Monday, 28 May 2012

You're My Best Sister [One Shoot]


You’re My Best Sister

+++++
Aku bukan Kau. Dan Kau bukanlah Aku. Aku dan Kau berbeda.
+++++

GADIS cantik itu duduk di tepi danau yang airnya tenang. Tempat yang sangat tepat untuk dirinya. Tempat yang tenang, untuk jiwa yang mulai sepi. Mata gadis itu tidak memancarkan sepercak kehidupan. Semua terasa datar. Semua terasa sunyi, sepi, dan hilang.  Bagaikan angin yang berhembus sia-sia.
“Ify..” panggil seseorang yang saat ini keberadaannya tepat di belakang Ify, Alyssa Saufika, gadis itu. Ify bergeming. Ia masih berdiam seperti semula. Keadaan semakin hening. Merasa sedikit hopeless orang itu duduk di samping ify dan menatap Ify dengan tatapan sendu.
“Ify, ayo kita pulang. Ini sudah hampir malam.” Ucap orang itu lembut. Tangannya membelai rambut panjang ify yang kini sudah berantakan tak menentu. Ify tak merespon.
“Ify, mengapa kamu diam saja? hati-hati kesambet kamu .” Gurau orang tersebut. Tetap sama. Ify masih diam tak mengeluarkan sepatah kata pun.
“Fy…”
“Kak..” panggil Ify pelan. Ya, orang tersebut merupakan kakak Ify. Sivia, kakak Ify yang merasa terpanggil langsung menoleh ke Ify.
“Ya?”
“Boleh aku bertanya satu hal pada kakak?” Tanya Ify tanpa sedikit pun menoleh ke Sivia. Sivia mengerutkan dahinya. Bingung. Ada hal apa sampai Ify mau bertanya sesuatu? Batinnya heran sekaligus bingung.
“Tentu saja.” Jawab Sivia. Ia sedikit merapatkan duduknya ke Ify.
“Arti dari Kehidupan apa, kak?” Sivia menyentuh rambutnya lalu diselipkannya ke belakang. Otaknya berputar keras menyusun puzzle-puzzle jawaban atas pertanyaan adiknya.
“Kehidupan itu… bagai roda yang berputar. Kadang di atas, dan kadang pula di bawah. Kehidupan tidak bisa ditebak. Semuanya terlalu misterius.” Sivia terdiam sebentar. Membuat keadaan hening kembali.
“Lalu, kematian juga misterius?” Tanya Ify lagi. Kini wajahnya mengarah ke Sivia. Menatap kakaknya dengan tatapan menunggu jawaban. Sivia mengulum senyum. Lalu di pegangnya pundak adiknya yang –sedang-  rapuh itu.
“Benar. Kematian juga tidak dapat di tebak kapan dia akan datang. Tidak peduli dengan usia seseorang, muda atau tua, baik atau buruk seseorang, sehat atau sakit, bahkan kaya atau miskinnya seseorang. Kehidupan ini fana, Fy.” Jawab Sivia dengan penuh keyakinan. Merasa jawabannya adalah jawaban yang terbaik dan berharap ify puas dengan jawabannya.
Tanpa diduga, air  mata Ify perlahan demi perlahan mulai turun dari mata sang empu. Membuat Sivia terkejut.
“Ify? Mengapa kamu menangis?” Tanya Sivia lembut. Ify menggeleng samar.
“Aku tidak menangis..” ucap ify dengan suara sedikit serak. Sivia benar-benar yakin kalau ify menangis. Ia tahu benar sifat adiknya ini.
“Jangan bohong.” Gertak Sivia. Ify menunduk. Pelan-pelan menenggelamkan kepalanya di pangkuan tangannya yang bertumpu di atas kedua lututnya.
“Ify rindu Ayah dan Bunda..” ucap Ify lirih. Merasa berat untuk mengatakannya.
Sivia  menatap ify lirih. Dan rasa bersalah sedikit demi sedikit mulai menyelimuti dirinya. Rasa bersalah karena tidak bisa mengembalikan semangat adiknya. Adik kandungnya  yang sangat di sayanginya.
