The
Moon That Embraces the Sun 1
Genre: Romance, Fantasy,
Period Episodes: 20
Broadcast network: MBC
Broadcast period: 2012-Jan-04 to
2012-Mar-08
Air time: Wednesday & Thursday
21:55 (KST)
Director: Kim Do Hoon
Screenwriter: Jin Soo Wan
Main
Casts
1.Heo Yeon Woo / Wol = Alyssa Saufika
Umari sebagai Heo Yeon Ify / Alyssa (Putri Penasehat Kerajaan Heo)
2. Lee Hwon
= Mario Stevano Aditya Haling sebagai Putra Mahkota Lee Mario (Nantinya akan jadi
Raja)
3. Yang
Myung = Gabriel Stevent Damanik sebagai Pangeran Yang Mung Iel (Kakak
Tiri Rio)
4. Yoon
Bo Kyung = Ashilla Zahrantiara sebagai Yoon Bo Kyung Shilla (Putri Menteri
Yoon)
5. Heo
Yeom = Cakka Kawekas Nuraga sebagai Heo Yeom Cakka (Putra Penasehat Heo/Kakak
Ify/Guru Rio)
6.
Lee Min Hwa = Agni Tri Nubuwati sebagai Putri Lee Min Agni (Adik
Kandung Rio)
7. Kim
Chae Woon = Alvin Jonathan Sindhunata sebagai Kim Chae Alvin (Pengawal Rio)
8.
Seol = Zahra Damariva sebagai Seol Zahra (Pelayan yang dianggap
teman oleh Ify)
9. Jan Sil =
Sivia Azizah sebagai Jan Sil Via (Shaman
: Peramal)
***
Episode
1 Narasi : Dahulu kala,
ada dua matahari di langit dan juga ada dua bulan. Kemudian, hari menjadi
begitu panas, dan malam menjadi sangat dingin. Semua ciptaan ada dalam
kekacauan, dan manusia menderita. Seorang pahlawan muncul dan menggunakan panah
untuk menembak satu matahari dan satu bulan. Barulah kemudian ada damai di
dunia. Ibu Suri Jeong Hui menyiapkan teh bunga untuk Yoon Dae Hyung. Dia
menuangkan air panas ke tempayan porselen berisi bunga teratai, lalu mengambil
sarinya dan menuangnya ke dalam cawan teh. (Yap, Ibu Suri Jeong Hui ini
istrinya Suyang/Sejo. Tapi ceritanya fiksi.)
“Tidak buruk kalau seorang pahlawan muncul
dari kekacauan. Benar kan, keponakan? Bahkan mereka yang terlahir dari rahim
lain bisa dianggap sebagai bagian dari garis keturunan. Yang Mulia terlalu
menyukai P. Ui Seong.” Ujar Ibu Suri. Yoon Dae Hyung membenarkan, ia tahu ada
satu kelompok yang muncul dengan pemimpin P. Ui Seong.
“Apa yang harus kita lakukan? Kita tidak bisa
diam saja dan menunggu seorang pahlawan muncul, ya kan?” Lanjut Ibu Suri
“Saya ini bodoh,
tidak mengerti apa maksud Ibu Suri.” Balas Dae Hyung
“Tolong jadilah pahlawan. Jadilah anak buah
yang setia. Yang Mulia punya keraguan jadi dia tidak bisa bicara langsung.
Hanya ada satu matahari di langit. Dan juga hanya ada satu takhta. Keberadaan
P. Ui Seong mengancam apakah Yang Mulia bisa menjaga takhta dengan baik. Jadi,
kau harus membuatnya menghilang.” Jelas Ibu Suri
Dae Hyung tertegun, tapi ia harus
melaksanakan perintah Ibu Suri. (P. Ui Seong = Adik Raja Seong Jo, satu ayah
lain ibu. Catatan = Ini fiksi)
****
Tengah malam,
beberapa sosok pembunuh terlatih dengan baju hitam-hitam ada di atas genting
kediaman P. Ui Seong. Beberapa orang menempelkan kertas mantra di dinding. Ada
lagi yang menguburkan sebuah buku di tanah. Tidak jelas apa maksudnya. Seorang
pembunuh memeriksa sebuah ruangan, ternyata kosong. Dia dipergoki oleh
seseorang yang langsung mengarahkan pedang ke lehernya.
“Siapa yang telah memerintahmu?” Tanya P.
Uiseong. P. Uiseong dan pembunuh itu bertempur. Dalam pertempuran itu, P. Ui
Seong terkena pisau.
Di sebuah kamar,
seorang wanita terbangun dengan tiba-tiba.
Temannya terkejut, “Ada apa? Ada apa?”
Wanita itu mengambil seragamnya.
Rekannya bingung, “Ini sudah malam sekali. Kau mau kemana?” Wanita itu, A Ri,
berkata “Apa kau tidak bisa merasakannya? Ini jelas roh pembunuhan.”
“Meskipun
kau pergi, tidak ada yang bisa kau lakukan.” Jang Nok Yung mencoba mencegah. A Ri berkeras ingin pergi dan melihatnya.
Orang itu dalam bahaya. Ia keluar dan lari.
Nok Young
mengejarnya, “A ri! A ri! A Ri.” terus berlari di kegelapan malam. Nok Young
tiba-tiba terhenti, ia melihat bulan yang diselimuti awan hitam dan merasa
ketakutan. Nok Young tidak jadi mengejar A ri dan kembali pulang.
P. Uiseong bertempur mati-matian dengan para
pembunuh. Ia sebenarnya ahli pedang yang hebat, tapi kalah jumlah. Ia terjatuh.
Dae Hyung muncul, “Hentikan! Lama tidak bertemu, Ui Seong Dae Gun.”
P. Uiseong berujar, “Awalnya, kau
ingin menggunakanku sebagai pemimpin untuk mendapatkan kekuasaan. Sekarang
sepertinya kau mengubah pikiranmu. Atau kau sudah menemukan orang lain sebagai
pemimpin?” Dae Hyung membenarkan, ia akan mengakui Raja sebagai pemimpinnya. “Aku
akan menjadi anak buah Yang Mulia”
P. Uiseong marah, “Yang Mulia tidak
akan tertipu oleh orang licik sepertimu! Aku ingin melihat siapa yang akan
dipercaya Yang Mulia.”
Dae Hyung berujar, “Tapi sungguh sayang, Dae Gun, anda tidak akan
punya kesempatan menemui Yang Mulia lagi. Jadi, apa saya cabut saja nyawa Anda?
