The Moon That
Embraces the Sun 18
Malam semakin larut dan Raja siap tidur, ia tanya, “Berbaring bersama seperti ini rasanya menyenangkan, ya kan?”
Yeon Ify berbaring di samping Raja, dan membenarkan. “Rasanya
menyenangkan.”
“Tapi apa ini tidak keterlaluan
Hyung Sun?”
Hyung Sun duduk dengan mata
tertutup kain diantara Raja dan Yeon Ify haha..ia bertugas memastikan tidak
akan terjadi ‘insiden’ diantara keduanya. Hyung sun merasa ini memang perlu
dilakukan.
Raja kesal, “Apa kau pikir aku akan...sebelum menikah,
kau tidak mempercayaiku?!”
Hyung Sun percaya pada Raja, tapi ia tidak percaya pada
sesuatu didalam Raja, hasrat pria muda yang sudah disembunyikan selama
bertahun-tahun.
Raja kesal sekali dan menendang-nendang selimutnya, “Tapi
kalau seperti ini, bagaimana aku bisa tidur!”
Hyung sun membuka tutup matanya dan ia minta Raja membuat
kesepakatan.
Raja duduk, “Kesepakatan apa?”
“Bagaimanapun...tidak boleh..sama sekali tidak boleh
menyerah pada insting anda. Jangan menyentuh sehelai saja rambut Agassi.”
Raja marah dan teriak, “Kau ini benar-benar semakin lama
semakin keterlaluan!”
Yeon Ify akhirnya duduk dan memanggil Hyung Sun, “Tuan.”
Hyung Sun menoleh, tapi ia menutup matanya karena
dilarang melihat langsung wanita milik Raja. Yeon Ify membujuk, “Yang Mulia dan
saya sudah terpisah selama 8 tahun. Coba pikirkan hari-hari itu saat kami
terpisah. Benar-benar berharap tidak akan terpisah lagi dan memikirkan Yang
Mulia setiap detik, setiap menit. Saya mohon, paling tidak, disini di kegelapan
malam, ijinkan saya melihat Yang Mulia.”
Hyung sun melunak, “Saya akan menganggap ini permintaan
dari seorang anak pada ayahnya, saya menyarankan anda untuk saling memandang
satu sama lain sebanyak yang anda inginkan.”
Hyung Sun berusaha berdiri, sedikit terpeleset pffttt..
lalu membungkuk pada Raja dan jalan keluar.
Raja mendengus, ia ngomel. “Orang itu melayaniku selama
hampir 20 th, tapi dia justru lebih mendengarkan permintaanmu.”
Raja berbaring dan berkata ia akan mengikuti kemauan
Hyung sun yang menyebalkan itu. “Dia bisa tenang karena aku tidak akan
menyentuh selembar rambutmu pun!”
Yeon Ify tersenyum dan berbaring menatap Raja, “Apa anda
serius?”
Raja kesal, “Tentu saja! Pria sejati tidak akan menarik
kembali kata-katanya. Sama sekali tidak.”
Yeon Ify menyentuh tangan Raja. Raja tertegun.
Yeon Ify tanya, “apa Yang Mulia akan mengusir saya keluar
karena berani menyentuh tangan anda tanpa ijin?”
Raja senyum, “Tidak mungkin. Bagaimana aku bisa?”
Yeon Ify memberi petunjuk, “Yang Mulia, bukan anda yang
menyentuh saya.” Raja langsung mengerti dan menggenggam tangan Yeon Ify.
Keduanya tidur sambil berpegangan tangan.
***
Sebaliknya, Ratu Yoon tampak pucat, matanya
cekung. Ia tidak bisa tidur. Jo Sanggung lapor kalau dayang yang waktu itu
mereka jadikan mata-mata sudah tidak di Daejeon lagi. Raja tiba-tiba
memindahkannya ke istana lain. Bukan itu saja, kecuali beberapa orang yang
sudah melayani Raja sejak masih menjadi Putra Mahkota, semua dayang dan pelayan
diganti semua dalam beberapa hari.
“Dia mengganti semua dayang dan
pelayan?” Jo Sanggung membenarkan. Ratu Yoon merasa ada sesuatu yang
disembunyikan Raja dalam kediamannya.
***
Paginya, Putri Min Agni lari-lari di halaman
istana, Ny. Heo dan Min Sanggung susah payah mengikutinya, “Tuan Putri anda
tidak boleh lari.”
Min Agni berhenti dan minta maaf pada ibu mertuanya, ia
merasa sangat senang dan ingin segera mengatakan kabar baik pada ibunya. Ny.
Heo mengerti, ia juga sangat bahagia tapi kondisi Min Agni sekarang membutuhkan
kehati-hatian. Tabib istana sudah mengatakannya berkali-kali.
“Ya, ibu. Mulai sekarang saya
akan sangat berhati-hati.” Min Agni jalan pelan-pelan. Ny. Heo dan Min Sanggung
mengikutinya sambil tersenyum geli. Min Agni berpapasan dengan Hong Kyu Tae.
Hong segera membungkuk dan memberi salam. Min Agni menjawab salam Hong dan
tanya siapa Hong.
“Saya petugas Naegeumbu, Hong
Kyu Tae.” Min Agni memuji Hong dan berkata kalau Hong harus setia pada Raja.
Hong mengiyakan, “Ya, saya akan mengikuti perintah Putri.”
Min Agni jalan pergi bersama Ny. Heo dan dayang Min. Hong menatap Min Agni
dengan tajam.
Hong sudah bertemu Raja beberapa saat lalu dan melaporkan
penyelidikannya. “Ada satu hal yang aneh, sebelum mendiang Raja mengeluarkan
perintah untuk menghentikan penyelidikan kematian Putri Mahkota, dia sering
sekali mengunjungi Soo Kyung Jae.” (Istana Kristal, kediaman Min Agni)
“Istana Kristal..bukankah itu
kediaman Putri Min Agni?” Hong membenarkan. Raja merasa ini tidak aneh, ayahnya
memang sangat menyayangi Putri Min Agni.
“Tapi saya tetap merasa ini
sedikit aneh.”