Sivia langsung memeluk Ify erat. Sekedar memberikan sedikit dorongan pada Ify. Berharap adiknya itu bisa kembali seperti dulu. Menjadi seorang Ify yang ceria. Bukan seperti Ify yang sekarang, suram.
“Ify, kamu jangan begini terus ya? Masih ada kakak di sini.” Ucap Sivia yang sekarang wajahnya penuh dengan air mata. Ikut menangis.
“Ify mau Ayah dan Bunda, kak.” Ucap Ify lagi-lagi dengan nada lirih.
“Fy, dengar kakak.” Sivia melepas pelukannya. Dan menghadapkan dirinya tepat di depan Ify.
“Bukan hanya kamu yang merindukan Ayah dan Bunda. Ingat, bukan hanya  kamu. Kakak. Kakak juga merindukan mereka. Merindukan sikap mereka yang lembut. Tapi sekarang mereka sudah tiada. Apa yang harus kita lakukan? menentang takdir?” Ify menatap kakaknya. Lalu menggerakkan kepalanya ke kanan dan ke kiri pelan.
“Takdir itu tidak akan bisa ditebak, Fy. Sudah ada yang mengaturnya. Takdir itu bak awan yang terbang bebas di angkasa. Susah ditebak. Kita sebagai manusia hanya bisa menerima. Hanya bisa mendoakan Ayah dan Bunda dari  sini..” jelas Sivia lembut.
“Tapi….”
“Apa?”
“Ify rindu kasih sayang mereka..” air mata Ify kembali meluncur deras. Sivia menepuk pundak adiknya pelan.
“Ada kakak disini. Kakak akan berikan kasih sayang kakak sepenuhnya untuk kamu. Karena Cuma kamu adik kakak yang paling kakak sayang.” Ify menatap Sivia  yang tengah menatapnya dengan seulas senyum terukir di bibirnya. Dengan sekuat tenaga, Ify memeluk Sivia erat.
“Ify sayang kakak. Ify sayang kakak. Maaf kalau ify sering buat kakak khawatir.” Isak Ify dalam pelukan Sivia. Sivia menggerakkan kedua tangannya. membalas  pelukan hangat adiknya.
“Kamu tidak salah. Hanya kakak yang salah disini. Bukan kamu.” Balas Sivia. Ify menggeleng.
“Bukan. Aku yang salah..”
“Sudahlah jangan diperdebatkan..” ujar Sivia  memotong ucapan Ify. Ify melepaskan pelukannya.
“Kita mulai semua dari awal. Kita mulai semuanya dengan hal baru. Tidak ada kesedihan lagi. Tidak ada air mata lagi. Kamu mau berjanji menepati semua itu pada kakak?” lugas Sivia sambil menyodorkan jari kelingking tangan kanannya pada Ify.
“Aku tidak bisa, kak.” Ucap Ify lirih –lagi-
Sivia tersentak. Sedikit terkejut –mungkin-
“Kenapa?”
“Semua sudah terlanjur terjadi. Ify yang ceria sudah tiada. Ify yang selalu optimis sudah tiada lagi. Ify yang sekarang adalah Ify yang pemurung. Selalu pesimis dan tidak konsisten.” Jelas Ify datar. Sivia merasa emosinya melunjak saat ini.
“IFY! Apa yang kamu pikirkan? Kamu itu masih punya masa depan! Jalan kamu masih panjang. Kamu harus bisa bangkit!” Bentak Sivia tajam. merasa kesal dengan adiknya itu.
“Aku? Punya masa depan?” Tanya Ify dengan nada meremehkan.
“Iya. Jalan kamu itu masih panjang, Fy. Hidup itu akan indah kalau kamu menikmatinya dengan benar. Bukan dengan cara seperti ini.” Ucap Sivia lagi. Kali ini dengan nada yang sedikit direndahkan dari semula.
“Ini caraku untuk menghabiskan hidup. Jangan kakak campuri hidup aku. Aku adalah aku. Dan kakak adalah kakak. Kita berbeda, kak,” Balas ify tajam. sivia menggeleng tak habis pikir. Ia berdiri dari duduknya.
“Terserah kamu. Kakak sudah lelah dengan kamu. Dan sebaiknya kamu pikirkan kata-kata kakak tadi.” Ujar Sivia dingin kemudian beranjak dari sana. Tanpa mengucapkan sepatah kata lagi. Meninggalkan ify yang masih diam terpaku menatap kepergian kakaknya.
