Friday, 29 June 2012

Boy Sitter [15]


Boy Sitter [15] : Cowok Brengsek!!
KUAMATI wajahnya dari tadi, mencoba mencocokkannya dengan selebritis aja di dunia ini. Dino benar-benar mirip dengan seseorang. Tapi.. siapa ya? Aku pernah melihat actor berwajah seperti ini, tapi.. sungguh aku lupa namanya. Namun yang pasti, Dino bakalan masuk daftar cowok keren versi Tweenies. Dan, dia sepertinya berpeluang masuk lima besar, di bawah Rio tentunya.
Aku melirik jam dan mendapati sekarang sudah hampir pukul setengah Sembilan. “Ngngn.. Dino. Gue pikir sekarang udah larut malam.” Ungkapku, tersenyum manis.
Hoooh.. maafkan aku Shilla. Aku kesulitan melepaskan kebakuan.
“Oya? Biasa aja, sih! Katanya elo suka main malem. Jam segini sih,masih siang.”
“Oya? Hihiih..” Aku tertawa kecil meskipun dalam hati mengutuk Shilla.
Heh, Shill! Jangan asal ya, kalo chatting! Aku tuh kapaaaan keluar rumah lebih dari jam Sembilan?!
“Tapi, gue pengin pulang.” Pintaku memelas, benar-benar mencoba pergi dari situasi membosankan ini.
Sedari tadi, sejak masing-masing makanan kami  habis, kami ngobrol ngalur-ngidul nggak karuan. Entah apa yang dibicarakan, tapi mudah sekali bagi kami ganti topic dari topic yang dibicarakan. Nggak tau, deh. Bisa-bisanya ngomongin dari Miss Universe langsung nyambung ke bakteri dalam usus. Pokonya nggak penting, deh!
Dino lebih sering tertawa setiap aku menunjukkan aksen-aksenku, menjawab komentarnya, atau sedikit mengeluh ala orang barat. Dia selalu cekikikan. Katanya aku sangat lucu. Biasa aja deh. Lucu apanya sih, aku? Lucunya pelawak, atau lucunya badut?
“ngngn… oke, mungkin elo lagi capek. Ya udah, gue anterin pulang ya.” Dino bangkit, menarik jaketnya kemudian menjajariku keluar counter.
Kami berjalan menyebrangi jalan, memasuki BIP lagi karena mobil Dino memang parkir di sana.  Meskipun udah aku bayangin kalo Dino membawa Mercy atau minimal BMW, ternyata aku mendapati Dino hanya membawa Suzuki Ceria. Nggak ada yang menarik berada dalam mobil ini. Hanya bau  mobil biasa, tanpa pewangi.
Mobil ini keluar pelan dari BIP, dan meluncur cepat dekat jalan Merdeka. Sebuah SMS menarik perhatianku. Jadi, aku nggak begitu memperhatikan jalan.
Invasi orang cakep?kenaapa alien itu tdk datang?
SMS dari Sivia.entah dimana dia berada sekarang.
Yap. Dan cowok cakep yang duduk di sampingku adalah.. Diaa!