“Kenapa bisa begitu?”
“Mendiang Raja mengunjungi
istana Kristal beberapa kali, dan Putri Mahkota dipilih tanpa proses pemilihan
lagi. Ini rasanya seperti..jadi saya diam-diam menyelidiki dayang istana yang
bekerja di istana kristal saat itu dan ia berkata kalau Ibu Suri Tua juga
sering mengunjungi Istana Kristal.”
Raja heran, ini memang aneh
kalau neneknya juga sering mengunjungi Min Agni.
Hong melanjutkan,
ia sudah menemukan mantra yang harus diselidikinya. Raja berkata tidak perlu
karena ia sudah mengetahuinya dari Gukmu Seongsucheong. Hong mengerti dan akan
pergi. Tapi Raja berubah pikiran dan berkata ingin mendengar hasil penyelidikan
Hong.
“Tidak banyak, ini soal mantra.
Mantra biasanya menggunakan boneka jerami sebagai medianya, tapi kadang manusia
bisa menggantikan boneka itu sebagai media mantra.”
“Menggantikan boneka dengan
manusia?”
Hong membenarkan, “Dan jika manusia dengan keinginan kuat
digunakan sebagai ganti boneka, maka mantranya semakin efektif.” Raja tertegun,
ia ingat kata-kata Neneknya, kalau ia melakukan ini demi kebaikan Raja.
Lalu Yeon Ify yang berkata kalau mendiang Raja punya
alasan menyembunyikan masalah ini. Keterangan Hong. Semua berputar di kepalanya
dan Raja sadar, Putri Min Agni ada hubungan dengan kematian Yeon Ify waktu itu.
Hong Kyu Tae mencemaskan Raja yang diam saja. Raja minta Hong pergi dulu.
“ Mengapa...mengapa Putri Min Agni akan..”
***
Min Agni
dan Ny. Heo menghadap Ibu Suri Han. Ibu suri tampak gembira, “Kau bilang ia
mengandung?”
Ny. Heo membenarkan, ia melihat Min Agni sakit beberapa
hari ini dan sangat cemas, ia curiga Min Agni mengandung. Ny. Heo membawa Min Agni
ke tabib istana dan ternyata benar. Ibu Suri Han senang sekali, ia memuji
putrinya. “Ini kabar menggembirakan, kau tahu..istana dipenuhi suasana muram
akhir-akhir ini.” Min Agni minta ijin pada Ny. Heo untuk pulang lebih dulu.
Ny. Heo terkejut, apa Min Agni sakit. Min Agni hanya
ingin segera mengatakan kabar gembira ini pada Yeom Cakka. Kedua ibu itu merasa
geli. Ny. Heo berkata seharusnya Min Agni menemani Ibu Suri Han lebih lama
lagi. Ibu Suri Han berkata kalau anak perempuan, akan menjadi milik keluarga
suaminya setelah menikah, jadi ia tidak masalah kalau Min Agni mau pulang lebih
dulu. Ia meminta Ny. Heo tetap disini untuk menemaninya ngobrol. Min Agni
setuju.
“Tapi kau harus mengunjungi Yang Mulia dulu.” Ucap
Ibu Suri. Min Agni mengiyakan dan pergi.
***
Raja ingat kata-kata ayahnya saat ia masih
remaja. Mendiang Raja minta maaf padanya.
PM Rio bertanya, “Untuk
apa?”
“Karena ayahmu tidak mampu
melindungi gadis itu. Putra Mahkota, kau sangat pintar dan cerdas. Akan tiba
saatnya kau akan mengerti arti kata-kata ini, Kau harus ingat apa yang akan
kukatakan.”
“Katakan pada saya.”
Raja minta Rio memaafkan semua
orang yang coba ia lindungi. “Tolong lindungi mereka semua.” PM Rio tidak
mengerti. Raja berkata jika Rio tidak bisa melakukannya, maka orang pertama
yang tidak boleh dimaafkan adalah Raja.
PM Rio berujar, “ Tolong ampuni kebodohan saya, tapi saya
tidak mengerti maksud Aba Mama.”
Raja menatap Rio dan berkata, “Putra Mahkota..takhta Raja
adalah tempat yang sangat sepi. Ada orang-orang dimana-mana yang akan menjadi
musuhmu. Tidak mustahil bagi siapapun untuk jadi musuhmu. Kadang, kau tidak
punya pilihan selain membuat keputusan yang berlawanan dengan hati nuranimu.
Kadang, musuh itu..mungkin adalah keluarga dekatmu. Harapanku hanyalah kau akan
mampu paling tidak mengampuni ...anggota keluargamu itu.”
PM Rio tanya, “Orang yang harus kumaafkan dan kulindungi,
siapa mereka?”
Kembali ke masa kini, tiba-tiba terdengar lagi
suara tangisan Min Agni. Raja ingat saat ia belajar dengan Guru Yeom dan
mendadak Min Agni masuk sambil menangis, Min Agni kesal karena PM Rio berkata
kalau dirinya tidak pintar di depan Yeom Cakka. Lalu Min Agni meyakinkan Guru
Yeom Cakka kalau ia pintar.
Yeon Ify memanggilnya, “Yang
Mulia! Yang Mulia!”
“Kau sudah tahu kan..itulah
mengapa, kau tidak mengatakan padaku kalau kau sudah ingat kembali?” Raja berdiri
dan keluar kamar. Ia pergi ke ruangan pertemuan. Raja teringat lagi saat ia
masih remaja. Raja melihat PM Rio berlutut di depan mendiang Raja.
Raja teriak, “Kau harus berhenti sekarang!”
PM Rio memohon, “Yang Mulia, tolong tarik kembali
perintah anda untuk membuat Heo Yeom Cakka sebagai uibin.”
Raja marah dan memerintah PM Rio untuk berdiri segera. PM
Rio tidak ingin Raja menghentikan seseorang dengan bakat sebesar Yeom Cakka tanpa
memberikan jabatan resmi apapun. “Kalau begitu, Yang Mulia sebaiknya memberi
perintah untuk mengeksekusinya saja.”