Apa yang harus aku lakukan? Batin Ify gelisah.
*****
Malam harinya Ify duduk di balkon kamarnya. Termenung. Kalimat-kalimat yang dilontarkan kakaknya sejak dari tadi mengusik pikirannya. Sejak ia pulang dari danau tadi, sedikit pun Sivia tidak ada menegurnya. Membuat Ify merasa bersalah.
Jika ia terus menghabiskan hari-harinya seperti ini, pasti ia akan merasa semakin kesepian. Hidupnya akan semakin muram. Lelah. Ia sudah lelah seperti ini.
“Ayah… Bunda.. Ify rindu kalian.” Lirih Ify. Sejak Ayah dan Bundanya pergi meninggalkan ia dan Kakaknya untuk selama-lamanya 1 tahun yang lalu, ify menjadi sosok yang sangat pemurung. Sangat berbeda dengan Sivia yang tegar.
“Ada kakak disini. Kakak akan berikan kasih sayang kakak sepenuhnya untuk kamu. Karena Cuma kamu adik kakak yang paling kakak sayang.”
Sepenggal kalimat yang dilontakan Sivia kembali terputar jelas di pikiran Ify.
“Kak Via benar. Kasih sayang itu masih ada. Dari seorang kakak..” gumam ify pelan.
“Maafkan Ify, kak.” Bulir-bulir butiran bening itu kembali turun membuat sungai kecil di pipi Ify.
“Kakak sudah memaafkan kamu, Fy.” Ujar Sivia tiba-tiba dari belakang Ify. Ternyata dari tadi ia mendengarkan pembicaraan Ify. Ify berbalik ke belakang. Terkejut melihat sosok kakaknya Sivia yang berdiri dengan senyum tersungging di bibirnya.
“Ify sudah memikirkan semua yang sudah kakak katakan.” Ucap Ify. Sivia memiringkan kepalanya dan memicingkan matanya.
“Lalu?” Tanya Sivia.
Ify memutar bola matanya.. “Ify akan berusaha bangkit, kak. Ify sudah lelah begini terus. Ify mau mendapatkan kehidupan ify yang seperti dulu. Selalu ceria.”
“Kakak bangga punya adik seperti kamu, Fy.” Ucap Sivia tersenyum seraya merangkul pundak Ify.
“Aku lebih bangga mempunyai seorang kakak yang terbaik yang pernah ada di dunia ini.” Balas Ify. Mereka berdua tersenyum.
“Dan mulai besok dan seterusnya kakak akan membuktikan pada kamu. Bahwa kasih sayang itu akan kamu dapatkan dari seorang kakak.” Kata Sivia mantap.
I trust you, sist.” Kembali, senyuman itu tersungging di bibir mereka masing-masing.
Kehidupan baru akan segera di mulai.
***
Sinar matahari mulai terpancar dengan cerahnya. Pagi hari sudah datang. Pagi yang cerah untuk memulai sesuatu yang baru.
“Ify, kamu berangkat sekolah sendiri atau sama kakak?” Tanya Sivia. Sivia dan Ify baru saja selesai melakukan kegiatan rutin mereka tiap pagi. Breakfast.
“Umm… aku dijemput sama Shilla dan Agni kak.” Jawab Ify. Sivia hanya mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti.
“Kak, sepertinya mereka sudah datang. Aku pergi ya kak.” Ujar Ify yang mendengar  suara deruan sebuah mobil dari depan rumah. Secepat kilat ia menarik tangan Sivia lalu menciumnya.
“Assalamu’alaikum, kak.” Ify sedikit berlari menuju depan rumahnya.
Sivia hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kelakuan adiknya. Sesaat kemudian, seulas senyum manis di bibirnya kembali terlukis.
“Semoga kamu benar-benar bisa kembali seperti dulu. Karena kakak sangat merindukan kamu yang seperti itu.” Gumam Sivia. Secepat kilat ia menyambar tas selempang birunya lalu berjalan ke luar menuju garasi. Ia pergi sekolah dengan mengendarai mobilnya.
There’s Something new in the life.. What is that?

