Tuesday, 8 May 2012

Pacarku Juniorku [2] -IC Version-


Pacarku Juniorku [2] –Dasar Cowok Rese!!-
TIGA hari sudah berlalu. MOS sudah selesai dan sekolah mulai berjalan seperti biasa. Nggak ada lagi yang namanya bentak-bentak dari kakak kelas, dan anak-anak kelas satu pun kini bisa bernapas lega.

Seperti biasa, Ify duduk di kantin sambil menikmati semangkuk mie pangsit bersama teman-teman segengnya: Agni, Sivia, dan Shilla. Jam istirahat memang waktu yang paling menyenangkan buat mereka, bisa nongkrong di kantin sambil menikmati jajanan.

Dan yang namanya geng, pasti punya markas. Meja yang ada di pojokan kantin, itulah yang menjadi markas geng Ify, dan secara de facto menjadi daerah teritorial milik mereka.
Ify dan ketiga temannya udah sobatan sejak pertama kali mereka menginjak sekolah ini. Dan saat ini, di antara mereka berempat cuma Shilla yang beda kelas. Tapi yang jelas, persahabatan nggak pernah memedulikan elo di kelas mana dan gue di kelas mana. Bagi mereka, sekali sahabat ya tetap sahabat.
Agni melahap sepotong kecil pangsit sambil bertanya, “Gimana MOS kemarin, Fy?”
“Biasa aja,” jawab Ify singkat. Ia mengambil botol sambal yang ada di meja dan menuangkan isinya ke dalam mangkuk minya.
“Ah, elo nggak asyik nih. Cerita dong. Masa nggak ada yang seru sih!” Agni protes mendengar jawaban Ify yang begitu singkat.

“Bagi gue, semuanya emang biasa aja, Ag. Tanya aja sama Via,” kata Ify. “Dia kan juga pengurus OSIS.”
Agni menoleh ke arah Sivia yang duduk di sebelahnya, lalu berkata, “Cerita dong, Vi!”

“Lo mau gue ceritain tentang apa?” tanya Sivia, cewek blasteran Jepang yang jadi inceran sebagian besar cowok di SMA Constantine 4 ini. Tapi sayang, Sivia udah ada yang punya.
“Mmm... si Ify dapat senior ter- apa nih?” Tanya Agni.

“Sama kayak tahun kemarin, senior tergalak dan terjudes,” jawab Sivia.
“Hahaha! Tepat seperti dugaan gue, lo tuh emang nggak bisa lembut dikit ya, Fy,” tawa Agni.
“Kenapa harus lembut? Gue terpilih sebagai senior tergalak dan terjudes itu kan berarti gue sukses bikin anak-anak baru itu hormat sama gue,” Ify membela diri.

“Lo nggak salah? Mereka tuh bukan hormat sama elo, tapi takut dan benci setengah mampus,” Shilla ikut sumbang suara sambil tertawa.

“Bener tuh, sekali-sekali kayak Sivia dong,” ujar Agni. “Pasti Via jadi senior tercantik dan terbaik lagi.”
“Kurang satu... senior terfavorit,” sambung Ify.

“Tuh kan.”

Sivia tersenyum malu. “Ag, Ify emang judes banget, tapi judesnya itu malah bikin MOS kita sukses, dan nggak ada masalah kok. Soalnya cuma ketegasan Ify yang bisa nyelesaiin semua masalah dan bikin anak-anak baru itu nggak berani ngelawan.”

“Dengar tuh, Ag,” kata Ify senang karena dapat pembelaan.
“Ah, bodo deh sama senior ter- itu. Yang perlu gue tau, anak barunya subur atau gersang nih?” tanya Shilla.

“Tanaman, kaleee...,” sahut Ify.

“Yee, gue serius nih. Masa SMA kita kan tinggal setahun ini. Kalau pemandangannya nggak ada yang baru, bisa butek nih otak gue,” kata Shilla.

“Lo suka daun muda, Shill?” tanya Agni.

“Kalau tampangnya oke, why not?!”

“Ih... anak kelas satu gitu loh. Masih bau kencur, kali,” sahut IFy dengan tampang jijik.

“Menurut gue, it’s okay kok. Asal tampangnya oke, dokunya kenceng, bau tanah juga nggak apa-apa,” kata Shilla.
Semua tertawa mendengar kata-kata Shilla itu.

“Serius dong... Ada yang cakep, nggak? Kalo ada, mau gue samperin tuh anak,” ujar Shilla.

“Menurut gue sih ada, Shill. Dan kalau lo beneran serius pengen kenalan, lo harus buru-buru. Soalnya udah banyak yang ngincer,” jawab Sivia.

“Masa sih? Siapa namanya? Siapa? Kelas berapa?” tanya Shilla antusias.

“Sivia, jangan bilang kalau yang lo maksud itu si cowok katro itu ya,” kata Ify curiga.