Teman dekat anda, Dae Seong telah pergi mendahului anda.”
Dae Seong sedang
membaca buku. Tiba-tiba ia dijerat dari atas, sehingga terlihat seperti bunuh
diri. Seseorang meletakkan surat bunuh diri di meja.
P. Uiseong marah, “Kenapa kau tidak
melepaskan Dae Seong?”
Dae Hyung berkata, “Semua nasihatnya
ditujukan pada keluarga Ibu Suri, jadi pantas kalau Ibu Suri bereaksi. Malam
ini juga tidak buruk. Kau akan ditemani sinar bulan, jadi perjalanan ke akhirat
tidak akan berat.”
P. Uiseong murka, ia bangkit melawan, Dae
Hyung menangkisnya dan menebas tenggorokan P. Uiseong. P. Uiseong tewas
seketika. A Ri menyaksikan ini. Ia ketakutan dan menahan teriakan-nya. Yoon Dae
Hyung menyadari kehadiran A Ri. A Ri langsung melarikan diri.
Dae Hyung teriak, “Cepat kejar dia!”
A ri melarikan diri di tengah hutan. Beberapa
pembunuh mengejarnya. Sampai akhirnya ia terdesak di dekat jurang. A Ri
berhenti tapi sayang ia tergelincir dan jatuh ke jurang. Seorang pembunuh turun
ke dasar jurang untuk mencarinya, ia justru menemukan ikat kepala A ri. Ini
Seongsucheong (Peramal Istana). Pembunuh itu ingin A Ri ditemukan, “jika ia
hidup bunuh dia. Jika mati, aku ingin melihat mayatnya!”
Kepala Peramal Istana mengadakan
inspeksi dan menghitung jumlah anak buahnya. Ia menyadari kalau A Ri
menghilang. Kepala Peramal mendekati Nok Young, “Dimana A Ri?”
Nok Young merasa resah dan tampak
ketakutan, “Itu..”
***
Ibu Suri Jeong Hui terkejut mendengar A Ri
menjadi saksi pembunuhan P. Uiseong. “A Ri? Ia memiliki kekuatan luar biasa.
Bersama dengan Nok young, dia adalah calon Ketua Peramal Istana.” Dae Hyung
yakin A Ri tidak akan bisa pergi jauh.
“Kisah cinta antara keluarga Raja dan peramal.
Sepertinya langit membantu kita.” Dae Hyung tidak mengerti. Ibu Suri sadar
kalau dulu A Ri adalah budak di kediaman P. Uiseong dan ada hubungan asmara
diantara mereka. Ibu Suri ingin membuat ini seolah-olah A Ri bersedia berkorban
demi orang yang dicintainya, “Itulah yang disebut cinta seorang wanita. Gadis
itu telah melihat semuanya, tidak mustahil baginya untuk mengambil resiko dan
lari ke istana. Jika kita bisa menjebak gadis itu..jika gadis itu berharap agar
orang yang dicintainya menjadi pemilik takhta...dan demi memenuhi impiannya, ia
menggunakan mantra.”
Yoon Dae Hyung ragu karena mereka
tidak punya bukti kalau gadis itu menggunakan mantra. Ibu Suri berkata kalau
Kepala Seongsujeong adalah orangnya, semua bisa diatur.
Pengawal istana masuk ke kediaman P.
Uiseong, mereka menemukan P. Uiseong dan anak buahnya Dae Seong telah
meninggal. Dan ada surat bunuh diri itu. Raja Seong Ju membaca surat itu, ia
tampak ragu, “Apa isi surat ini benar semuanya?” Kepala Pengawal Istana dan Dae
Hyung membenarkan kalau sepertinya ada pembelot diantara para pemberontak.
Dae Seong Hong Man Ho menyadari
kesalahannya sebelum ia meninggal. Dia menulis surat bunuh diri sebelum
meninggal untuk mengakui kesalahannya. Kepala Peramal Istana menghadap Raja.
Seong Ju menunjukkan jimat yang ditemukan di kediaman.
P. Uiseong bertanya, “Jimat ini, apa artinya?”
Wanita itu bertukar pandang dengan Yoon Dae Hyung, lalu berkata kalau jimat itu
akan meningkatkan kekuatan matahari.
Seong Ju Tanya, “Benarkah?”
Kepala Peramal berujar, “Di depan Yang
Mulia saya tidak berani berkata bohong. Jimat itu benar-benar meningkatkan
kekuatan matahari. Raja ingin tahu siapa yang memiliki jimat ini. Kepala
Peramal itu berkata kalau A Ri, salah seorang Peramal yang memilikinya.
Raja Seong Ju bertanya, “Peramal A Ri,
dimana dia sekarang?”
Kepala Peramal menjawab, “Karena tahu
kalau ia akan ditangkap, sekarang ia melarikan diri.”
Raja memerintahkan untuk segera
menemukan A Ri.
***
Paginya, ada iringan tandu yang jalan melewati
hutan. Tiba-tiba seorang wanita berlumuran darah jatuh tersungkur di depan
iringan tandu. Dia adalah peramal A Ri.
Pelayan wanita teriak ketakutan dan
iringan tandu berhenti. Nyonya bangsawan yang di dalam tandu heran, “Ada apa?
kenapa kau teriak?” Pelayan-nya menunjuk wanita yang berlumuran darah itu
dengan gemetaran. Nyonya itu tidak takut, justru minta diturunkan dari tandu.
Nyonya itu sedang hamil tua. Nyonya bangsawan itu memeriksa A Ri. Pelayannya
cemas, ia takut terjadi sesuatu dengan kandungan majikannya dan minta Ny. itu
kembali ke tandu. Nyonya itu marah, “Ada orang yang sekarat, bagaimana kau bisa
menyuruhku tutup mata?”
A Ri setengah sadar, ia bergumam,“Tuan..Tuan..bangun..cepat
lari..Tuan..Cepat lari..”
Nyonya itu menghela nafas, “Kita tidak
bisa meninggalkannya seperti ini, cepat bawa ia ke dalam tandu.”
Iringan tandu berjalan kembali, sampai
ke depan kotaraja. Para petugas sudah menyebar gambar wajah A Ri dan mereka
mulai mencarinya. Tandu itu juga dihentikan. Pelayan ingin tahu ada apa.
Petugas menunjukkan gambar, “Kami
mencari pemberontak yang melarikan diri.”
Pelayan itu kaget saat melihat gambar
wajah A Ri. Tapi ia diam saja. Petugas ingin memeriksa tandu, pelayan itu
mencegahnya.