***
SMA Taruna  –Kelas XI IPA B-

“Ify, kamu kenapa semangat sekali hari ini?” Tanya Agni heran. Shilla yang duduk di sebelah Agni ikut mengangguk menyutujui pertanyaan Agni. Ify tidak menjawab. Tetapi senyum di bibirnya tetap mengembang.
“Ify.!” Panggil  Shilla keras. Membuat Ify  terkejut dan hampir jatuh dari kursinya.
“Aduh kamu, Shill. Ngagetin aku saja. Beruntung aku tidak punya penyakit jantung.” Omel ify pada Shilla. Yang diomeli hanya menyeringai.
“Maaf. kita heran lihat kamu terus senyum-senyum seperti itu.” Jelas Shilla.
“Soal itu.. Aku mau ubah kehidupan  aku menjadi seperti semula, Shill, Ag,” ujar Ify. Shilla dan Agni saling melempar tatapan satu sama lain.
“Maksudnya?” Tanya Shilla dan Agni serempak.
Ify mengetuk-ngetukkan bolpoin di meja dengan sedikit keras. “Aku ingin menjadi Ify yang seperti dulu.”
“Oh….”  Jawab  Shilla dan Agni tanpa sadar. Ify mendelikkan matanya kesal ke dua temannya itu.
“Kenapa jawabannya hanya itu?” gerutu Ify sebal.
“APA? Kamu mau jadi Ify seperti dulu?” Ify mengangguk. Raut wajahnya masih terlihat kesal.
“Bagus Fy. Kamu memang harus bangkit.” Ujar Agni.
“Iya.” Jawab ify singkat.
“Kenapa jawabnya singkat sekali, Fy?” Tanya Shilla tanpa merasa bersalah. Memasang wajah innocent.
“Kalian sih tadi responnya telat.” Ketus Ify. Shilla dan Agni menyeringai.
“Maaf..” Ify hanya mendengus sebal. Tetapi dalam hati ia tersenyum. Senyum bahagia dan kelegaan.
Sepertinya langkah yang aku ambil memang benar. Tidak hanya mendapatkan seorang kakak yang baik, aku  juga mempunyai sahabat yang sangat mengerti aku. Maaf aku pernah berpikiran buruk tentang kalian. Dan ternyata, kasih sayang itu juga ada pada seorang sahabat, Batin Ify berujar.
*****
Jam demi jam telah berlalu. Hari demi hari juga telah berlalu. Sekarang sosok Ify yang ceria sudah mulai timbul pada diri Ify. Membuat Sivia, serta Shilla dan Agni sangat bahagia.
“Wah, kakak dapat nilai A+ ya ulangannya?”Tanya Ify. Tangannya memegang selembar kertas hasil ulangan Sivia. Sivia yang sedang fokus dengan pr-nya hanya mengangguk tanpa menoleh sedikitpun pada Ify.
Ify menatap kakaknya tersenyum. Tetapi perlahan senyum itu memudar.
Kak  Via memang pintar. Selain pintar di  sekolah, ia juga pintar dalam bidang akademis. Sedangkan aku?”  batin ify  gundah.
“Aku tidak memiliki bakat apapun. Aku… aku hanya bisa menyusahkan orang-orang sekitarku.” Lanjut ify, masih dibatinkan.“Ify? Kenapa kamu diam? Ada yang salah dengan kertas ulangan itu?” Tanya Sivia menyadarkan ify dari alam lamunannya.
“Tidak kak. Aku hanya kagum pada kakak. Kakak memang sangat pintar.” Puji Ify tulus. Sivia tersenyum.
“Tidak. Kamu terlalu berlebihan.” Balas Sivia merendah. “Tapi itu memang fakta, kak.” Kekeuh Ify.
“Iyaa.. terserah kamu.” Serah Sivia. Ify hanya tersenyum.
Aku ingin seperti dia…..
+++++
Kau punya cara sendiri untuk membahagiakan orang lain. Cukup menjadi diri sendiri. Bukan aku, ataupun mereka.
+++++