“Iya, Fy... emang dia kok. Namanya Mario Stevano, anak kelas 1 D. Satu-satunya cowok yang bikin surat cinta buat elo waktu MOS,” jawab Sivia.
Ify menghela napas. Tepat dugaan dia. Cowok aneh itu emang punya tampang oke. Nggak heran dia langsung jadi idola baru di sekolah ini.

“Mario Stevano? Bikin surat cinta buat Ify?” tanya Shilla heran.
“Wah... ada yang nyimpan cerita sendirian nih. Curang lo berdua, berita heboh gitu kok nggak diceritain sih. Ayo dong cerita!” seru Agni penasaran.
“Cerita apaan sih?” Tiba-tiba sesosok makhluk berjenis kelamin laki-laki muncul di sebelah Ify.
Semua terdiam karena kaget. Terutama Agni dan Shilla. Keduanya melongo melihat cowok keren yang berdiri di dekat mereka itu.
“Lho, kok pada diam sih, kakak-kakak yang cantik?” tanya cowok itu tersenyum manis.

“Lo ngapain di sini?!” bentak Ify. “Nggak ada yang ngajak lo ikutan gabung. Pergi sana!”

“Ih, Kakak kok galak gitu sih,” rajuk cowok itu.

“Pergi nggak lo!” usir Ify kasar.

“Nggak mau ah. Saya kan mau kenalan sama kakak-kakak yang cantik ini,” ujar cowok itu sambil beranjak ke samping Shilla dan Agni.

“Halo, Kak. Saya Rio,” kata Rio sambil mengulurkan tangannya ke arah Shilla. “Boleh kenalan nggak, Kak?”

“Boleh, nama gue Shilla.” Shilla membalas uluran tangan Rio. “Dan jangan panggil kami „kakak. Kesannya tua banget.”

“Kalo gue Agni.” Agni nggak mau kalah. Dia ikut-ikutan mengulurkan tangannya dan bersalaman dengan Rio.
Rio menyambutnya sambil tersenyum manis.

“Kalau yang cantik ini gue udah kenal. Sivia-chan, kan?” goda Rio.
Sivia tersenyum manis mendengar namanya disebut Rio dengan gaya panggilan Jepang.

“Gue sama sekali nggak nyesel masuk sekolah ini. Ternyata di sini banyak bidadarinya,” kata Rio.

“Lo nggak usah ngegombal deh sama teman-teman gue. Cepet lo pergi dari sini sebelum gue lempar nih gelas!” bentak Ify keki.

“Wah... lo kejam banget, Fy. Lo cemburu ya, gue deket sama cewek lain,” kata Rio. “Tenang
aja, cuma Ify kok yang ada di hati  Rio....”

“Pergi nggak lo!” bentak Ify sambil mengangkat gelas minumannya yang sudah kosong.
Tepat saat Ify mengangkat gelasnya, bel tanda istirahat telah selesai, berbunyi dengan nyaringnya. Saved by the bell.

“Oke deh, gue masuk kelas dulu ya,” kata Rio sambil tersenyum manis ke arah Ify. “See you, my angel.”
Rio beranjak meninggalkan kantin sambil melambaikan tangan. Shilla dan Agni membalas lambaian itu sambil tersenyum lebar. Ify melotot kesal melihat ulah kedua temannya itu.
“Gila! Itu yang namanya Rio? Cakep banget!” seru Shilla.

“Iya. Mukanya itu lho. Ya ampun... cute abis!” tambah Agni nggak kalah heboh dari Shilla.

“Cakep? kayak gitu lo bilang cakep? Lo berdua buta kali ya!” ujar Ify heran.

“Fy, kayaknya si Rio serius naksir sama elo deh,” kata Sivia dengan senyum manisnya.
“APA?! AMIT-AMIT DEH!” ujar Ify bergidik sambil mengetuk-mengetukkan jarinya di meja berulang kali.
@(^-^)@
Udara siang ini luar biasa panasnya. Matahari sedang seru-serunya memancarkan sinar. Naik angkot dari sekolah sampai ke rumah benar-benar telah menguras keringat Ify. Tapi lumayan juga sih buat membakar kalori. Nggak perlu menghabiskan uang buat mandi sauna. Lebih alami!
Ify mengeluarkan kunci dari dalam tas ranselnya dan membuka pintu pagar rumah. Ia buru-buru masuk ke rumahnya sebelum kulitnya gosong terkena sengatan sinar matahari. Ia melempar tas ranselnya dan bergegas ke dapur mengambil segelas air dingin dari kulkas. Ify meneguk air minumnya dengan cepat untuk meredakan dahaga. Hah... lega rasanya.
Saat menutup pintu kulkas, Ify menemukan secarik memo tertempel di pintu kulkas. Memo dari Mama.
Fy, ada nasi, tempe goreng, dan ayam goreng di meja makan. Maaf ya, Mama cuma sempat masak itu tadi pagi. Nanti Mama pulang malam. Kamu nggak usah nunggu ama. Kalau kamu mau, nanti malam beli makanan aja, lalu tidur duluan.
Hati-hati di rumah ya.
Love, Mama.