“Apa bukannya suatu kehormatan
untuk menjadi anggota Keluarga Raja? Bagaimana kau bisa membandingkan-nya
dengan hukuman mati?”
“Apa kehilangan nyawa
satu-satunya hal yang dianggap kematian?”
Raja tidak mengerti, “Apa?”
“Saya akan mengikuti perintah
anda. Sesuai perintah, saya akan menikah dengan putri Menteri. Tapi saya mohon,
Yang Mulia, tarik kembali perintah anda menunjuk Sarjana Heo sebagai Uibin.”
“Pergi!”
PM Rio menolak, ia tidak mau
pergi sebelum ayahnya menarik kembali perintahnya.
Raja teriak, “apa aku harus memerintah penjaga menyeretmu
tanpa hormat hanya untuk mematuhi perintah?”
“Yang Mulia!”
“Putra Mahkota, ikut aku!” Raja jalan keluar,
melewati Raja Rio dewasa. PM Rio mengikuti Raja bersama Hyung Sun. Raja Rio
dewasa mengikuti mereka.
Raja (maksudnya Ayah Rio) marah
pada PM Rio, “Anak tidak berguna. Apa kau tahu bencana apa yang hampir saja kau
perbuat?”
PM Rio hanya ingin melindungi Sarjana Heo Yeom Cakka.
Tapi Raja berkata kalau caranya seperti itu, “Dengan memperlihatkan perasaan
asli Putra Mahkota pada mereka, Heo Yeom Cakka dan ayahnya, Heo Yeong
Jae..keduanya akan menjadi target politik. Itu baru dua orang. Lalu, mereka
akan mulai mempertanyakan kemampuanmu menjadi Raja berikutnya. Itu berarti tiga
orang. Karena kau, semua anak buahmu akan bertanggung jawab dan rakyat Joseon
juga kelak akan menderita dibawah pemerintahanmu. Jika kau menjumlahkan mereka
semua, cukup untuk menghancurkan seluruh Joseon. Jika kau membiarkan perasaan
pribadimu mempengaruhi keputusanmu, siapa yang bisa kau lindungi?”
PM Rio marah, “Lalu, apa Abamama ingin saya diam saja?
Jika saya tidak melakukan apapun, tidak mengubah apapun, tidak melindungi apapun,
dan hanya mengikuti kebiasaan saja, menjadi tanpa kekuatan dan lemah, apa
seperti itu yang Abamana inginkan? Menjadi Raja seperti itu. jangan bilang
kalau hanya itu yang bisa dilakukan.”
“Semakin kau ingin melindungi,
semakin kau akan terluka. Semakin kau ingin mendapatkan hal yang kau inginkan,
semakin kau akan kehilangan. Ini akan menjadi takdirmu saat kau duduk di takhta
suatu hari nanti. Jika kau benar-benar ingin melindungi, kau tidak boleh
memperlihatkan kelemahan. Kau harus kehilangan satu untuk mendapatkan satu,
ini..adalah politik.”
“Kalau begitu, Chon Na, apa yang sudah anda
pilih? Apa yang anda dapatkan, dan apa yang anda lepaskan?”
Raja tidak menjawab, ia hanya
berpikir dalam hati, aku kehilangan anak
buah yang setia, tapi bisa menjamin keselamatannya. Aku kehilangan Yang Myung
Iel-gun tapi bisa melindungimu. Aku kehilangan Putri Mahkota, tapi bisa
menyelamatkan adikmu, Min Agni.
“Saya..tidak akan melakukan hal yang sama.
Saya hanya ingin melakukan yang benar. Meskipun saya harus mempertaruhkan
semuanya, saya tetap akan memilih untuk melindunginya. Jika ada yang salah,
saya tidak akan membelanya. Joseon saya akan seperti ini.”
PM Rio membungkuk pada Raja lalu
jalan keluar. Ia membuka pintu dan berhadapan dengan Raja Rio dewasa. Keduanya bertatapan.
PM Rio marah, “Apa kau sudah
lupa dengan keputusanmu untuk mengubah bagaimana mengurus urusan negara? Apa
ini yang kau sebut politik? Jangan bilang kau sudah melupakannya?”
Raja tertegun, ia tidak bisa menjawab. PM Rio meninggikan
suaranya, “Biarkan semua hal dan semua orang kembali ke posisinya yang semula.
Turunkan orang yang tidak berhak menduduki posisinya dan kembalikan mereka yang
seharusnya menduduki posisi itu. Ini adalah tugas dari Raja. Ini adalah jalan
yang seharusnya kau ikuti. Jangan bilang kau sudah melupakannya?”
PM Rio jalan melewati Raja. Raja gemetaran.
***
Putri Min Agni ingin bertemu Raja, tapi Dayang
tidak tahu kemana Raja. Saat Min Agni hampir pergi, Raja datang. Min Agni
senang melihat kakaknya, “Orabeoni Mama!”
Tapi sebaliknya Raja tampak muram melihat Min Agni. Min Agni
duduk dan tampak ceria, “Orabeoni Mama, benar kata Ibu, kalau kesehatan anda
tampak semakin membaik. Tapi kenapa wajah anda terlihat sangat gelap?”
“Min Agni.”
“Ya, Orabeoni Mama..”
Raja tanya apa Min Agni memang begitu menginginkan Guru
Heo. Min Agni tidak mengerti, apa maksudnya.
Raja tanya, “Itukah sebabnya kau melakukan hal sekejam
itu?”
Min Agni mulai bisa mengerti maksud kakaknya, tapi ia
pura-pura tidak mengerti.
Raja marah, “Adik Guru Heo! mengapa kau melakukannya?
Mengapa kau terlibat dalam prosesi membunuh Putri Mahkota dengan mantra?
mengapa kau bisa?”
Raja teriak, “Mengapa?”
Min Agni menangis, ia membungkuk, “Saya mohon, demi suami
saya dan keluarganya tolong rahasiakan ini. Saya minta maaf untuk semua
kejahatan yang saya lakukan, tapi..suami saya dan keluarganya..”
Raja minta Min Agni mengangkat wajahnya, Raja
membentaknya, “Apa kau tahu bencana seperti apa yang telah kau perbuat?”