Tapi Nyonya bangsawan itu dengan
tenang membukanya, “Ada apa?”
Petugas berkata mereka sedang mencari
pemberontak, jadi ingin memeriksa tandu. Nyonya bangsawan itu menolak, ia baru
saja kembali dari kuil setelah berdoa untuk anaknya yang belum lahir. Tidak
nyaman untuk berjalan, “Jika kau mencurigai sesuatu, ikuti saja aku sampai ke
rumah. Bagaimana? Kau mau ikut bersamaku?” Petugas itu membungkuk, “Maafkan
kelancangan saya.”
A Ri disembunyikan di bawah chima/rok
Nyonya itu. Tandu berjalan lagi. Petugas melihat ceceran darah di tanah, ia
curiga karena darah itu berasal dari dalam tandu. Petugas itu menghentikan
tandu lagi. Ia minta Nyonya itu keluar. Pelayan wanita itu sadar ada darah, ia
pura-pura panik, “aigoo! darah..darah..”
“Tidak boleh seperti ini, tabib sudah
mengatakan kalau Nyonya harus sangat berhati-hati.” Nyonya itu juga cepat
tanggap dan pura-pura kesakitan. Pelayan mendesak petugas untuk mengijinkan
mereka lewat.
Ia mengancam jika
terjadi sesuatu pada nyonya dan bayinya maka akan timbul masalah besar, “Ini
anak pejabat kerajaan, jika terjadi sesuatu apa kau mau bertanggung jawab?”
Petugas itu kebingungan, ia langsung mengijinkan mereka lewat dan teriak agar
diberi jalan.
Di tempat sepi, Nyonya itu menurunkan A Ri, “Cepat
pergilah.”
A Ri berujar, “Nyonya, tolong tunggu
sebentar. Saya benar-benar tidak tahu bagaimana membalas kebaikan anda, untuk
pelayan seperti saya yang sudah mengotori baju indah anda, sampai membuat anda
harus pura-pura kesakitan karena melahirkan.”
Nyonya itu berkata ia tidak pura-pura,
tadi itu memang ia kesakitan. “Bukan aku yang membantumu, tapi anak ini yang
sudah menyelamatkanmu.”
A Ri tersenyum, “Anak ini benar-benar
gadis yang secantik bulan.”
Nyonya itu terkejut dan senang, “Apa
benar anak ini anak perempuan?” Nyonya itu tahu A Ri seorang peramal, ia ingin
mengetahui tentang anaknya. Ari berkata kalau anak ini ditakdirkan menduduki
posisi tinggi. A Ri melihat seorang gadis cantik, Heo Yeon Ify dan pertemuannya
dengan Putra Mahkota serta Yang Myung Iel-gun. Ada pesta topeng, lalu penobatan
Yeon Ify. Tapi A Ri juga melihat Yeon Ify kesakitan dan ada kematian. A Ri
tersentak. Nyonya itu tanya ada apa. A Ri berkata ia hanya merasa pusing.
Nyonya Heo memastikan, “Apa kau
benar-benar tidak apa-apa sendirian?”
“Saya
tidak apa-apa, jangan khawatir Nyonya. Semua kebaikan anda hari ini, akan saya
ukir selamanya dalam hati. Meskipun saya bukan peramal, saya punya penglihatan
tentang orang. Saya tahu anda bukan orang jahat.” Nyonya Heo tersenyum dan
kembali ke tandu. Saat tandu bergerak, A Ri tiba-tiba lari menyusulnya, “Nyonya!
Meskipun saya mati, saya akan melindungi putri anda.”
Nyonya Heo mengangguk sambil
tersenyum.
A Ri terpincang-pincang berusaha kembali
pulang , penduduk ketakutan melihatnya. Tiba-tiba A Ri disergap anak buah Yoon
dan diseret ke pengadilan. Semua anggota Peramal Istana berkumpul dan
diharuskan melihat saat A Ri disiksa.
Jang Nok Young ada di sana, ia ngeri
melihat keadaan A Ri. Jang Nok Young tidak tahan, ia melihat ke arah Ketua
Peramal dengan pandangan memohon. Tapi Ketua memalingkan wajahnya.
Yoon Dae Hyung menunjukkan jimat itu, “Siapa
orang yang sudah memerintahmu?”
“Jimat itu...saya tidak tahu.”
“Masih belum terlambat. Selama kau jujur, aku
akan membiarkan badanmu tetap utuh.”
A Ri tetap menyangkalnya, ia tidak
pernah menulis jimat, tidak ada orang yang memerintahnya. Yoon berkata ia punya
bukti, apa A Ri masih mau menyangkalinya.
A Ri mengumpulkan kekuatan dan
membantah, “Apa anda berkata pemberontak? bukti apa yang anda miliki? Jika anda
yang menciptakan kejahatan palsu bukan pemberontak, lalu siapa yang bisa
menjadi pemberontak?” Yoon terkejut, ia membentak A Ri. A Ri tidak takut lagi, “Anda
pikir saya satu-satunya yang melihat anda, ya kan?”
“Anda
pikir semuanya akan berakhir saat anda berhasil melenyapkan saya, ya kan? Anda
benar-benar salah. Bulan di langit melihat anda. Darah orang itu bukan
satu-satunya yang membasahi pedangmu malam itu. Ada juga sinar bulan dari malam
itu. Tunggu saja! Satu hari, semua kejahatanmu akan diungkapkan dibawah sinar
bulan.”
A Ri teriak, “Satu hari sinar bulan
itu akan menghentikan hidupmu yang menyedihkan!”
Yoon Dae Hyung ketakutan, tapi ia
teriak murka, “Apa yang kalian lakukan? Cepat hukum dia!”
Algojo menekan lutut A Ri lagi dan A
ri teriak kesakitan.
***
Malamnya, Nok Young menyelinap ke penjara dan
menyuap penjaga. Penjaga itu mengijinkan Nok Young menemui A Ri, tapi hanya
sebentar. Nok Young mencari sel A Ri dan memanggilnya, “A Ri! A Ri!” A Ri
berusaha mendekat ke arah Nok Young. Nok Young menangis, kenapa A Ri tidak
peduli. “Aku sudah bilang kalau tidak ada yang bisa kau lakukan meskipun kau
pergi.”
“Aku tidak pernah berharap ia bisa mencapai
posisi terhormat itu. Orang itu juga sama.” (Maksudnya Pangeran Uiseong tidak
pernah menginginkan takhta Raja)
Nok Young tahu itu. Ia tahu pikiran orang.
