Boy Sitter [15] :
Cowok Brengsek!!
KUAMATI wajahnya dari tadi, mencoba mencocokkannya dengan
selebritis aja di dunia ini. Dino benar-benar mirip dengan seseorang. Tapi..
siapa ya? Aku pernah melihat actor berwajah seperti ini, tapi.. sungguh aku
lupa namanya. Namun yang pasti, Dino bakalan masuk daftar cowok keren versi
Tweenies. Dan, dia sepertinya berpeluang masuk lima besar, di bawah Rio
tentunya.
Aku melirik jam dan mendapati sekarang sudah hampir pukul
setengah Sembilan. “Ngngn.. Dino. Gue pikir sekarang udah larut malam.”
Ungkapku, tersenyum manis.
Hoooh.. maafkan aku
Shilla. Aku kesulitan melepaskan kebakuan.
“Oya? Biasa aja, sih! Katanya elo suka main malem. Jam
segini sih,masih siang.”
“Oya? Hihiih..” Aku tertawa kecil meskipun dalam hati
mengutuk Shilla.
Heh, Shill! Jangan
asal ya, kalo chatting! Aku tuh
kapaaaan keluar rumah lebih dari jam Sembilan?!
“Tapi, gue pengin pulang.” Pintaku memelas, benar-benar
mencoba pergi dari situasi membosankan ini.
Sedari tadi, sejak masing-masing makanan kami habis, kami ngobrol ngalur-ngidul nggak
karuan. Entah apa yang dibicarakan, tapi mudah sekali bagi kami ganti topic
dari topic yang dibicarakan. Nggak tau, deh. Bisa-bisanya ngomongin dari Miss
Universe langsung nyambung ke bakteri dalam usus. Pokonya nggak penting, deh!
Dino lebih sering tertawa setiap aku menunjukkan
aksen-aksenku, menjawab komentarnya, atau sedikit mengeluh ala orang barat. Dia
selalu cekikikan. Katanya aku sangat lucu. Biasa aja deh. Lucu apanya sih, aku?
Lucunya pelawak, atau lucunya badut?
“ngngn… oke, mungkin elo lagi capek. Ya udah, gue anterin pulang ya.” Dino bangkit, menarik jaketnya kemudian menjajariku keluar counter.
“ngngn… oke, mungkin elo lagi capek. Ya udah, gue anterin pulang ya.” Dino bangkit, menarik jaketnya kemudian menjajariku keluar counter.
Kami berjalan menyebrangi jalan, memasuki BIP lagi karena
mobil Dino memang parkir di sana.
Meskipun udah aku bayangin kalo Dino membawa Mercy atau minimal BMW,
ternyata aku mendapati Dino hanya membawa Suzuki Ceria. Nggak ada yang menarik
berada dalam mobil ini. Hanya bau mobil
biasa, tanpa pewangi.
Mobil ini keluar pelan dari BIP, dan meluncur cepat dekat
jalan Merdeka. Sebuah SMS menarik perhatianku. Jadi, aku nggak begitu
memperhatikan jalan.
Invasi orang
cakep?kenaapa alien itu tdk datang?
SMS dari Sivia.entah dimana dia berada sekarang.
Yap. Dan cowok
cakep yang duduk di sampingku adalah.. Diaa!
Balasku kemudian sambil cekikikan.dino ikutan tertawa
kecil sambil melihatku cekikikan. Sambil memegangi setirnya, dia menatapku
dalam. Aku ngeles lalu memandang jalanan sekitar.
Lho, di mana ini?
Tiba-tiba, kami berada di jalanan sepi.
Samping-sampingnya rumah, terus pohon-pohon gede. Di mana ini?
“Mau kemana ini, Din?” tanyaku, celingakcelinguk melihat
keadaan.
Cetrek!
Sebelum Dino menjawab, kunci otomatis yang diletakkan di
pintu pengemudi, mengunci pintuu di sampingku. Aku terkunci. Apa-apaan sih ini?
“Kita ke kosanku dulu di daerah Dipati Ukur.” Katanya.
“Apa? Ah, nggak. Gue pengin langsung pulang.” Aku
berontak.
“Bentar, kok.”
“Nggak!”
Dino mengulurkan tangannya, lalu mengusap rambutku.
“iihh.. apaan sih?” aku menangkis tangan itu sampai Dino
mundur menghindar. Cowok ini mulai gila. Walaupun memang salahku juga, nerima
ajakan cowok asing ke mobilnya.
Dino malahan seneng. Dia tersenyum sambil menggigit bibir
bawahnya, menuunjukkan gigi atasnya.
Ugh! Deskripsi mupeng kayak
gitu nggak ada indah-indahnya!
Brengsek!
“Aku turun disini!” paksaku sambil menggedor-gedor kaca
jendela.
“Bentar aja, kok.”
Kulihat keadaan lingkungan benar-benar zona merah. Sangat berbahaya, tinggal pepohonan, dan
sebuah rumah berjarak jauh, juga jalanan sepi,yang ada di sekitarku.
Wah, mulai nggak beres nih!
Sambil memelankan mobilnya, namun masih cukup kencang
bagiku untuk melompat langsung, Dino menatapku penuh nafsu.
Aaaaargh cowok
brengseeekk!!
Satu tangannya meraih tanganku, masih konsentrasi nyetir. Aku terjebak di pintu,
nggak berkutik. Tangannya beraksi, tapi
aku pukul terus tangan itu.
Brengsek!
Kucoba membuka kunci pintu, tapi nggak bisa. Sepertinya
udah direkayasa agar nggak bisa dibuka disini. Kurang ajar!
Kenapa harus mobil
gini, sih?!