Min Agni semakin keras menangis, “Dengan mata yang sama,
dengan suara yang sama, dan juga dengan kata-kata yang sama, Abamama mengatakan
itu juga pada saya.”
Yeon Ify juga menangis mendengarnya. Ia merasa serba
salah, karena Min Agni sekarang adalah kakak iparnya.
Flashback, Min Agni
remaja, berlutut dan menangis di depan Raja, ia mohon agar diselamatkan.
Ayahnya murka, “Apa kau tahu bencana seperti apa yang sudah kau perbuat!”
Min Agni menangis, “Saya tidak tahu..saya benar-benar
tidak tahu. Nenek yang menyuruh saya untuk duduk saja di sana, dia berkata
kalau saya melakukan itu, maka saya bisa menikah dengan guru Heo. Saya
benar-benar tidak tahu kalau itu akan membunuh Yeon Ify..”
Raja menyingkirkan meja dan memegang kedua lengan Min Agni,
“Dengarkan aku baik-baik. Masalah ini, tidak boleh diketahui oleh siapapun.
Sampai kau mati, kau tidak boleh mengatakan sepatah katapun. Kau mengerti?”
Min Agni dewasa menangis dan berkata, “Kalau
saat itu, saya hanya bisa menjawab tidak tahu. Karena saya benar-benar tidak
tahu. Setelah itu, melihat suami saya duduk di kamar adiknya, menangis dengan
air mata darah, saya..saya menyadari akibat yang sudah saya perbuat.”
Raja juga menangis, ia marah tapi tidak berdaya, “Kau
sudah melakukan kesalahan besar pada mendiang Abamama kita. Kau melakukan dosa
besar pada mendiang Kepala Sarjana dan padaku serta Yeon Ify. Semua kesalahan
itu, bagaimana kau akan membayarnya?”
“Meskipun saya kembali ke waktu
itu, saya..saya akan tetap memilih suami saya. Meskipun ada konsekuensinya
nanti, meskipun saya harus dibakar dalam api neraka setelah saya mati, pilihan
yang sudah saya ambil, tidak akan saya sesali.”
“Aku akan membuangmu. Hanya
dengan membuangmu, hanya dengan cara ini, orang lain yang terlibat akan bisa
dihukum. Tapi kau..”
“Saya akan dengan senang hati
menerima hukuman saya. Tapi, suami saya dan di dalam rahim saya.. ada anak
suami saya. Tolong jangan buang mereka.”
Raja syok, “Tadi
barusan, apa yang kau katakan?”
Min Agni menghapus air matanya, ia berkata harus pergi.
Min Agni membungkuk dan jalan keluar. Raja tidak tahu harus berkata apa, ia
diam saja dengan air mata berlinang. Raja stres, ia teriak-teriak marah.
***
Heo Yeom Cakka mondar mandir di depan rumah
menunggu istri dan ibunya. Min Agni pulang. Yeom menyambutnya dan tampak cemas,
apa kata Tabib istana. Min Agni tampak muram. Yeom Cakka jadi takut, apa
hasilnya buruk. Min Agni menggeleng, ia berkata ada anak Yeom dalam perutnya.
Yeom Cakka senang sekali, lalu minta maaf, seharusnya ia tahu.
Tapi ia justru tidak tahu. Min Agni berkata tidak
apa-apa, ia juga tidak tahu. Wajah Min Agni muram dan ia tampak bingung, Yeom Cakka
tanya apa Min Agni tidak menginginkan anak ini. Min Agni menggeleng, bukan itu.
Justru ia sangat menginginkannya. Yeom Cakka tampak gembira dan mengucapkan
terima kasih. Ia merasa selalu menerima kebaikan Min Agni, tapi tidak bisa
membalasnya, Yeom Cakka minta maaf. Yeom Cakka janji akan semakin baik pada Min
Agni agar bisa menghadap ayahnya dengan bangga. “Kau benar-benar luar biasa.”
Min agni semakin merasa sedih dan menangis. Yeom Cakka memeluk
Min Agni, ia menghibur istrinya, “Jangan seperti ini. Bayinya nanti akan takut.”
Seol Zahra mengamati pasangan itu dengan wajah sedih.
***
Seol Zahra kembali ke
penginapan. Jansil Via sedang asyik main batu dan ia mendapatkan sesuatu.
Jansil Via langsung meramal anak
Yeom Cakka, “Seorang anak laki-laki. Seperti ayahnya, dia akan menjadi pintar,
luar biasa bijaksana, terhormat dengan integritas yang tidak diragukan. Dia
akan menjadi pilar langka bagi negara.”
Seol Zahra duduk dan menangis
keras.
Jansil Via terkejut, “Eonnie..ada apa?”
Lalu ia menutup mulutnya, “Astaga..aku pasti salah
bicara.”
Nok Young membuka pintu kamarnya, ia berkata, “Sudah
kubilang jangan kesana lagi kenapa kau tidak mendengarnya?”
Seol Zahra menangis, “Sungguh malang..Tuan Mudaku. Apa
yang harus kulakukan? Wanita yang membunuh adiknya sekarang mengandung anaknya.
Bagaimana ini bisa terjadi?”
Nok Young minta Seol Zahra diam. Seol Zahra berkata
seharusnya Nok Young tidak mengatakan ini padanya. Nok Young kesal, Seol Zahra sendiri
yang mengancamnya, “Jika aku tidak mengatakan yang sebenarnya maka kau akan
langsung lari ke istana dan mengatakan semuanya. Itulah sebabnya aku mengatakan
padamu. Nona dan Tuan muda kami sungguh malang..apa yang bisa kulakukan?”
Nok young hanya menghela nafas. Wajahnya tampak sedih.
***
Raja masih duduk diam. Yeon Ify memanggilnya, “Yang
Mulia. Yang Mulia..apa saya boleh masuk?”
