sivia Azizah, hari ini kamu menyebalkan.
Siang yang terik, second break, aku dan kedua sobatku sedang menikmati makan siang yang sausnya nggak enak. Tadi, ku bilang agar mereka pesan mi bakso saja. Tapi, alasan diet yang dilontarkan keduanya enggan ngantre membeli semangkuk mi bakso. Entah kenapa, ad aide gila dari Sivia ngorder semangkuk besar kentang goreng beserta sausnya yang satu bulan lalu dia katakan sendiri, “Saus terburuk yang pernah gue makan.”
                Oke lupakan saja saus itu karena nggak akan menghentikan Sivia dari aksi gilanya. Aku pun sepertinya nggak akan pernah melirik lagi  mangkuk kecil merah itu.
                Aku meluruskan pandangan, menatap seluruh isi kantin. Hari ini penuh banget dengan beberapa geng yang asyik dengan obrolan aneh mereka. Dan, lima geng berpengaruh untuk level kelas dua, ada di kantin semuanya.
Satu meja di depan kami adalah tempat berkumpulnya tujuh cowok berbingkai, yang terjun di dunia teknologi. Mereka menamakan dirinya Kompilasi, KOMPuter, Informasi, LAyar monitor, dan Situs resmI.
                Nama dan singkatan yang bagus buatku. Tapi sayang, mereka Cuma mengutak-atik web server room seharian, yang letaknya di samping lab bahasa. Pulang sekolah, sebelum sekolah, siapapun bisa menemukan tujuh cowok ini sedang mengoperasikan Komputer  di ruangan itu. Terkadang, aku pun menemukan mereka sedang mereparasi komputer. Mereka adalah pembuat situs resmi sekolah. Sekaligus montir seluruh komputer yang ada di sekolah ini.
                Dua meja di samping mereka, duduk lagi lima cewek menyebalkan yang tertawa-tawa buat hal gak penting. Mozon – Model Zone.
Lima orang cewek tinggi, kurus, cheerleader, dan masing-masingnya adalah model di lima majalah berbeda. Nggak absen setiap minggu kalau bukan karena mengikuti fashion show di luar kota. Sayangnya, mereka high profile. Mereka berjalan dengan dagu di angkat, nggak peduli dengan orang-orang di bawahnya. Dan tiga bulan terakhir, mereka hanya berinteraksi di antara mereka berlima, sama sekali nggak menggubris ratusan murid lain di sekitarnya. Benar-benar geng cewek sombong menyebalkan!
Tiga meja di belakang Mozon, berkumpul pula geng cewek menyebalkan berikutnya, Rebonding Galz.
                Cewek sombong yang bodoh.
Tinggi mereka nggak ada yang melebihi 160 cm, namun lagaknya seperti model bertinggi  tiga meter. Based on their name, rambut mereka lurus semua. Lima orang berbeda rambut lurus. Yang satu chubby, di sampingnya pendek,  di sampingnya lagi jerawatan, di depannya Beti la Fea, dan satunya lagi pucat pasi. Kekuatan mereka hanya pada harta yang berlimpah. satu diantaranya punya mobil, dan mereka selalu pake mobil itu kemana-mana. Kelihatan banget come from deso-nya.
                And then, dua meja di samping Rebonding Galz, kemudia mundur satu meja, ada kelompok keempat yang terdiri dari tiga cowok menyebalkan.
RAG. Singkatan dari Rio, Alvin, Gabriel. Pemimpinnya adalah Mario Stevano Aditya Haling alias Rio, Alvin Jonathan Sindhunata si Alvin, terus Gabriel Stevent Damanik. Oh iya, si Rio sering dipanggil Bison. Darimana tuh nyambungnya?!!
Si Rio ganteng banget, plus  tajir banget. Every girls here love him, nggak terkecuali Mozon. Hanya, yang namanya Rio tuh cuek and judes banget. Rio benci beberapa jenis cewek. Dan sepertinya, fans  dia didominasi oleh cewek-cewek pemimpi.
Bukan gue banget!