Hari minggu. Merupakan hari yang sangat pantas di manfaatkan untuk istirahat maupun berlibur. Melepas kepenatan. Tetapi tidak dengan Sivia dan Ify. Kakak beradik itu lebih memilih stay  di rumah mereka.
Sivia memperhatikan Ify yang sedang duduk di gazebo kolam renang. Sepertinya ada yang berbeda dengan dia, batin Sivia.
“Ify..” panggil Sivia. Ia berjalan mendekati Ify. Di tangannya terdapat sebuah piring yang berisikan beberapa potong kue. Sivia pun duduk di samping Ify.
“Ini, kakak ada bikin kue kesukaan kamu.” Ucap Sivia sambil memberikan  piring yang berisikan kue tersebut. Ify hanya diam sambil memperhatikan kakak semata wayangnya itu.
Selain pintar dalam belajar, Kak Via juga pintar dalam memasak, batin Ify.
“Fy, ada apa? Kamu melamun?” Tanya Sivia. Ify sedikit tersentak.
“Tidak ada apa-apa kak.” Jawab Ify. Tersenyum. Miris.
“Kamu tidak mau makan kue ini?” Tanya Sivia. Ify menoleh.
“Mau kak.” Dengan cepat Ify melahap kue itu.
“Ify, kamu ada masalah ya?” Tanya Sivia. Ify hanya diam membisu.
“Fy…”
“Aku baik-baik saja.” Jawab Ify dengan raut wajah datar.
“Benar? Kamu tidak berbohong, kan?” Tanya Sivia memastikan. Ify menoleh ke arah Sivia. Menatap kakaknya dalam diam. Lalu menunduk dalam.
“Ify kamu kenapa?” Tanya Sivia khawatir. Ify menggeleng.
Please. Kakak mohon jangan ada yang ditutupi lagi di antara kita. Kakak masih kamu anggap sebagai kakak kamu kan, Fy?” Tanya Sivia serius. Ify mengangkat kepalanya.
“Aku… aku iri pada kakak.” Ucap ify bergetar. Sivia mengernyitkan dahinya bingung.
“Iri? Kenapa kamu iri pada kakak? Apa yang bisa kamu iri-kan dari kakak?” Tanya Sivia bertubi-tubi. Ify menghela nafas pelan.
“Aku iri dengan kepintaran kakak. Kakak sangat unggul di segala bidang. Kakak sangat pintar di sekolah. Kakak juga pintar kan di dalam hal akademis? Kakak juga pintar memasak. Aku merasa tidak cocok menjadi adik kakak. Kakak memang sempurna..” jelas ify miris. Sivia memperhatikan Ify cukup lama, kemudian tanpa diduga ia tertawa lepas. Membuat Ify yang tadinya menunduk kembali mengangkat kepalanya sambil menatap kakaknya dengan alis tertaut.
“Mengapa kakak tertawa? Kakak meledekku?” Tanya ify. Sivia menghentikan tawanya lalu menggelengkan kepalanya pelan.
“Tidak. Kamu itu terlalu lucu. Kakak tidak pantas kamu iri-kan. Kakak tidak sempurna seperti yang kamu katakan, Fy. Masih banyak orang di luar sana yang jauh lebih perfect  di dunia ini. No one perfect in this world, dear, Sahabat-sahabat kamu juga berteman denganmu tidak melihat dari sisi itu, kan?”jelas Sivia. Ify menggeleng pelan.
“Tetapi setidaknya kakak lebih baik dari pada aku. Di sekolah saja, rankingku bahkan tidak masuk 20 besar. Sedangkan kakak? Kakak selalu mendapat rangking 1.” Bantah Ify keras kepala.
“Mungkin kamu saja yang kurang belajar, Fy. Semua orang juga bisa seperti kakak.” Ujar Sivia.
“Aku ingin seperti kakak.” Ujar Ify lemah. Sivia mengangkat tangannya lalu di letakkannya di pundak Ify. Merangkul adiknya yang sedang dilanda kepesimisan.
“Fy, kamu tidak harus seperti kakak. Kakak yakin, kamu punya cara kamu sendiri untuk membuat kakak serta sahabat-sahabat kamu itu senang, bahagia. Kamu tidak perlu seperti kakak. Tidak perlu juga menjadi orang lain. Kamu harus jadi diri kamu sendiri. Bukan Sivia, tetapi Ify.” Ucap Sivia. Memberikan motivasi pada adiknya.
“Tapi, kak….”
“Kamu harus yakin pada diri kamu sendiri. Menjadi diri sendiri itu lebih menyenangkan dibandingkan harus menjadi orang lain. Be your self, not other people self.” Potong Sivia langsung.
“Benar seperti itu, kak?” Tanya Ify.
Sivia mengangguk yakin, “kakak berani menjamin, Fy.”
“Kalau begitu, aku akan coba menjadi diriku sendiri.” Ucap Ify semangat. Sivia mengembangkan senyumnya.
“Nah memang begitu seharusnya. Kamu pasti bisa. ” Ucap Sivia ikut memberikan semangat.
“Terima kasih kak.” Ujar Ify tersenyum lega.
what for, dear?”  Tanya Sivia dengan sebelah alis terangkat.