Balasku kemudian sambil cekikikan.dino ikutan tertawa kecil sambil melihatku cekikikan. Sambil memegangi setirnya, dia menatapku dalam. Aku ngeles lalu memandang jalanan sekitar.
Lho, di mana ini?
Tiba-tiba, kami berada di jalanan sepi. Samping-sampingnya rumah, terus pohon-pohon gede. Di mana ini?
“Mau kemana ini, Din?” tanyaku, celingakcelinguk melihat keadaan.
Cetrek!
Sebelum Dino menjawab, kunci otomatis yang diletakkan di pintu pengemudi, mengunci pintuu di sampingku. Aku terkunci. Apa-apaan sih ini?
“Kita ke kosanku dulu di daerah Dipati Ukur.” Katanya.
“Apa? Ah, nggak. Gue pengin langsung pulang.” Aku berontak.
“Bentar, kok.”
“Nggak!”
Dino mengulurkan tangannya, lalu mengusap rambutku.
“iihh.. apaan sih?” aku menangkis tangan itu sampai Dino mundur menghindar. Cowok ini mulai gila. Walaupun memang salahku juga, nerima ajakan cowok asing ke mobilnya.
Dino malahan seneng. Dia tersenyum sambil menggigit bibir bawahnya, menuunjukkan gigi atasnya.  Ugh! Deskripsi mupeng kayak gitu nggak ada indah-indahnya!
Brengsek!
“Aku turun disini!” paksaku sambil menggedor-gedor kaca jendela.
“Bentar aja, kok.”
Kulihat keadaan lingkungan  benar-benar zona merah.  Sangat berbahaya, tinggal pepohonan, dan sebuah rumah berjarak jauh, juga jalanan sepi,yang ada di sekitarku.
Wah, mulai nggak beres nih!
Sambil memelankan mobilnya, namun masih cukup kencang bagiku untuk melompat langsung, Dino menatapku penuh nafsu.
Aaaaargh cowok brengseeekk!!
Satu tangannya meraih tanganku, masih  konsentrasi nyetir. Aku terjebak di pintu, nggak berkutik.  Tangannya beraksi, tapi aku pukul terus tangan itu.
Brengsek!
Kucoba membuka kunci pintu, tapi nggak bisa. Sepertinya udah direkayasa agar nggak bisa dibuka disini. Kurang ajar!
Kenapa harus mobil gini, sih?!
 Andai ini adalah bus kota, setidaknya aku masih bisa berlari ke belakang. Mobil ini terlalu kecil bagiku karena Dino berhasil menyentuh tubuhku beberapa kali.
Buk! Buukk! Aku memukul terus tangan setan itu.
Tiba-tiba, tangan itu mencekik leherku ,dan menarikku mendekatinya. Sekuat tenaga aku melepaskan tangan Dino. Tapi sulit! Sakit sekali begitu ditarik.
Aaaaaaaargghh! Pekikanku bahkan tidak terdengar.
BUUUUUGGHH!! Sebuah hantaman keras. menghantam bagian samping mobil. Ternyata bagian kemudi.
 Sebuah mobil berwarna gelap menabrak mobil Dino yang melaju lambat, jadi oleng karna tabrakan. Tapi, Dino dengan gesit langsung melepaskan cengkramannya dari leherku, kemudian balas menabrakkan mobilnya pada mobil hitam itu.
Bruuukk! Bruukk!
Kedua mobil bertabrakan di tengah jalan, ketika  sedang melaju. Pokonya mirip film action, deh! Dan,aku ada di dalam mobil ini. Benar-benar merasakan gimana rasanya hantaman keras itu membuat tubuhku berguncang kesana kemari, membuatku berkeringat dan berdegup kencang.
Tapi kupikir, mobil hitam itu menang.mobil Dino benar-benar oleng sampai berhenti karena menabrak pohon besar.
Craaaash!
Tabrakan!
Untungnya , kecepatan nggak begitu  tinggi, karena Dino masih sempat mengerem. Kami berdua selamat, tanpa luka sedikit pun karena terlindung sabuk pengaman, hanya tersentak sedikit.
 Dino langsung keluar dari mobil dan menghampiri pengemudi tadi, yang juga menepikan mobilnya di belakang mobil Dino.
Aku ikut keluar begitu melihat pintu pengemudi terbuka begitu saja.dari luarlah, aku melihat Dino dan Rio berantem. Duel. Rio melancarkan pukulan-pukulan keras. dino belum sempat membalasnya. Dan dengan mudah, Dino terjatuh, kemudian satu kaki Rio menginjak dadanya.
Sambil terengah-engah, Rio berteriak. “Awas, ya! Jangan pernah deketin cewek itu lagi! Kalo bisa, cewek mana pun! Mau mati lo?!!”
 Cowok brengsek seperti itu harus dikasih pelajaran orang sedunia. Aku nggak nyangka dia begitu brengseknya, sampai-sampai bertampang mupeng di dalam mobil,
Aaaaaaargh! Beruntung sekali aku selamat!
dino nggak berontak. Dia kalah  di bawah injakan Rio. Dan bagiku, barusan adalah pertarungan hebat yang terlalu singkat.
Dino memukul Rio, tapi Rio berhasil menangkis.  Dan giliran Rio yang mukul, Dino malah nggak bisa apa-apa, terus aja pukul sampe jatuh ke tanah. Sampe Rio berhasil nginjek Dino.
Horee….. hebat! Rio is my hero!
Aku menghampiri mereka,dan menarik Rio agar nggak nafsu menghabisinya. Kutarik kaki Rio dari dada Dino. Cowok brengsek itu terengah-engah di tanah. Kasian, deh. Dengan sedikit sulit, aku mendorong Rio keluar dari arena pertarungan. Udah,ah.nih cowok-cowok jangan sampe pada berantem lagi! Udah malem nih, nggak rame,nggak ada yang nonton.
Rio masih mencoba maju ingin menghajar Dino. Tapi, aku pun nggak nyerah mendorong Rio mundur.hehe.. kayak di film aja deh!
Berhasil juga,sih.karena aku dan Rio langsung  ke mobil, dan hengkang dari situ.
Aku langsung meraih knop pintu,membukanya, lalu  masuk. Sebelum aku selesai memasang sabuk pengaman, Rio udah menginjak pedal gas kuat-kuat, membuatku tersentak ke belakang dengan keras.
“kamu tuh, ngapain sih kencan ama orang kayak gitu?!” Rio mendengus kesal.
“Rio.. aku aku nggak tau, Yo. Aku nggak tau dia orang kayak gitu!”
“Tapi itu kan bahaya, Fy!”
Aku diam nggak menjawab komentarnya. Kutatap jalanan gelap di depan, yang mulai memasuki daerah pemukiman. Rio mengerutkan keningnya, kesal.
“kamu..kamu gimana bisa tau aku ama dia?” tanyaku.
 Mulanya Rio hanya menoleh padaku  sekilas, lalu kembali pada kemudinya. Namun dia menjawab juga. “aku.. aku sebenernya nggak tau kamu lagi ngapain. Kebetulan aja, aku lagi di BEC tadi, lagi…. Beli something. Ya, aku ngeliat kamu makan ama cowok itu. Aku…. Buntutin kamu terus. Dan aku ngeliat jelas, dia mulai lakuin hal biadab itu ke kamu.” Katanya.  Hm.. mulai kurasakan dia menggunakan aku sebagai kata ganti namanya.
“Kenapa nggak nyamperin aku,sih?”
“Nyamperin kamu? Kirain.. kirain itu pacar kamu.”
“Sejak kapan aku punya pacar kayak gitu?”
Rio kembali diam dan sibuk menyetir.
Aku ingin sekali berteriak. “Terima kasih ya, Tuhan! Setidaknya Kau telah mengirimkan seorang pangeran saja untuk menolongku malam ini.  Meskipun itu harus Rio.”

No comments:

Post a Comment