                Satu kelompok lagi, Influence in prestise and everyone love them. Mereka adalah ….
                Kami. Aku, si chubby Sivia, dan si modis Shilla. Jangan heran, kami adalah geng yang kocak. Cantik, berprestasi, dan low profile. Kami termasuk anak rajin, berbakat, dan entertain. Dan yang menarik dari kami adalah, kami bertiga hampir kembar.  Tinggi kami semua 170 cm. Kulit kami putih. Badan langsing, dengan berat sama-sama 49 kg. kami memiliki rambut indah yang mengembang, dan cara berjalan layaknya pageant delegates. Menurut kabar, nggak ada yang membenci kami. Kecuali, empat rival kami barusan. Moreover, RAG sepertinya jijik melihat kami.
        Do you know something? I really don’t care.
Kami terdiri dari tiga orang cewek yang sebenarnya berbeda tingkah laku, gaya bahasa, juga favorite things.
                Namaku Alyssa Saufika Umari. Setiap orang memanggilku Ify. Keturunan Arab-Sunda dan aku nggak pernah menggunakan kata ganti gue-elo untuk kata ganti diriku. Ucapanku kadang  kaku, serta baku, dan berdasarkan polling, I am dearest among other.  Saking ramahnya, saking murah senyumnya, saking low profile-nya, semua orang sangat sayang padaku. Hehehe… doesn’t mean that I am  takabur. Karena terkadang aku risih. Meskipun berpikir positif, ternyata sangat jarang orang seperti aku.
       Ooohh.. so sweet I am.
Oke, pindah ke si chubby  atau si sinting yang lagi makan saus basi di depanku.
Sivia Azizah, keturunan Sunda-Spanyol. Dia sedikit kacau dan ucapannya belepotan.  Sivia pengguna provider  gue-elo yang sering menyisipan bahasa Sunda di dalamnya. Lahir di Tasik, dan menamatkan SD disana. Sunda-nya medok, dan Sivia kesulitan melepaskan  kebiasaannya itu.  Sivia pandai sekali bernyanyi, dan terkadang kami menemukan dia bersikap bodoh.
Sekarang, si modis yang mirip denganku.
Ashilla Zahrantiara.  Keturunan Aussie-Jawa yang lama tinggal di Bandung, sehingga ia sama sekali tidak bisa berbahasa Jawa. Lain daripada Sivia, Shilla pengguna provider gue-elo yang menyisipkan bahasa Inggris di dalamnya. Shilla pandai menari dan berhasil lolos audisi cheerleader di sekolah ini. Namun sayang, Mozon selalu memojokkannya. Dan bulan lalu, Shilla memutuskan untuk keluar. Satu langkah yang bagus untuk menghindari stress karena memikirkan Mozon setiap hari.
         She is the georgeous one, between us.
Lalu, apa yang orang-orang sebutkan pada kami? Cukup lucu. Kami dipanggil dengan…… Tweenies acara boneka teve yang tokohnya hampir kembar. Alasan mereka memanggil kami begitu, karena kalo kami jalan bertiga,dan seseorang hendak memanggi kami  dari belakang,nggak ada yang bisa membedakan kami. Bahkan, Ibuku pernah tertukar menepuk bahu Shilla, meskipun yang dipanggil aku.
“Hm.. gue pingin ke mal pulang sekolah,” gumam Shilla,mendengus kesal. “Oya? Kenapa?  Lo pengen beli baju? Gue mah bisa aja,” sahut Sivia,masih mengunyah kentang bersausnya.
Not that. Baju gue udah kebanyakan. Gue mau ngeceng aja di mal. I need something to refresh my eyes. Ngeliat struktur tubuh manusia bikin gue mual.”
“Ya-ya-ya. Gue ngerti kok. Yuk kita pergi!”
“Aduh, ya. Kita tuh masih sekolah gitu, lho! Masa mau berangkat sekarang?” Aku dan Shilla langsung berkomentar bareng.
Sivia yang masih keheranan langsung tersenyum kecil, “Oh, iya-ya! Aduh, gue lupa euy!”