“Kakak sudah memberikanku motivasi. Terima kasih banyak kak.” Ujar Ify memperjelas. Sivia menganggukkan kepalanya.
Your welcome. I’ll always beside you..”  balas Sivia tulus. Ify tersenyum.
Follow your heart’s words, to be your self. Ikuti kata hatimu, untuk menjadi dirimu sendiri.
*****
Sore hari telah tiba. Langit senja nan indah itu tengah menghiaskan angkasa. Pelangi yang indah berwarna-warni pun turut menghias langit. Membuat keindahan langit di sore hari semakin terlihat. Hujan baru saja berhenti mengguyur kota Jakarta saat ini.
Ify yang sedang duduk di teras rumahnya pun masuk ke dalam. Tetapi, di ruang tamu ia berhenti sejenak. Menatap sesuatu di  sudut ruang tamu tersebut. Piano.
Ify berjalan mendekati grand piano putih tersebut. Ia duduk di kursi yang memang sudah tersedia sebelumnya. Tangannya bergerak membuka kain yang menutupi sisi atas piano tersebut. Di usapnya pelan piano itu. Dengan ragu, jari-jarinya bergerak menekan tuts tuts  hitam putih piano itu. Ia memejamkan matanya perlahan. Dan tanpa sadar, ia sudah hanyut dalam alunna nada yang ia mainkan dari piano itu.
Indah, tenang, luar biasa. Mungkin rangkaian kata yang sangat tepat untuk menggambarkan alunan piano yang dimainkan Ify.
Suara tepukan tangan seseorang terdengar dari belakang Ify yang baru saja menyelesaikan permainan pianonya yang sangat indah itu. Ify memutar arah duduknya ke belakang.
“Kak Via?” kaget Ify. Sivia tersenyum, lalu melangkah mendekati Ify.
“Sepertinya itu permainan piano yang sangat bagus dari yang pernah kakak lihat.” Puji Sivia. Ify tersenyum.
“Kakak terlalu berlebihan. Aku hanya memainkannya asal.” Ucap ify.
“Tidak mungkin. Kakak yakin, kamu pasti memainkan piano itu sungguh-sungguh.” Ucap Sivia yakin. ify menyeringai.
“Memang. Tetapi itu adalah permainan terburuk, kak,”
“Ah tidak. Itu permainan yang sangat sangat bagus.” Puji Sivia –lagi-
“Kakak terlalu pintar memuji..” ujar ify sedikit mengerucutkan bibirnya membuat Sivia tertawa melihatnya.
“Fy. Sepertinya ucapan kakak benar, ya?” Tanya Sivia.
“Ucapan kakak yang mana?” Ify bertanya balik. Sivia mendengus sebal.
“Sepertinya kamu bisa membanggakan orang-orang dengan kemampuanmu bermain piano, Fy.”jelas Sivia.
“You’re kidding, right? Ini hanya permainan piano biasa, kak.” Ucap Ify keras. Sivia menggeleng tegas.
“Asalkan kamu mau terus belajar, kakak yakin ucapan kakak itu tidak salah. Itu bukan permainan biasa. Itu alunan musik Chopin, Fy. Sekarang, sudah jarang ada yang memainkannya.” Ujar Sivia.
“Hmmm… sepertinya kakak benar.” Gumam Ify pelan. Tetapi Sivia dapat mendengarnya.
“Kamu memang tidak seperti kakak. Tetapi, kamu itu bisa unggul dalam bidang musik, Fy.” Ujar Sivia meyakinkan Ify.
“Baiklah. Mencoba tidak ada salahnya, bukan?” balas ify dengan seulas senyum yang mulai menghiasi wajahnya. Sivia ikut tersenyum.
Percaya pada diri sendiri bahwa kita mampu melakukan sesuatu memang hal awal yang harus dipenuhi untuk menjadi yang terbaik.
***
Tak terasa, satu minggu telah berlalu. Hari demi hari Ify jalani dengan semangat tinggi. Dan kini, Ify yang ceria, Ify yang seperti dulu sudah kembali. Ia sudah bisa menerima kepergian Ayah dan Bundanya. Sudah bisa mengikhlaskannya.
“Agni, Shilla, nanti sore mau tidak kalian datang ke rumahku?” Tanya Ify pada dua sahabatnya. Agni dan Shilla mengangguk semangat. Mereka bertiga sedang duduk di kantin sekolah sekarang.
“Kami mau ke rumahmu, Fy. Tapi, harus disediakan banyak makanan ya?” celetuk Shilla. Agni yang duduk di sebelahnya langsung menjitak kepala sahabatnya itu. Sedangkan Ify hanya tertawa melihat tingkah sahabat-sahabatnya itu.
“Aduh Agni. Kepalaku bisa luka gara-gara kamu jitak.” Ucap Shilla sesekali meringis kesakitan sambil memegang kepalanya yang dijitak Agni.
“Pikiran mu itu hanya makanan saja ya, Shill. Tidak lihat badan kamu mulai melebar?” cibir Agni. Shilla hanya menyeringai.
“Sudah, tenang saja. Aku akan sediakan banyak makanan untuk kalian.” Ucap Ify menengahi. Shilla dan Agni mengangguk-anggukkan kepala mereka.