Andai ini adalah
bus kota, setidaknya aku masih bisa berlari ke belakang. Mobil ini terlalu
kecil bagiku karena Dino berhasil menyentuh tubuhku beberapa kali.
Buk! Buukk! Aku
memukul terus tangan setan itu.
Tiba-tiba, tangan itu mencekik leherku ,dan menarikku
mendekatinya. Sekuat tenaga aku melepaskan tangan Dino. Tapi sulit! Sakit
sekali begitu ditarik.
Aaaaaaaargghh!
Pekikanku bahkan tidak terdengar.
BUUUUUGGHH!!
Sebuah hantaman keras. menghantam bagian samping mobil. Ternyata bagian kemudi.
Sebuah mobil
berwarna gelap menabrak mobil Dino yang melaju lambat, jadi oleng karna
tabrakan. Tapi, Dino dengan gesit langsung melepaskan cengkramannya dari
leherku, kemudian balas menabrakkan mobilnya pada mobil hitam itu.
Bruuukk! Bruukk!
Kedua mobil bertabrakan di tengah jalan, ketika sedang melaju. Pokonya mirip film action, deh! Dan,aku ada di dalam mobil
ini. Benar-benar merasakan gimana rasanya hantaman keras itu membuat tubuhku
berguncang kesana kemari, membuatku berkeringat dan berdegup kencang.
Tapi kupikir, mobil hitam itu menang.mobil Dino benar-benar
oleng sampai berhenti karena menabrak pohon besar.
Craaaash!
Tabrakan!
Untungnya , kecepatan nggak begitu tinggi, karena Dino masih sempat mengerem.
Kami berdua selamat, tanpa luka sedikit pun karena terlindung sabuk pengaman,
hanya tersentak sedikit.
Dino langsung
keluar dari mobil dan menghampiri pengemudi tadi, yang juga menepikan mobilnya
di belakang mobil Dino.
Aku ikut keluar begitu melihat pintu pengemudi terbuka
begitu saja.dari luarlah, aku melihat Dino dan Rio berantem. Duel. Rio melancarkan
pukulan-pukulan keras. dino belum sempat membalasnya. Dan dengan mudah, Dino
terjatuh, kemudian satu kaki Rio menginjak dadanya.
Sambil terengah-engah, Rio berteriak. “Awas, ya! Jangan
pernah deketin cewek itu lagi! Kalo bisa, cewek mana pun! Mau mati lo?!!”
Cowok brengsek
seperti itu harus dikasih pelajaran orang sedunia. Aku nggak nyangka dia begitu
brengseknya, sampai-sampai bertampang mupeng
di dalam mobil,
Aaaaaaargh! Beruntung
sekali aku selamat!
dino nggak berontak. Dia kalah di bawah injakan Rio. Dan bagiku, barusan adalah pertarungan hebat yang terlalu singkat.
dino nggak berontak. Dia kalah di bawah injakan Rio. Dan bagiku, barusan adalah pertarungan hebat yang terlalu singkat.
Dino memukul Rio, tapi Rio berhasil menangkis. Dan giliran Rio yang mukul, Dino malah nggak
bisa apa-apa, terus aja pukul sampe jatuh ke tanah. Sampe Rio berhasil nginjek
Dino.
Horee….. hebat! Rio
is my hero!
Aku menghampiri mereka,dan menarik Rio agar nggak nafsu
menghabisinya. Kutarik kaki Rio dari dada Dino. Cowok brengsek itu
terengah-engah di tanah. Kasian, deh. Dengan sedikit sulit, aku mendorong Rio
keluar dari arena pertarungan. Udah,ah.nih cowok-cowok jangan sampe pada
berantem lagi! Udah malem nih, nggak rame,nggak ada yang nonton.
Rio masih mencoba maju ingin menghajar Dino. Tapi, aku
pun nggak nyerah mendorong Rio mundur.hehe.. kayak di film aja deh!
Berhasil juga,sih.karena aku dan Rio langsung ke mobil, dan hengkang dari situ.
Aku langsung meraih knop pintu,membukanya, lalu masuk. Sebelum aku selesai memasang sabuk
pengaman, Rio udah menginjak pedal gas kuat-kuat, membuatku tersentak ke
belakang dengan keras.
“kamu tuh, ngapain sih kencan ama orang kayak gitu?!” Rio
mendengus kesal.
“Rio.. aku aku nggak tau, Yo. Aku nggak tau dia orang
kayak gitu!”
“Tapi itu kan bahaya, Fy!”
Aku diam nggak menjawab komentarnya. Kutatap jalanan
gelap di depan, yang mulai memasuki daerah pemukiman. Rio mengerutkan
keningnya, kesal.
“kamu..kamu gimana bisa tau aku ama dia?” tanyaku.
Mulanya Rio hanya
menoleh padaku sekilas, lalu kembali
pada kemudinya. Namun dia menjawab juga. “aku.. aku sebenernya nggak tau kamu
lagi ngapain. Kebetulan aja, aku lagi di BEC tadi, lagi…. Beli something. Ya, aku ngeliat kamu makan
ama cowok itu. Aku…. Buntutin kamu terus. Dan aku ngeliat jelas, dia mulai
lakuin hal biadab itu ke kamu.” Katanya.
Hm.. mulai kurasakan dia menggunakan aku sebagai kata ganti namanya.
“Kenapa nggak nyamperin aku,sih?”
“Nyamperin kamu? Kirain.. kirain itu pacar kamu.”
“Sejak kapan aku punya pacar kayak gitu?”
Rio kembali diam dan sibuk menyetir.
Aku ingin sekali berteriak. “Terima kasih ya, Tuhan!
Setidaknya Kau telah mengirimkan seorang pangeran saja untuk menolongku malam
ini. Meskipun itu harus Rio.”
No comments:
Post a Comment