Raja melarangnya, “Tidak boleh. Aku..tidak bisa melihat
wajahmu. Aku bersumpah untuk menemukan orang-orang yang telah melakukan ini
padamu, dan kemudian menghukum mereka. Tapi.. mereka yang bertanggung jawab
ternyata adalah darah dagingku sendiri. Mereka yang mengirim mantra, mereka
yang membunuhmu, dan mereka yang menutupi kebenaran tentang kematianmu,
semuanya adalah darah dan dagingku. Apa hakku melihatmu?”
Raja menunduk dan menangis sedih. Yeon Ify keluar dan
duduk di depan Raja, Raja memandangnya.
Yeon Ify berkata kenapa waktu ia sudah ingat lagi, ia
tidak mengatakan pada Raja, karena ini yang ia takutkan. Yaitu Raja yang akan
menyalahkan diri sendiri dan tidak akan melihat kepadanya. “Ini yang saya
takutkan.”
“Kau menjadi seperti ini, ini semua karena
aku.”
“Kalau anda mengatakan itu saya
akan menyesal kalau saya hidup.”
“Lalu apa yang harus kulakukan?”
Yeon Ify minta Raja tetap merahasiakannya. Jika kakaknya tahu kebenarannya, ini
akan sangat berat baginya. Raja tidak mengerti, apa Yeon Ify tidak merasa sakit
hati karena harus bersembunyi selama 8 tahun ini, “Apa kau tidak merasa terluka
karena harus menderita selama itu?” Yeon Ify berkata tidak ingin membagi semua
penderitaan dan kemarahannya pada kakaknya.
“Apa kau cuma tahu memikirkan kakakmu? Apa kau tidak
merasa kasihan padaku? Jika kau bukan Ratu, aku harus memeluk wanita lain. Apa
kau tidak merasa kasihan padaku? Bagaimana dengan dirimu sendiri?” Keduanya
menangis putus asa.
***
Paginya, Raja menemui Ibu suri Tua dan
memintanya pergi ke istana Onyang (Istana khusus untuk liburan keluarga Raja
dan ada pemandian air panasnya). Neneknya terkejut. Raja berkata meskipun musim
semi sudah mulai mendekat, tapi udara masih terasa dingin dan dibandingkan
istana ini, tempat itu lebih cocok untuk Ibu Suri Tua.
“Apa benar hanya untuk alasan kesehatan anda
ingin saya pergi ke istana Onyang atau..”
Raja tidak basa basi lagi, ia membenarkan. Sudah waktunya
bagi Ibu suri Tua untuk melepaskan kekuatan politiknya. Dan Raja ingin Ibu Suri
Tua istirahat saja dengan nyaman.
Ibu Suri Tua marah, “Ini tidak mungkin, Yang Mulia. Tidak
ada orang yang bisa menyingkirkan saya dari posisi ini.”
Raja memberikan pilihan, “Pergi ke Istana Onyang sesuai
nasihat saya, atau pergi ke ruang interogasi dan menghadapi pengadilan.”
Ibu suri tidak percaya, “Ruang Pemeriksaan? Pengadilan?
Kesalahan apa yang sudah saya lakukan sehingga anda mengatakan hal seperti ini?”
“8 tahun lalu..kejahatan karena
membunuh Putri Mahkota yang tidak bersalah menggunakan mantra.”
Ibu Suri Tua menantang, “Tolong berikan bukti.”
“Juga, menggunakan cucu anda
dalam mantra untuk melakukan pembunuhan itu.”
“Tolong berikan bukti.”
Raja teriak, “Jangan menyamakan saya dengan Abamama.
Untuk menentukan siapa yang bersalah dalam masalah ini, saya tidak akan membuat
pengecualian hanya karena hubungan keluarga. Jadi, saya minta Nenek
menyingkirkan semuanya dan pergi ke istana Onyang. Ini..adalah konspirasi yang
bisa saya tawarkan sebagai cucu Nenek.”
“Yang Mulia, apa yang anda
dapatkan dengan melakukan ini?”
“ Keadilan. Saya bisa
mendapatkan satu hal itu.”
“Anda tidak tahu kalau ada
waktunya anda masih membutuhkan saya.”
“Anda berkata akan ada hukuman
untuk orang yang berbuat kejahatan, itu adalah hal yang wajar. Jadi, kita hanya
bisa melakukan sesuai aturan yang berlaku. Nenek harus mematuhinya sesuai
dengan faktanya. Saya berniat untuk segera meluruskan semua hal yang salah.
Lalu..saya akan mengembalikan semua ke tempatnya yang semula.”
Ibu suri Tua marah, “Yang Mulia anda tidak bisa
memperlakukan saya seperti ini.”
Raja hanya berkata ia tidak bisa mengantar Neneknya
berangkat besok pagi, “Jaga kesehatan Nenek.” Raja pergi.
Ibu Suri Tua teriak, “Yang Mulia! takhta yang anda duduki
saat ini, jangan bilang anda tidak tahu siapa yang membuatnya mungkin? Saya!
Saya! Nenek anda! demi Yang Mulia..saya membiarkan tangan saya berlumuran darah
demi mengamankan posisi anda! sekarang, anda ingin saya pergi ke istana Onyang?
Bagaimana anda bisa meminta saya melepaskan posisi saya? Ini tidak mungkin! Ini
tidak bisa, anda tidak..”
Ibu Suri Tua emosi dan pingsan, entah sungguhan entah
pura-pura. Bak Sanggung terkejut dan segera memanggil tabib istana. Raja cuek,
bahkan menolehpun tidak.
***
Para menteri gelisah, Menteri Keuangan tidak
mengerti kenapa Ibu suri Tua mendadak pergi ke istana Onyang. Mereka mendengar
kalau Raja yang memerintah neneknya untuk mundur dari dunia politik. Raja sudah
tidak menghormati Neneknya lagi. Para menteri tahu Raja sudah menghunus pedang
melawan mereka, “Dia akan segera menghabisi kita.”
Para menteri merasa tidak aman lagi jika Raja sudah tahu
segalanya dan memutuskan menyerang mereka. “Tidak ada dari kita yang akan
selamat.”
Menteri Han tanya pada Perdana Menteri Yoon, “Apa yang
harus mereka lakukan.”