Lagi-lagi pulang malam, gerutu Ify dalam hati. Belakangan ini Mama kelihatannya benar-benar sibuk. Hampir setiap hari Mama lembur.
Mama Ify bekerja di bagian pembukuan di sebuah pabrik tekstil. Sedangkan ayahnya...Ify nggak tahu laki-laki mana yang layak disebutnya papa. Sejak lahir Ify nggak pernah tahu siapa ayah kandungnya. Ify lahir di luar nikah. Anak haram... mungkin itu sebutannya.
Berulang kali Ify menuntut Mama untuk menceritakan siapa ayah kandungnya, tapi Mama selalu bungkam. Bahkan nggak jarang Mama malah marah besar sewaktu Ify memaksa Mama bicara. Bukan hanya Mama yang bungkam, tapi semua keluarga Mama juga bungkam. Kalau Ify mencoba bertanya pada mereka, mereka segera mengalihkan pembicaraan. Ify nggak tahu apa alasannya, tapi Ify yakin Mama sudah meminta semua orang untuk merahasiakan identitas ayah kandungnya.

Lambat laun Ify menyerah. Dia nggak lagi berusaha mencari tahu tentang ayah kandungnya. Tapi satu keyakinan yang tertanam dalam benaknya, laki-laki yang meninggalkan anak dan istrinya tanpa alasan pasti bukan laki-laki yang pantas untuk dipanggilnya papa. Dan Ify membenci laki-laki yang sudah membuat dirinya dipanggil anak haram itu.

Mama memang pernah menikah secara resmi. Waktu itu Ify baru kelas 6 SD. Mama menikah dengan laki-laki yang usianya lebih muda dua tahun. Ify memanggil laki-laki itu Papa Ivan. Papa Ivan orang yang humoris. Ify nggak bisa memungkiri, dia senang Mama menikah dengan Papa Ivan. Tapi sayang, pernikahan itu nggak bertahan lama. Penyebabnya karena Mama memergoki Papa Ivan selingkuh. Dan Mama kembali terluka.
Sekarang Ify cuma tinggal berdua lagi dengan Mama. Sejak perceraian itu, Mama kembali berperan sebagai single parent buat Ify. Sama seperti sebelum Mama menikah dengan Papa Ivan, Mama bekerja banting tulang untuk memenuhi semua kebutuhan Ify. Mama nggak pernah mau menerima belas kasihan dari siapa pun. Mama selalu menolak setiap bantuan yang hendak diberikan oleh keluarga Mama. Mama memilih bekerja dan hidup mandiri bersama Ify di rumah kontrakan yang sederhana ini. Bagi Ify, Mama adalah segalanya.
Ify menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan. Dia berjalan menuju kamarnya sambil menyeret tasnya yang tergeletak di lantai. Setelah meletakkan tasnya di meja belajar, cewek itu berjalan gontai menuju tempat tidur. Direbahkannya tubuhnya di atas tempat tidur. Ditatapnya langit-langit kamarnya. Pahitnya masa lalu kembali bergulir dalam memorinya.
Semua peristiwa yang dialaminya selama ini telah mengubah hidup Ify. Pengkhianatan Papa Ivan dan tak adanya figur seorang ayah memubat Ify menjadi pribadi yang keras. Di mata Ify, semua laki-laki brengsek. Makanya, Ify nggak suka kalau ada cowok yang coba-coba mendekati dirinya. Prinsipnya: I don’t need a man. Ify nggak mau disakiti cowok seperti Mama yang sudah disakiti Papa Ivan, juga ayah kandungnya yang sudah meninggalkan dirinya dan Mama begitu saja. Bagi Ify, cowok itu nggak pantas mendapatkan cinta dari perempuan karena mereka sama sekali nggak pernah bisa menghargai arti seorang perempuan dalam kehidupan mereka. Makhluk yang bernama cowok itu sering merasa dirinya adalah makhluk berakal budi yang pertama kali diciptakan Tuhan, dan perempuan cuma sekadar pendamping yang mencuri tulang rusuk mereka. Ify yakin dirinya mampu berdiri sendiri tanpa kehadiran cowok dalam hidupnya. Ify nggak akan membiarkan seorang cowok pun menyakiti dirinya. Cita-cita Ify cuma satu, membuat Mama bahagia.
@(^-^)@
“Kriinngg...!” Dering telepon dari ruang tamu mengembalikan Ify ke alam nyata. Ify  bangkit dari tempat tidur dan buru-buru berlari kecil menuju ruang tamu untuk mengangkat telepon.
“Halo...,” sapa Ify.