A Ri senang karena Nok Young mengetahuinya. Nok Young menyesal, apa pentingnya
mengetahuinya, ia tidak bisa melakukan apa saja. Juga tidak bisa menyelamatkan
temannya yang sudah difitnah. Nok Young menangis. A Ri berkata itu sudah
kehendak langit. Nok Young menangis apa gunanya mereka memiliki kemampuan ini,
apa artinya punya kekuatan? Nok Young mengajak A Ri pergi dan mengatakan
semuanya pada Yang Mulia.
“Kita berdua..” A Ri menggenggam
tangan Nok Young, “ada anak yang harus kau lindungi untukku. Meskipun berada di
dekat matahari akan menarik bencana, takdir akan memaksanya berada di dekat
matahari dan melindunginya (Raja). Pastikan anak itu selamat, lindungi dia demi
diriku.”
Nok Young bingung, “anak itu...apa
yang kau katakan?”
Penjaga sudah resah dan mendekati Nok
Young, “Ayo cepat keluar.” Nok Young masih menggenggam tangan A Ri, “Siapa
sebenarnya anak yang harus kulindungi?”
“Hidupku tidak akan lama, kau harus bertahan.
Lindungi Seongsucheong.”
Penjaga menarik Nok Young, cepat
pergi. Nok Young teriak-teriak “Ari! Ari!” A Ri hanya menangis setelah Nok
Young pergi.
***
Keesokannya, A Ri siap dieksekusi. Ia
dibaringkan di tanah, kedua lengan dan kakinya diikat tali yang juga diikatkan
ke empat ekor sapi. A Ri melihat ke langit dan mendapat penglihatan lagi, kali
ini ia melihat matahari membelah menjadi dua. Lalu sekali lagi A ri melihat dua
pangeran bersama Yeon Ify. Dua matahari dan satu bulan?
“Kalian bertiga...jaga diri kalian”. Sapi
mulai berjalan dan tubuh A Ri tertarik ke empat penjuru. Layar menjadi kabur
dan terdengar tangisan bayi.
Ny. Heo melahirkan bayi perempuan yang
cantik. Sesuai dengan ramalam A ri. Ia memandang bayinya dengan penuh kasih
sayang. Dia benar-benar secantik bulan. Ny. Heo tanya ke putranya, “Yeom, apa
menurutmu adikmu cantik?” Yeom Cakka juga tampan dan lucu, ia mengangguk, “Ya
dia cantik sekali.”
“Nak, namamu adalah Yeon Ify. Heo Yeon Ify.
Ini adalah nama yang sudah disiapkan ayahmu untukmu, sebelum ia dikirim ke
Myeong Guk sebagai utusan. Apa kau menyukainya?” Bayi itu tersenyum. Ny. Heo
dan Yeom juga tersenyum.
***
Nok Young merapikan kuburan A Ri, ia mengingat
pesan A Ri untuk melindungi anak demi dirinya. Ia melihat ke langit dan
memandang bulan.
******
Beberapa tahun kemudian.. Istana sibuk. Dayang
dan pelayan membersihkan aula, meletakkan tikar-tikar sesuai tingkatan.
Sepertinya akan ada ujian sarjana. Dayang dapur istana juga sibuk menyiapkan
semua hidangan. Benar-benar pesta besar. Tapi ada sedikit insiden, para dayang
bingung karena kehilangan sebuah payung merah dan kotak, lalu beberapa buah
yang ada di meja juga lenyap.
Bahkan ada baju yang hilang juga.
Kasim Hyung Sun berdiri di depan kamar
Putra Mahkota, “Yang Mulia Putra
Mahkota, sudah waktunya. Kita sudah banyak mengulur waktu. Tolong segera
berpakaian..”
Karena tidak ada jawaban, Kasim masuk
dan syok. Putra Mahkota menghilang. Ia langsung lari keluar.
Semua benda-benda yang menghilang itu
ada di sebuah gudang.
***
Putra Mahkota Rio membuka jubah resminya dan
ganti baju bangsawan biasa. Ia melihat peta dan memutuskan kemana ia akan lari.
Ia tampak puas dan jalan pergi.
***
Dua buah tandu berhenti di depan istana
Gyeongbuk. Lady Jeong Gyeong, Klan Sin keluar dari tandu, ia memanggil
putrinya, “Yeon Ify..Yeon Ify. Kenapa kau belum keluar?”
Ny. Heo membuka jendela tandu, putrinya masih
asyik membaca. “Apa kau benar-benar tidak pusing? Cepat, kalau tidak kau tidak
bisa melihat kakakmu.” Yeon Ify keluar dari tandu dibantu oleh Seol Zahra pelayannya,
dia memang gadis yang cantik dan bersinar. Yeon Ify memandang istana dengan
terpesona.
Di dalam, para sarjana muda duduk
sesuai barisannya. Ny. Heo dan Yeon Ify bergegas masuk, keduanya terlambat,
untung Raja belum datang. Ny. Heo dan Yeon Ify tersenyum pada Heo Yeom. Yeom Cakka tersenyum pada ibu dan adiknya.
Yeom Cakka juga menoleh ke baris di seberang
dan tersenyum pada Alvin, temannya. Ny. Heo menjelaskan ke Yeon Ify, “Itu Alvin
(Kim Chae Alvin), meskipun dia tidak sebaik putraku, Alvin benar-benar orang
yang berbakat.”
“Apa itu Alvin..” Ibunya membenarkan, “itu Alvin,
kau belum pernah melihatnya. Anak di sebelah sana itu Alvin.”
Ny. Heo berkata “kalau bersama P. Yang
Myung Iel, mereka bertiga belajar pada ayahmu. Kau tahu, mereka berdua adalah
teman dekat kakakmu, ya kan? Sarjana paling bagus dalam sastra dan militer
semua adalah murid ayahmu.” Ny. Heo tampak bangga sekali. “Aku harus menyajikan
makanan untuk mereka.”
Tuan Heo Yeong Jae, adalah Kepala
Sarjana dari Kantor Penasehat Istana.
***
Kasim Hyung Sun mengumpulkan penjaga dan
meminta mereka mencari Putra Mahkota. “Dia masih disini sejam yang lalu, jadi
dia pasti masih ada di istana.” Hyung Sun pusing, “jika Baginda tahu, kita
semua akan dihukum berat. Cepat cari dia! Cepat!”