“Maka, satu-satunya pilihan adalah menyerang lebih dulu.
Jika kau tidak menyukai Kuil, maka minta pada pendeta untuk pergi. (itu
peribahasa kuno), tapi dengan begitu banyak pendeta, apa perlu memaksa mereka
semua untuk pergi, kalau masalahnya bisa diselesaikan dengan hanya mengganti
kepala pendeta. Jadi maksudnya, ganti Raja saja.” Itu lebih masuk akal bagi
para menteri.
***
Yang Myung Iel siap meninggalkan kuil. Lady
Park tanya apa harus pergi sekarang. Yang Myung Iel berkata kalau lukanya sudah
sembuh dan ia tidak apa-apa. Lagipula dia bukan umat Budha, jadi tidak ada
alasan bagi Yang Myung Iel untuk tinggal di kuil. Lady Park mengajak Yang Myung
Iel jalan-jalan sebentar. Ia memanggil nama anaknya. Yang Myung Iel menjawab
dan dengan gaya bercanda ia berkata pada ibunya, kalau ia tidak akan goyah dan
tidak akan hancur seperti yang ibu inginkan.
“Mulai sekarang, kau harus
mengikuti hatimu dan pikiranmu sendiri, Yang Myung Iel-gun. Dan hiduplah sesuai
kata hatimu.”
“Apa ibu serius?”
“Karena aku mempercayaimu, Yang
Myung Iel-gun. Karena aku percaya kau akan membuat keputusan yang benar.”
“Percaya. Apa ibu tahu betapa
menakutkannya kata itu?”
“Yang Myung Iel-gun, segalanya
akan berlalu. Seperti berlalunya waktu, musim juga akan berubah. Satu hari,
kesedihan juga akan lenyap. Lebih jauh lagi, pernikahan yang lebih baik, yang
ditentukan oleh takdir, sedang menantimu. Apapun yang akan kau hadapi di masa
mendatang, Yang Myung Iel-gun, pilihan apapun yang kau buat dalam hidupmu,
sebagai ibumu, aku sungguh percaya padamu Yang Myung Iel-gun.”
“Ibu bilang, apapun yang saya
pilih?”
“ Ya, apapun yang kau pilih.”
Yang Myung Iel jalan pulang dan
menemukan beberapa bangsawan di depan kediamannya. Mereka juga membawa banyak
bingkisan. Semua langsung menyambut Yang Myung Iel saat melihatnya. “Yang Myung
Iel-gun!”
Yang Myung Iel mendekat, “Mengapa kalian berkumpul disini
di cuaca sedingin ini?” Salah seorang bangsawan berkata mereka hanya datang
untuk menyampaikan hormat. Yang Myung Iel yang mengerti maksud mereka
mengundang mereka masuk ke dalam. Semua tampak gembira. Yang Myung Iel-gun
mendengar ocehan para bangsawan itu dengan gaya mengantuk. Mereka berkata kalau
Raja yang sekarang membuat anggota dewan resah.
“Masa depan negeri ini tidak jelas karena Raja
belum memiliki keturunan. Tapi bukan masalah itu, Raja bahkan tidak melakukan
malam pertamanya.” Mereka berkata mulai cemas.
“Keluhan itu tidak mendasar karena Yang Mulia
masih muda dan tubuhnya sehat. Apa yang kalian cemaskan?” Mereka membenarkan,
tapi mereka memikirkan bersiap-siap jika terjadi sesuatu.
“Membuat persiapan? Itu tidak buruk.”
Mereka mulai menyinggung apa Yang Myung Iel tidak merasa
dilangkahi oleh adiknya. Karena Yang Myung Iel adalah putra tertua Raja, “Bahkan
sebenarnya, untuk menjadi penguasa anda lebih dari mampu.”
Yang Myung Iel berkata mereka menyinggung masalah yang
sangat berbahaya. “Apa sebenarnya maksud kalian?”
Mereka berkata jika Raja tidak mampu mendapatkan
keturunan, “Akan ada ketidakbenaran dalam pemilihan calon pewaris berikutnya.
Apa tidak akan terlambat jika hanya diam saja.”
Yang Myung Iel memancing, “Jadi apa yang harus kulakukan?
Meninggalkan Raja dan mengikuti kalian?”
Yang Myung Iel menarik keluar pedangnya, dan bertanya, “Pedang
ini indah, ya kan?”
Bangsawan itu terbata, “Y..ya..memang indah.”
Yang Myung Iel berkata, “Sayang sekali, pedang berharga
ini harus ternoda oleh darah kotor dari lalat-lalat menyebalkan.”
Lalu Yang Myung Iel mengarahkan pedang ke leher bangsawan
itu. “Leher siapa yang harus kupotong lebih dulu? Jika aku membawa lehermu pada
Raja, berapa yang akan kudapatkan?”
Mereka ketakutan, “Bagaimana anda bisa menyebut kami
penghianat? Kapan kami..anda salah paham, Pangeran Yang Myung.”
Yang Myung Iel mengancam akan memotong lidah mereka dulu.
Mereka berkata hanya mencemaskan negeri ini saja, lalu mereka buru-buru pergi.
Kecuali satu bangsawan yang ditahan Yang Myung Iel.
Pria itu akhirnya dilepaskan Yang Myung Iel
dan menghadap Yoon. Ia berkata percuma saja membujuk Yang Myung Iel-gun. “Saya
pikir dia tertarik dengan usul kami saat mengundang kami masuk ke dalam
rumahnya, tapi saya hampir kehilangan kepala.” Yoon berkata akan membosankan
jika Yang Myung Iel menyerah dengan mudah.
Flashback, Yang
Myung Iel-gun tanya pada pria itu siapa yang ada di belakang mereka dan minta
orang itu datang langsung menemuinya kalau ada yang ingin ia katakan. Yoon
mengerti dan minta bangsawan itu pergi. Menteri-menteri lain tidak mengerti
kenapa Yoon akan menggunakan Yang Myung Iel-gun. Bukankan ia setia pada Raja.
Menteri Keuangan berkata, “Yang Myung Iel-gun berani mempertaruhkan nyawa demi
menyelamatkan seorang gadis. Tapi akhirnya gadis itu diambil oleh Yang Mulia.