“Halo, ini Ify, ya?” balas si penelepon dari seberang. Suara cowok.

“Iya. Ini siapa ya?”
Bukannya menjawab, cowok di seberang malah berkata, “Wow! Suara lo di telepon merdu banget. Suara lo imut, kayak orangnya.”
Ify melotot mendengar kata-kata si penelepon gelap itu. Dia paling nggak suka cowok yang berani ngegombal padanya.
“Siapa lo? Gue nggak suka gaya bicara lo!”

“Duilee... marah lagi... marah lagi. Gue kan cuma berkata jujur. Gue Rio, Fy. Masa lo nggak kenal sama suara keren gue ini.”

“Rio! Berani-beraninya lo nelepon gue! Dapat dari mana lo nomor telepon gue!” bentak Ify kaget. Gila juga nih cowok, baru sehari selesai MOS udah berani kurang ajar sama kakak kelas. Apa perlu ditambah ya MOS-nya? Biar digojlok habis-habisan sampai kapok.
“Sabar dong, Fy. Gue nggak punya maksud jelek kok sama elo. Jangan galak-galak gitu dong...,” ujar Rio. “Gue tau nomor telepon lo dari temen lo, Shilla. Tadi pas pulang sekolah gue nyari elo, tapi nggak ketemu. Gue malah ketemu Shilla di kantin. Katanya lo udah pulang duluan naik angkot. Padahal gue bermaksud nganterin lo pulang tadi. Ya udah, sekalian aja gue tanya nomor telepon lo.”

Dasar  Shilla rese! Ngapain juga dia ngasih tau nomor telepon gue ke anak kutu ini! rutuk Ify dalam hati.

So, elo ada perlu apa sama gue sekarang?” tanya Ify ketus.
“Gue cuma mau nanya... ng... lo lagi jomblo ya?”

“Apa?!” pekik Ify kaget.

“Gue serius nih, Ify. Gue boleh nggak jadi pacar lo?”

“Jangan kurang ajar ya!” suara Ify makin melengking.

“Ya ampun. Nggak usah histeris gitu dong. Kaget ya, ditembak cowok ganteng?”

“Ngaca dulu sana, Mas! Tao Ming Tse aja nembak gue, gue tolak. Apalagi elo! Sadar ya, di mata gue, lo tuh masih bau kencur! Gue ini kakak kelas lo. Lo nggak usah main-main sama gue. Oke?” jawab Ify sambil tertawa.
“Begitu ya. Jadi lo nggak mau sama gue cuma karena gue adik kelas lo?” suara Rio terdengar lirih. Kayaknya dia kecewa. Nggak tau kenapa. Ify jadi nggak enak hati udah ngomong sekasar itu pada Rio. Padahal biasanya kalau ada cowok yang nembak, langsung ditolaknya tanpa memedulikan perasaan tuh cowok. Tapi nggak tau kenapa, kok sekarang Ify jadi kasihan sama Rio? Mungkin karena Ify merasa Rio masih muda, jadi belum tahan banting, kali ya. Mmm... ada hubungannya nggak sih?

“Mmm... bukan cuma karena itu, tapi karena gue emang nggak minat pacaran,” suara Ify mulai melembut.

“Kenapa?”

“Lo nggak perlu tau alasannya, Yo. Lagian lo tuh belum kenal siapa gue. Gue yakin lo nggak serius sama gue.”
“Gue kenal kok siapa elo,” sahut Rio. “Elo tuh Alyssa Saufika, cewek yang emang udah ditakdirkan Tuhan buat gue. Gue serius sama elo dan gue akan membuktikan hal itu sama elo. Gue akan membuat elo mau membuka hati buat gue. Gue akan membuat lo jatuh cinta sama gue...”

“Omong kosong!”

Brak! Ify membanting gagang telepon dan memutus pembicaraan begitu saja.
Dasar cowok rese! Nggak tau malu! Nggak tau diri. Dia kira gue cewek gampangan, apa. Yang klepek-klepek kalau dengar rayuan murahan kayak gitu. Nih cowok emang nggak bisa dikasih hati. Dilembutin dikit malah makin ngegombal. Gue paling jijay sama cowok kayak gitu. Iih, kesel bangt deh gue! Semua cowok emang sama aja! GOMBAL! Ify ngedumel nggak keruan gara-gara keki mendengar kata-kata Rio di telepon barusan. Dia membanting tubuhnya di sofa ruang tamu lalu merengut kesal.

1 comment:

  1. versi rify yaa... duhh keren nih keren gu juga suka sama nih cerita...





    numpang nitipin link gue yaa..kalau mau berkunjung juga boleh..
    obat kista tradisional.
    obat pelangsing herbal.
    thanks before sis..

    ReplyDelete