Raja Seong Ju
memasuki aula. Semua berlutut menghormat. Yeon Ify bersama ibunya juga
berlutut. Seekor kupu-kupu kuning tiba-tiba melayang turun dari langit
mendekati Yeon Ify.
Apa ini roh A Ri? Yeon Ify seperti
terhipnotis dan mengikuti kupu-kupu itu.
Putra Mahkota jalan keluar dan
merasakan panas matahari, “aku tidak bisa membiarkan kulitku terbakar.” PM Rio
membuka payung dan tersenyum lebar. Ia jalan pergi sambil membawa payung merah.
Para sarjana menerima penghargaan. “Lulusan
terbaik sarjana sastra, Heo Yeom Cakka dan lulusan terbaik sarjana militer. Kim
Chae Alvin, majulah.”
“Posisi kedua, Kim Se Min dan posisi ketiga
Yim Byeong Uk, maju kedepan.” Ny. Heo tampak bangga. Ia bicara pada Yeon Ify, “Lihat
ayahmu dia terlihat bahagia. Apa kau lihat bibir ayahmu yang turun? Itu adalah
cara ayahmu menahan ketawa karena senang.”
Ny. Heo heran kenapa Yeon Ify tidak menjawab,
ia menoleh dan terkejut. Yeon Ify menghilang. Yeon Ify jalan mengikuti
kupu-kupu yang terbang tepat ke arah dimana Putra Mahkota berada. Yeon Ify
tidak melihat Putra Mahkota yang berusaha lari melompati dinding dengan
menggunakan tangga.
PM Rio tertegun
melihat Yeon Ify dan sepertinya langsung menyukainya. Akhirnya Yeon Ify melihat
PM Rio dan terkejut. PM Rio kehilangan keseimbangan dan jatuh menimpa Yeon Ify.
Payung merah itu jatuh melayang
menutupi keduanya. Yeon Ify dan PM Rio tertegun lalu sadar dan cepat-cepat berdiri.
Keduanya kikuk.
“Melihat
baju yang kau kenakan, sepertinya kau bukan pelayan istana. Kenapa kau di
istana?”
“Lalu,
mengapa kau memanjat tembok?”
PM Rio tidak percaya, “Oh! Hanya aku
yang bisa mengajukan pertanyaan. Cepat jawab aku! Apa kau benar-benar tidak
tahu kalau melanggar aturan istana adalah kejahatan besar?”
Yeon Ify membela diri, “Aku kesini
untuk mengikuti upacara kakakku sebagai sarjana sastra terbaik.”
PM Rio tidak percaya.
“Percaya atau
tidak terserah padamu, tapi aku tidak bisa melihat orang yang mencuri dari
istana. Aku akan memanggil penjaga istana sekarang.”
“Memanggil
penjaga istana? dan bilang kalau aku mencuri dari istana?” PM Rio melihat
tasnya yang penuh barang dan kenyataan ia akan lari dengan melompat tembok,
memang mencurigakan. PM Rio berkata ia hanya cari jalan keluar.
“Aku juga datang melihat hyungnimku menjadi
sarjana terbaik. Bukan..aku melihat kakak mendapatkan gelar sarjana militer
terbaik.”
Yeon Ify tidak percaya dan teriak
memanggil penjaga. PM Rio panik dan langsung membungkam mulut Yeon Ify. PM Rio
langsung menarik Yeon Ify lari. Keduanya sempat sembunyi di bawah jembatan
istana karena pengawal istana lewat. Anehnya Yeon Ify tidak teriak memanggil
mereka. PM Rio dan Yeon Ify sampai di sebuah paviliun. Ia menyalahkan Yeon Ify,
“kalau bukan karena kau, aku tidak akan selelah ini.”
Yeon Ify kesal, “kenapa kau tidak
menggunakan bahasa resmi padaku?”
“Kau lebih muda dariku, tentu saja aku tidak
memakai bahasa resmi.”
“Bagaimana
kau tahu kalau aku lebih muda darimu? Tuan Muda, berapa usiamu?”
“Dikurangi dua tahun dari usiamu.”
“11 th?”
“Oh
jadi kau 13 th? Berarti aku 2 th lebih tua. Aku 15 th.” Yeon Ify jalan pergi,
PM Rio menahannya, “kau mau kemana?” Yeon Ify akan memanggil penjaga istana.
PM Rio berkata kalau ia bukan pencuri,
“aku disini untuk melihat kakakku menjadi sarjana militer terbaik.”
“Kenapa kau menyalahkan yang lain saat mulutmu
terbuka dan mengatakan kebohongan saat mulutmu tertutup? Sarjana militer terbaik
adalah teman dekat orabeoniku, dan aku tidak pernah dengar ia punya adik
sebelumnya.” PM Rio bingung mencari alasan “..benar..benarkah?” Dia kelimpungan
karena Yeon Ify ini pintar sekali.
“Sebenarnya aku ingin menemui kakakku.”
“Apa
ini ada hubungannya dengan sarjana militer lagi?”
“Bukan,
bukan. Kakakku dan aku memiliki ayah yang sama, tapi ibu kami berbeda, tapi ia
tetap baik padaku.”
Flashback, Ratu dan Lady Park duduk bersama melihat PM Rio
dan Pangeran Yang Myung Iel bermain. Lalu saat keduanya semakin besar, mereka
berlatih pedang dan Yang Myung Iel mengalahkan Rio, tapi langsung menunduk saat
Raja melihatnya. Raja tidak suka kalau Yang Myung Iel lebih menonjol. “Meskipun
ia pintar sastra dan militer, dia tidak bisa ikut ujian negara. Meskipun ia
berbakat, dia tidak bisa menjadi pejabat. Meskipun ia menghormati dan mencintai
Ayah, dia tidak bisa menerima kasih sayang Ayah. Meskipun ia disayangi banyak
orang, ia tidak bisa muncul di depan mereka. Dan juga, kakak hidup seperti ini
karena aku.”
“Dia mungkin takut kena marah ayah,
jadi kakak tidak datang menemuiku untuk beberapa lama. Jadi, aku benar-benar
ingin pergi menemui Kakak. Apa kau mengerti sekarang?”
“Kenapa kau menyalahkan dirimu sendiri?”
“Apa?”
“Tuan Muda, kau menjadi anak pertama,
sementara kakakmu adalah anak tidak resmi, itu bukan hal yang bisa kau pilih.
Lalu, mengapa kau menyalahkan diri sendiri?”
“Bukankah
kau baru saja bilang kalau aku menyalahkan orang lain kapanpun aku membuka
mulutku?”