Jadi selalu ada motif untuk membuat Yang Myung Iel melawan Raja.”
Menteri Han tidak percaya, “Apa hanya karena seorang
gadis maka Yang Myung Iel-gun akan melawan Raja. Apa itu tidak berbahaya?”
meskipun mereka selisih pendapat, “Tapi Yang Myung Iel-gun
tidak akan menghianati Raja dengan mudahnya.”
“Penghianat biasanya datang dari orang yang
paling dekat. Retakan kecil bisa menghancurkan sebuah bendungan. Salah paham
kecil bisa mengakibatkan satu tragedi. Jika Raja meninggal, yang kemudian akan
naik takhta adalah Yang Myung Iel-gun. Jadi, ia akan mengambil alih takhta.
Lagipula, Yang Myung Iel-gun adalah calon yang paling pantas.” Mereka harus
cari cara membuat Yang Myung Iel setuju.
Yoon bicara dalam hati kalau ia punya kartu as untuk
ditunjukkan pada Raja.
***
Paginya, Ratu melihat ibunya bersama seorang
gadis remaja. Kebetulan Yoon juga melihat istrinya. Istri Yoon berkata kalau
gadis ini adalah keponakannya yang ia ceritakan waktu itu. Ny. Yoon ingin
membawa gadis itu pada Ratu sebagai teman karena Ratu sangat tertekan. Yoon
tanya siapa nama gadis itu. Gadis itu berkata, nama saya Kim Su Yeong.
Ratu bertanya, “Apa ini pertama kalinya kau masuk istana?”
“ Ya.”
“Bagaimana menurutmu?”
“Bangunan istana yang berlapis
bagaikan penjaga untuk Raja dan Ratu. Saya sekarang menyadari kalau istana ada
9 lapis. Jika saya bisa tinggal di tempat seindah ini, pasti menyenangkan.”
Yoon tanya apa Su Yeong mau tinggal di istana. Su Yeong
mengiyakan. Yoon tampak kagum dengan kepandaian anak itu dan menyuruhnya
melihat-lihat. Ratu ingat ayahnya juga tanya hal yang sama kepadanya. Ibu Ratu
memanggil Ratu, tapi ayahnya hanya melihat sekilas dan pergi. Ny. Yoon
mengenalkan Su Yeong pada Ratu dan berharap Su Yeong bisa menjadi teman untuk
Ratu. Ratu berkata kalau ayahnya mungkin akan membuangnya. Ny. Yoon tidak
percaya, bagaimana mungkin ayahnya akan membuang Ratu.
“Jika itu Ayah, ia sanggup
melakukannya, jika ia tidak membutuhkan aku, meskipun aku putrinya sendiri, dia
bisa membuangku tanpa ragu.”
Ny. Yoon membalas, “Lalu siapa yang akan menggantikan
posisi anda sebagai Ratu?”
Ratu melihat ke arah Su Yeong. Ny. Yoon tampak terkejut,
ia memanggil Jo Sanggung untuk mengajak Su Yeong keluar untuk minum teh. Setelah
hanya berdua saja, Ny. Yoon berkata meskipun mungkin Ratu benar, “Tapi anak itu
dibawa masuk ke istana sebagai anak angkat, dia hanya bisa menjadi selir.
Lagipula, Yang Mulia tidak akan tertarik pada gadis muda.”
“Jika orang yang duduk di takhta
berubah, situasinya akan menjadi lain.”
Ny. Yoon terkejut, “Orang yang duduk di takhta bagaimana
bisa berubah?”
“Jika itu ayah, semuanya
mungkin.”
***
Pelayan Yang Myung Iel berkata ada orang yang
ingin bertemu Yang Myung Iel. Yang Myung Iel tidak mengijinkan tamu masuk.
Pelayan itu berkata, “Saya..pelayan rendahan, tidak
berani menyinggung orang ini.”
Yang Myung Iel akhirnya keluar dan melihat Yoon berdiri
di halaman rumahnya.
“Saya datang kesini untuk meminta anda minum bersama,
Yang Myung Iel-gun.” Keduanya duduk di dalam, Yoon menuangkan anggur untuk Yang
Myung Iel.
Yang Myung Iel berkata, “Ada sekelompok tikus datang
menyiapkan jalan, jadi mereka tidak perlu basa-basi dan langsung saja pada
maksud Yoon.”
“Jujur saja, apa anda tidak
ingin menjadi Matahari?”
“Apa anda tidak tahu arti kata-kata anda,
Perdana Menteri?” Yoon tahu. Yang Myung Iel tanya kenapa memilih dirinya
sebagai Raja. Kenapa tidak cari orang lain saja. Yoon berkata untuk jadi Raja
diperlukan motivasi dan kualifikasi. Yang Myung Iel merasa tidak memiliki
keduanya, ia hanya seorang dengan jiwa yang bebas. Posisi Raja tidak cocok
untuknya. “Jadi kau tidak perlu melibatkan diriku dalam konspirasi ini.”
Yoon berkata, “Kalau semua tingkah laku Yang Myung Iel-gun
sebenarnya hanya untuk menutupi kemampuanmu menjadi Raja? Bagaimana saya tidak
akan mengetahuinya?”
Yang Myung Iel ketawa, “Astaga! Kau sudah tahu rupanya?
Maka kau pasti tahu kalau aku tidak ingin ditarik melawan angin. Jika kau pergi
sekarang, aku akan merahasiakan ini dari Yang Mulia.”
“Apa anda ingin selamanya tinggal di bawah bayangan Yang
Mulia sepanjang hidup?”
Yang Myung Iel berkata, “Meskipun ia punya motivasi dan
kualifikasi, diperlukan pembenaran untuk mengadakan pemberontakan.”
Yoon berkata, “Masalah pembenaran itu mudah. Misalnya,
menghindari tanggung jawab memberikan keturunan untuk negeri ini, Raja sudah
membuat negara goyah dan membuatnya menjadi Raja tidak bertanggung jawab. Dua,
di negeri yang menganut paham Confusianism, dia menginginkan seorang peramal
dan menyembunyikannya di dalam kamarnya. Raja yang tidak jelas. Tidak
mendengarkan nasihat para senior, Raja yang tidak berguna. Ini seharusnya
cukup.”