***
Ify, Sivia, Shilla dan Agni sudah berkumpul di rumah ify.  Agni dan Shilla sedari tadi berdebat hal-hal tidak penting. Sivia dan Ify yang melihatnya hanya menggeleng-geleng kepala gemas saja. Sambil sesekali tertawa lepas.
“Fy, mau tidak kamu mainkan piano buat kita?” Tanya Agni.
“Aku tidak mau. Permainan piano ku tidak bagus.” Tolak Ify halus.
“Ayo lah, Fy. Permainan piano kamu itu bagus sekali. Kamu sangat mahir memainkannya.” Sambung Shilla.
“Permainan piano ku tidak semahir yang kalian kira..” ucap ify memberikan alasan yang sungguh sama sekali di luar logika.  Jelas-jelas ia sangat mahir dalam memainkan alat musik melodis itu.
“Ify, ayolah..” sambung Sivia. Ify memperhatikan sahabat dan Kakaknya. Lalu mengangguk.
“Baiklah..” ucap Ify. Lalu ia berjalan mendekati piano itu.
Kembali, kali ini ia memainkan chopin, dan dipadukan dengan nada lain milik Ify sendiri. Permainan yang sangat menarik. Tidak membuat bosan bagi siapapun yang mendengarkannya. Dan seperti biasa, ify menutup matanya. Jari-jarinya dengan lincah menari di atas tuts-tuts piano itu.
“Kalau begini, kamu bisa jadi pianist terkenal, Fy.” Ucap Shilla setelah Ify menyelesaikan permainan pianonya dengan sempurna.
“Benar, Fy. Kamu pasti bisa jadi pianist muda berbakat.” Sambung Agni.
“Selain berbakat, juga cantik lagi.” Sambung Sivia. Ify hanya menyunggingkan senyumnya mendengar celotehan sahabat dan Kakaknya. Ia berjalan kembali duduk dengan yang lain.
“Terima kasih. Dan sebelumnya, aku ingin minta maaf pada kalian semua. Karena aku tidak pernah sadar kalau kalian itu memang selalu ada  buat aku. Maaf dan Terima kasih.” Ujar Ify tersenyum. Shilla, Agni serta Sivia tersenyum.
“Kita akan selalu ada buat kamu, Fy.” Ucap Sivia. Shilla dan Agni mengangguk setuju.
“Ify sayang kalian..” Ify pun memeluk Sivia, Shilla dan Agni.
“Kita juga sayang kamu, Fy.” Balas Sivia, Agni dan Shilla serempak. Kemudian dengan serempak juga, mereka berempat tersenyum.