“Seorang
terhormat tidak boleh menyalahkan orang lain untuk semua kesalahan. Petani
tidak boleh menyalahkan tanah kalau tidak subur dan pemusik tidak boleh
menyalahkan alat musik. Masalahnya ada pada pemilik dan tidak tergantung pada obyeknya.
Jika hyungnim-mu benar-benar menyayangimu, mungkin ia tidak akan menyalahkanmu.
Jadi, Tuan Muda, tidak ada gunanya menyalahkan diri sendiri. Kau juga tidak
perlu menyalahkan orang lain.” Yeon Ify mulai mengeluarkan semua pendapatnya,
ia bicara masalah politik dan sistem negara. Membuat Rio melongo.
“Sebenarnya, sistem yang membedakan anak sah
dan tidak sah seharusnya diselesaikan oleh Yang Mulia. Jika sistem menghalangi
bakat seseorang, dan bahkan memisahkan persahabatan antar-saudara, maka
bukankah seharusnya diperbaiki? Sejujurnya, ada banyak hal dalam Hukum Joseon
yang tidak masuk akal. Bangsawan dan budak adalah sama-sama manusia, jadi
mengapa bangsawan dan kaum rendahan dipisahkan? Ayahku selalu berkata kalau itu
melanggar hukum jika wanita membaca terlalu banyak buku...” Yeon Ify sadar
sudah terlalu banyak bicara, ia menutup mulutnya sendiri.
“Jadi
maksudmu, sistem politik Yang Mulia salah, iya kan?”
“Bukan, bukan
itu.”
“Kali ini giliranku memanggil penjaga istana.”
Yeon Ify panik dan memohon, ia menahan lengan PM Rio. “Katakan saja..pura-pura
tidak mendengar apa yang kukatakan tadi.”
“Sekarang
kau tahu aku bukan pencuri, ya kan?” Yeon Ify menggeleng, “tidak.”
PM Rio kaget, “kenapa begitu?”
“Barang-barang
tadi itu dari mana asalnya?” PM Rio berkata itu miliknya.
“Semua milikku.
Puas?”
“Semua adalah
barang langka yang hanya diberikan sebagai upeti. Tuan Muda, bagaimana kau bisa
dapat barang-barang itu?”
“Aku
akan berkata kalau kau manis, apa kau terus akan mencurigaiku? Apa kau
mengabaikanku? Aku ini...Joseon..aku ini ..pejabat Joseon.”
***
Ny. Heo panik dan lapor ke penjaga kalau
putrinya menghilang. Ia sudah pergi selama lebih dari dua jam.
“Dia tidak pergi ke arah tandu, jadi dia pasti masih ada di dalam istana. Kau harus membantuku menemukannya. Kau harus membantuku…”
“Dia tidak pergi ke arah tandu, jadi dia pasti masih ada di dalam istana. Kau harus membantuku menemukannya. Kau harus membantuku…”
Ny. Heo melihat Yeon Ify jalan bersama
PM Rio dari seberang, ia langsung lari, “Yeon Ify..”
Yeon Ify masih ingin tahu, “katakan
berapa gaji pejabat sampai kau mampu mendapatkan barang-barang berharga itu?”
Ny. Heo memanggilnya, “Yeon Ify!” ia
lega melihat Yeon Ify baik-baik saja, “aigo..anakku.”
Penjaga langsung mendekati PM Rio. PM Rio
mencegahnya menghormat atau memanggilnya Yang Mulia. “Jangan katakan apapun,
tidak sepatah katapun. Jika kau mengatakan sesuatu, aku akan menghukummu.”
PM Rio berseru ke Yeon Ify, “Kau
disana! Aku sudah mengakui kesalahanku pada penjaga dan lapor sendiri. Apa kau
puas sekarang? Semua barang yang kucuri ada di Ruangan Bulan Perak, kuantar kau
kesana.”
Rio pergi dengan penjaga itu. Ny. Heo
tampak heran, tapi tidak mengatakan apapun.
Yeon Ify sudah masuk tandu dan siap
pulang. Seorang dayang istana lari-lari menahannya, “Agassi, tunggu sebentar.”
Dayang itu mengulurkan surat yang ditulis diatas kain, “seseorang meminta saya
memberikan ini pada anda.”
“Siapa?”
“Dia berkata kalau anda akan tahu jika saya
mengatakan ini dari Tuan Muda Gedung Bulan Perak.”
“Tuan
muda pejabat itu? Apa ini?”
Flashback, PM Rio menulis diatas kain, ia bicara
sendiri, “meskipun banyak yang ingin kukatakan, tapi aku tidak bisa mengatakannya.
Tapi semakin kupikir aku semakin kesal, jadi aku hanya mengatakan ini padanya.
Jika ia gadis pintar, ia akan mengerti apa artinya.”
Yeon Ify tanya lagi, “apa ia tidak
mengatakan sesuatu?”
“Katakan padanya
untuk hati-hati di jalan saat malam hari. Hanya itu katanya.”
“Mengatakan padaku untuk hati-hati di jalan
saat malam, dia mungkin bukan orang jahat.” Yeon Ify tersenyum lalu mereka
pulang. PM Rio mengenakan kembali jubah resminya dan menghadap Raja.
Ayahnya ingin
tahu apa yang membuatnya tertarik diluar istana. PM Rio mengaku hanya ingin
menemui Kakaknya, P. Yang Myung Iel untuk berdiskusi.
“Tempat dimana
kau ingin berdiskusi adalah dengan para guru dibelakangmu itu.”
“Saya minta maaf. Saya tidak bisa belajar
apa-apa lagi dari Sigangwon.” (Pendidikan Istana khusus untuk Putra Mahkota)
Raja terkejut, tapi PM Rio tidak punya
teman debat, “tanpa debat bagaimana batasan bisa dilanggar? Tanpa pertanyaan
yang membuat saya ragu, bagaimana saya bisa menantang langit? Hal-hal yang
mustahil di Sigangwon, saya bisa mempelajarinya bersama kakak.” Raja marah dan
menyalahkan para pejabat dan guru, “Bagaimana kalian bisa membuat PM seperti
ini?” Raja memecat semua guru dan mencari guru baru untuk PM. Raja memerintah
agar PM belajar di kamarnya dan keluar setiap malam untuk merenung. Juga, dia
tidak bisa pergi ke makam istana.