PULANG sekolah, Shilla mmebulatkan niatnya ke mal. Aku dan Sivia pun menemaninya. Seharusnya, kami nggak melakukan ini. Tiga hari lagi, kami ulangan umum semester dua. Dan jujur saja, aku belum belajar di minggu-minggu terakhir. Tapi, sesuai dengan apa yang kami lakukan di semester satu walaupun sama sekali nggak belajar kami meraih peringkat sepuluh besar di kelas. Menurut perkiraanku,melakukan hal itu lagi sepertinya nggak akan membuat prestasi kami jatuh.
“aduh, kita tuh bukannya ngapalin.   Malah jalan ke mal. Gimana, sih?!” seruku begitu kami memasuki pintu besar Bandung Indah Plaza.
Like we always do. Biasanya juga kita nggak ngapalin.” Ungkap Shilla.
“Iya, tapi ini kenaikan kelas gitu lho!” sanggahku. Malah kemudian nggak ada yang merespon. Kami sudah sibuk melihat-lihat baju.
                Lumayan lama, hampir tiga jam kami berputar-putar di BIP. Sekitar hampir maghrib, kami semua beristirahat di food court.  Kupesan seporsi crepes, sedangkan Shilla memesan segelas es krim, dan Sivia memesan ice crepes. Ketika menyantap dinner break, kami sama sekali nggak ngobrol. Masing-masing menatap orang yang berlalu lalang sambil mengunyah santapan kami. Tiba-tiba hpku bergetar. Sebuah pesan baru saja diterima. Aku meletakkan crepes ku di atas meja. Lalu ku ambil HP-ku di saku rokku.
Kamu dimana? Cepat pulang udah malam. Senin kan Ulum.Ada Oik.
Dari Mama. Aku melirik jam, udah pukul 19.00! “Shilla, Sivia, aku pulang dulu  ya. Mama udah nyuruh pulang nih!”
“elo teh mau ke mana sih?” Sivia mencoba mencegahku
“Mama  ku barusan SMS. Aku harus cepet pulang. Sorry, ya! Kalian bisa pulang duluan, kan?” seruku cepat, menarik ranselku dan membereskan crepes.
“Iya-iya. Nanti kalau ada uang receh di jalan, jangan dipungut dulu ya? Kasih tau dulu tempatnya, ntar gue nyusul.” Tambah Sivia.
“Apaan sih?!”
Shilla hanya melambaikan tangannya padaku, meskipun Sivia hanya tersenyum. Ku lambaikan tanganku pada mereka, mengembangkan senyum yang lebar, dan dengan tergesa-gesa meninggalkan food court. Ku terobos eskalator dengan berlari. Aku berhasil keluar dari BIP dalam waktu kurang dari dua menit,  kemudian langsung naik angkot kosong yang lagi mangkal.
          Mengapa aku seburu-buru ini? Hihiihi…. Ada Oik. Dia sepupuku yang tinggal di Bogor, dan sepertinya ia sedang melakukan ritual keluarga. Berkunjung akhir pekan. Lagi pula, Oik sudah janji akan membawakan novel terjemahan terbaru dari Jakarta. Dan aku akan nyesel kalau melewatkannya.  Angkot yang kutumpangi belum maju juga. Sudah hampir sepuluh menit aku ikut menunggui angkot mencari penumpang, tapi angkot ini juga tidak penuh dengan siapapun. Sopirnya juga entah yang mana.
“Neng, angkot ini mah  lagi dibenerin.” Seru seorang  pria gemuk dari luar. Aku yang celingak-celinguk menyadari, angkot yang kunaiki bannya sedang diganti.
Oh-my-God! Aku salah naik angkot.
Aduh,malu deh. Nggak ada yang lihat, kan? Hihihi.. kok bisa ya aku nggak nyadar kalo angkot ini lagi dibenerin..! aku langsung turun dari angkot ini,melompati pintu dan berlari menuju angkot lain yang dipenuhi penumpang.  Hehehe… orang-orang di angkot ini nggak ada yang tau kan kalau barusan aku salah naik angkot?!!

No comments:

Post a Comment