Yang Myung Iel tampak marah, “Peramal itu bukan peramal
biasa. Dia adalah Putri Mahkota yang meninggal 8 tahun lalu dan hidup kembali.
Beraninya kau menghinanya seperti itu.”
“Jadi, anda sudah tahu masalah
itu.”
“Aku tahu karena otakku bekerja
lumayan baik.”
“Jadi, anda sudah tahu, tapi
tetap saja menginginkan wanita milik Raja. Anda pasti tahu kalau ini terlalu
serakah.”
***
Raja bertemu Hong Kyu Tae. Raja memuji dan
berterima kasih pada Hong Kyu Tae, karena Hong, ia bisa mengungkap banyak hal.
“Saya merasa terhormat, tapi saya takut hasil
penyelidikan saya, menyusahkan Yang Mulia.” Raja membutuhkan informasi itu
untuk mengerti apa yang terjadi. Raja ingin memberi penghargaan untuk Hong, “Tapi
ada sesuatu yang lebih menekan saat ini.”
“Apa yang anda butuhkan?”
Hyung Sun memberikan daftar
pekerjaan untuk Hong. Raja berkata, “Di dalam surat perintah rahasia itu ada
hal-hal yang harus dilakukan dan orang yang harus kau temui.”
Raja minta Hong menghancurkan daftar perintah itu jika
Hong sudah menghafalnya.
Hong mengerti, “Saya akan mematuhi perintah anda.”
Raja bicara pada Yeon Ify di balik
tirai, “Karena aku sudah siap menuduh mereka, maka mereka pasti akan mencoba
menyerang balik. Mereka pasti akan menyebarkan rumor untuk menjelekkan namaku.”
Yeon Ify, “Saya takut, kehadiran saya telah menyulitkan
Yang Mulia.”
“Apa kau berpkir aku akan
membiarkan mereka menyerangku. Tunggu dan lihat saja. Akan ada cerita yang
menarik yang akan menyebar diantara rakyat.”
Raja mengajak Yeon
Ify jalan-jalan ke paviliun Bulan Tersembunyi. Raja berkata sudah
menyembunyikan hadiah di situ. Yeon Ify merasa sudah punya segalanya, bagaimana
bisa meminta yang lain lagi. Raja berkata sudah menyiapkannya, dan menyuruh
Yeon Ify mencarinya. Yeon Ify serius mencari disekitar Paviliun.
Raja geli, “Kau terlalu sungguh-sungguh mencari untuk
orang yang berkata tidak ingin apa-apa.”
Yeon Ify mengira barangnya terlalu kecil dan tidak tampak
mata.
Raja berkata, “Kecil apanya? Tidak kecil.”
Yeon Ify jalan dan
bahkan mengira Raja akan memberikan Paviliun Bulan tersembunyi ini untuknya.
“Kau benar-benar berpikir
terlalu besar. Bukan itu.”
“Lalu apa itu?”
“Apa yang ingin kuberikan
padamu, tidak ada yang bisa menggantikannya. Di dunia, hanya ada satu. Semua
wanita sangat menginginkannya. Satu-satunya.”
Yeon Ify curiga, “Apa mungkin..”
“Sepertinya kau sudah
menebaknya. benar, itu aku!”
Yeon Ify tertawa.
“ Kenapa kau tertawa seperti
itu? Jangan bilang kalau kau berpikir ini lucu.”
“Bagaimana saya berani tidak
menghormati Yang Mulia? Ini karena saya bahagia.”
Raja memeluk Yeon Ify, “Kau sudah memberikan hatimu
padaku. Aku akan memberikan kepadamu segalanya yang kumiliki.”
***
Yoon tanya apa Yang Myung Iel sudah melepaskan
peramal itu. Raja akan membuat peramal itu menjadi selirnya. “Lagipula,
bukankah mendiang Raja memperlakukan anda dan Raja sekarang dengan cara
berbeda. Bukankah dia tidak memperhatikan anda, Yang Myung Iel-gun? Apa mungkin
anda sudah dilupakan?”
“Perdana Menteri Yoon, kau
salah. Apa kau berpikir kalau aku, Yang Myung Iel, karena kecemburuan pada Yang
Mulia, akan merebut takhta? Aku tidak punya keinginan menjadi Raja. Aku tidak
ingin berkonspirasi melawan Raja..demi kekayaan, terkenal ataupun kekuatan. Aku
tidak membutuhkannya.”
Yoon merasa kecewa karena Yang Myung Iel tidak
sesuai dengan perkiraannya. Diam-diam ia menyentuh pedangnya di bawah meja dan
berkata dalam hati, tanpa ambisi ataupun
aspirasi, ini sangat mengecewakan. Ini membuatku tidak punya pilihan. Bidak
catur yang tidak berguna hanya bisa disingkirkan.
Yang Myung Iel-gun mendekatkan
tubuhnya, “Yang kuinginkan...adalah Memimpin Upacara ritual di Kuil Jongmyo
(Kuil Khusus yang ada di makam Raja-Raja) dan..Heo Yeon Ify. Hanya dua hal itu.”
(Dengan kata lain, untuk bisa jadi pemimpin Upacara ritual di Kuil Kerajaan,
Yang Myung Iel harus menjadi Raja. Yang Myung Iel sebenarnya adalah putra
tertua Raja dan seharusnya dia yang menjadi pemimpin upacara ritual di Jongmyo.
Tapi karena Ratu juga punya anak laki, Putra Mahkota Rio. Maka Yang Myung Iel kehilangan
haknya sebagai penerus takhta. Yang Myung Iel ingin jadi pemimpin upacara
ritual demi diakui sebagai putra tertua Raja. Yang Myung Iel hanya membutuhkan
pengakuan.)
****
Source : Kadorama-recaps.blogspot.com
Posted
: June 23, 2012
Edited
: August 11, 2012
No comments:
Post a Comment