***
Menteri Personel, Yoon Dae Hyung menghadap Ibu
Suri. Yoon mengagumi pohon bonsai Ibu Suri. Bonsai ini kelihatan mengesankan,
sama seperti pohon pinus di gunung.
“Apa
kau tahu arti dibalik pohon bonsai, Menteri Personel?”
“Bukankah artinya menumbuhkan
bibit kecil sesuai keinginan anda?”
“Benar, tapi masalahnya dengan pohon bonsai,
pohon ini mudah dilihat tapi sebenarnya sulit melakukannya. Jika waktunya tidak
pas, maka sulit membuatnya sesuai dengan keinginanmu.” Ibu Suri juga mendengar
kekacauan di Sigangwon. Ia mengingatkan Yoon Dae Hyung kalau siapapun yang
menjadi guru PM akan menjadi sangat penting, karena ia akan mendidik calon Raja
Joseon berikutnya. Ratu/Jung Jeong dari klan Han menghadap Raja, ia minta Raja
mengerti perasaan PM. Putra Mahkota tidak punya teman.
“Saya mohon ijinkan P. Yang Myung Iel untuk
masuk dan keluar istana dengan bebas.”
Ratu Han berujar, “P. Yang Myung Iel bahkan
belum menikah dan anda sudah mengirimnya keluar dari istana. Jika anda tidak
mengijinkannya kembali ke istana, maka Putra Mahkota akan menjadi semakin..
Seong Jo marah, itu bukan posisi yang bisa ia permainkan dengan mengikuti
perasaan. Semua Raja terdahulu harus mengalami penderitaan yang sama untuk
menjadi Raja. Untuk orang yang akan bertanggung jawab pada rakyat, jika ia
tidak bisa menahan keinginan-nya sendiri, apa dia pantas?” Ratu Han masih ingin
berdebat. Tapi Raja memintanya pergi. “Aku ingin istirahat, Jung Jeong kau
kembalilah.” Ratu Han bertemu Hui Bin, klan Park. Park Hui-bin memberi hormat, “saya
sangat menyesal.” Ratu Han tersenyum dan berkata ini bukan salah Hui Bin. Ia
heran kenapa P. Yang Myung tidak berkunjung ke istana akhir-heran ini.
“Saya dengar ia pergi keluar ibukota untuk
jalan-jalan.” Ratu Han mengerti, Raja pasti telah melarang P. Yang Myung masuk
istana. “Kalau ia kembali, jika ia punya waktu katakan padanya untuk pergi ke
istana Ratu dan memberikan hormat. Akan lebih baik kalau ia bisa mampir ke
Istana Timur (Istana Putra Mahkota).” Park Hui Bin tersenyum dan memberi
hormat.
***
P. Yang Myung Iel habis berburu, ia menjualnya
ke pedagang dan minta harga yang tinggi, “aku akan memakainya membeli hadiah
untuk temanku.”
Pedagang itu heran, “kau orang baru
ya?” Yang Myung Iel berkata ia hanya pelancong yang lewat saja. “Karena aku kekurangan
biaya untuk jalan, jadi aku menangkap ini.”
Pedagang itu memeriksa hasil buruan
Yang Myung Iel. Yang Myung Iel melihat antrian orang dan tanya mengapa mereka
antri seperti itu. Pedagang itu menjelaskan ada anak buta usia 8 th yang punya
kekuatan supranatural. “Anak itu bisa tahu penyakitmu tanpa memeriksa nadimu
dan mereka juga menjual batu ajaib yang bisa menyembuhkan segala macam
penyakit.”
Yang Myung Iel tertarik, “aku juga
bingung mau beli apa. Mungkin aku sebaiknya membeli batu itu juga.”
Beberapa pria promosi dan berkata
kalau ini melebihi kemampuan Peramal Seongsucheong Jang Nok Young, “ayo
dapatkan batu ajaib yang bisa menyembuhkan penyakit apapun. Hanya tersedia 50
buah saja!” Guk Mu Jang Nok Yeong Seorang anggota Seongsucheong menunjuk gadis
itu, itu orangnya, Peramal.
“Mereka adalah
penjahat yang memanfaatkan anak itu. Mereka membuat anak itu kelaparan. Mereka
menunggu sampai anak itu mati untuk membeli anak baru dan melanjutkan bisnis
mereka. Kadang, mereka menjual anak itu ke gibang.” Kuk Mu Jang Nok Young
berkata akan pergi dan melihatnya sendiri. Ia maju ke depan barisan, tapi Yang
Myung Iel menahannya, “maafkan ketidak sopanan saya, tapi ambil nomor urut
dulu.”
“Maaf, tapi saya harus pergi ke dalam lebih
dulu.” Jang Nok Young awalnya kesal, tapi ia mendapat penglihatan tentang Yang
Myung Iel. Yang Myung Iel juga memancarkan kekuatan matahari. Joseon memiliki
dua matahari..
Yang Myung Iel duduk menunggu giliran, seorang
pria tanya kenapa Yang Myung Iel kesini dan Yang Myung Iel bohong, ia berkata kalau kakinya luka
karena berburu babi hutan. Pria itu anggota komplotan dan memberi kode pada
pria disisi Su gung. Pria itu berbisik pada Su gung apa yang terjadi. Yang
Myung Iel maju ke depan Su gung. Su Gung
mengatakan seperti yang dibisikkan pria di sampingnya. Tapi ia menambahkan, “oh..aku
bisa melihat cahaya datang darimu, paman. Benar-benar cahaya kuning yang
indah..atau merah?”
Jang Nok Young terkejut, karena anak
itu memiliki kemampuan melihat seperti dirinya. Yang Myung Iel heran, “cahaya
apa? Apa maksudmu?”
Anak itu mengeluh, “aku lapar..”
Yang Myung Iel heran dan mengamati
anak itu. Bibirnya kering dan pecah-pecah, berarti kekurangan cairan. Pria
disamping Su Gung berkata kalau dewi Su Gung sudah mengatakan kalau kakimu luka
dan akan sembuh sekitar 4 hari.
“Tubuhnya
kurus tapi punya perut. Ada suara di perutku yang berkata kalau rasanya tidak
enak karena kurang cairan dan darah?”
Pria itu marah, “Brengsek, apa yang
kau katakan?” Yang Myung Iel berdiri, menunjukkan kalau ia tidak sakit. “Aku
berkata kalau ia kelelahan karena kelaparan.”
Yang Myung Iel menunjukkan kalau anak itu
sudah dipukuli, “ada memar di leher dan lengan. Ada berapa banyak luka lagi
yang tidak terlihat?” Yang Myung Iel minta anak itu membuka matanya, anak itu
ternyata tidak buta. Ia membuka mata dan Yang Myung Iel menyuapkan kue ke
mulutnya. Anak itu langsung memakannya dengan lahap.
Pria itu marah
dan mencubit anak itu. Anak itu menangis, “aku lapar, aku lapar.”
Para pengunjung mulai marah, “Penipu!”
Mereka minta uang mereka dikembalikan. Semua menyerbu penipu-penipu itu. Yang
Myung Iel mengambil kesempatan ini untuk membawa lari anak itu. Yang Myung Iel lari
cepat sekali.
Anak itu mengeluh, “Paman kau lari
terlalu cepat. Kepalaku pusing.”
“Itu karena kau kelaparan. Tunggulah sebentar
lagi. Aku akan membawamu ke tabib dan aku bukan paman!” Yang Myung Iel disergap
para penjahat tadi. Salah seorang mengambil anak itu dan membawanya pergi.
Anak itu menangis, “aku tidak mau. Aku tidak
mau dipukuli.” Jang Nok Young menghadang pria itu, “lepaskan anak itu.”
“Apa ini?” Lalu
pria itu melihat pasukan di belakang Jang Nok Young. Ia ketakutan dan segera
menurunkan anak itu lalu lari. Pasukan mengejarnya.
Sementara Yang
Myung Iel harus menghadapi preman-preman itu. “Ini semua karenamu. Hari ini,
kami tidak mendapatkan uang sesen-pun. Bahkan sekarang kami tidak bisa kembali
kesini untuk mencari uang.” Preman itu mendorong Yang Myung Iel.
Yang Myung Iel marah, “ini peringatan
terakhirku. Membuatku marah dan kau dalam bahaya besar. Guru pedangku mendapat
gelar sarjana militer terbaik kali ini.”
Mereka mengejek Yang Myung Iel, “Jika gurumu adalah sarjana terbaik,
maka ayahmu adalah Raja.” Preman itu tertawa, “aku kenal Raja, dia tidak
berkata punya anak sepertimu!”
Ini membuat Yang Myung Iel marah. Ia berdiri dan menghapus darah di sudut
bibirnya.
Lalu melumpuhkan orang-orang itu satu
persatu. Yang Myung Iel ternyata petarung hebat, semua preman yang lebih besar
darinya sukses dikalahkannya.
***
Malamnya, Yang Myung Iel mengenakan baju
hanbok bangsawan dan berdiri di atas bukit, “Yang Mulia. Pelayan setia anda
telah kembali dengan selamat. Tolong ampuni saya karena tidak memberi hormat
lebih awal.”
“Yang Mulia Putra Mahkota, apa kabarmu selama
ini?” (Yang Myung ini tampak ceria diluar, tapi menyimpan kesedihan di dalam hatinya.)
***
Putra Mahkota berdiri memandang langit malam.
Kasim Hyung Sun, para dayang dan pengawal berdiri tepat dibelakang Rio. PM Rio
jalan ke samping, Kasim dll mengikutinya, persis seperti bayangan. Ini lucu
sekali. PM Rio menghela nafas, “Aku tidak akan melarikan diri. Berikan aku
ruang.” PM Rio melihat kelopak bunga jatuh berguguran dan ia ingat saat ia
terjatuh bersama Yeon Ify.
Rio bicara sendiri, “Kalau kau tahu
bahwa aku Putra Mahkota. Kau akan semakin marah. Sudahlah..kita lebih baik tidak
bertemu lagi.” PM Rio melihat ke atas dan melihat payung merah itu melayang di
udara.
***
Yeon Ify
mempelajari surat dari Rio, ia bingung, “Digambar bulat ditulis kotak. Jika kau
menggambarnya akan jadi lingkaran. Tapi jika kau menulisnya, akan jadi kotak.”
(Matahari, kalau digambar kan bulat, kalau ditulis dalam huruf mandarin,
jadinya kotak.) Yeon Ify masih berpikir, “Myo hidup, Yu mati. Kelinci bisa
hidup. Ayam jago akan mati.”
Pelayan Yeon Ify, Seol Zahra masuk
sambil membawa teh, “Nona ini Seol Zahra. Anda tidak bisa tidur lagi, Nona?”
“Seol, “Kelinci bisa hidup. Ayam jago akan
mati." Apa kau bisa menjelaskannya?”
“Jika
ayam jago mati, siapa yang akan membangunkan kita di pagi hari? Anda sebaiknya
berhenti dan pergi tidur sekarang. Apa anda ingin kena marah Ayah anda lagi?”
***
P. Yang Myung Iel ada di depan kediaman Yeon Ify.
Ia tersenyum melihat kamar Yeon Ify yang masih menyala. Tiba-tiba Yeon Ify
keluar dan membentangkan kain itu di bawah sinar bulan. Yang Myung Iel heran melihatnya. Yeon Ify mengarahkan kain
itu ke segala penjuru, “Kukira aku bisa melihat huruf tersembunyi di bawah
sinar bulan. Tidak ada tulisan lain.” Yeon Ify mengutip perkataan Seol Zahra, “Jika
ayam jago mati, siapa yang akan membangunkan kita di pagi hari?”
Yeon Ify menyadari sesuatu, “Pagi...Myo
hidup, Yu mati. Lahir di waktu Myo dan mati di waktu Yu?”
Lalu ia jongkok dan menulis di tanah, “Waktu
Myo...jam 5-7 pagi hari, Waktu Yu..jam 5-7 sore. Jika kau menggambarnya, akan
berbentuk lingkaran. Tapi jika kau menulisnya, akan jadi kotak. Terbit pada
waktu Myo dan terbenam waktu Yu? Matahari.” Yeon Ify ingat saat Rio tampak
kesal, “Apa kau sekarang mengabaikanku? Aku ini ...Joseon.”
Yeon Ify kaget dan jatuh terduduk di
tanah. Matahari. Yang Myung Iel heran melihat Yeon Ify. Sementara Putra Mahkota
Rio berpikir payung merah itu adalah tanda kalau mereka akan bertemu lagi.
“Apa kau benar-benar Putra Mahkota, lebih baik
kita tidak bertemu lagi.”
Yang Myung Iel tersenyum, “Aku
benar-benar bahagia melihatmu lagi, Heo Yeon Ify.”
********
Source : Kadorama-recaps.blogspot.com
Posted
: June 23, 2012
Edited
: August 11, 2012
No comments:
Post a Comment