Kasih sayang itu bisa kita dapatkan dari orang sekitar kita. Seorang kakak, dan sahabat kita. Dari semuanya, aku bisa belajar untuk mengerti hidup, menjadi diri sendiri, dan menyadari bahwa di sekitarku masih ada orang yang memberikan kasih sayangnya untukku. Ada akhir yang manis, jika ada awalan yang pahit. Ayah, Bunda, Ify sudah mengikhlaskan kalian. Ify harap kalian tenang disana. Shilla, Agni, kalian sahabat ku yang paling baik. terima kasih atas semuanya. Kak Via, You’re my best sister.
-Alyssa Saufika-


BLINK Indonesia - Jatuh Cinta (Lyrics)


BLINK – JATUH CINTA

[Pricilla] Saat kau ada di dekatku
Hatiku berdegup kencang
Cukup buat ku melayang-layang

[Febby] Ini baru benar ku rasakan
Terpesona aku
Saat pertama melihatmu

REFF:
[BLINK] Ku kali ini jatuh cinta
Jatuh cinta yang pertama
Saat ku lihat dirimu
Ku benar-benar jatuh cinta
Jatuh cinta yang pertama
Tuhan tolonglah diriku

[Shilla] Saat kau ada di dekatku
Hatiku berdegup kencang
Cukup buat ku melayang-layang

[Ify] Ini baru benar ku rasakan
Terpesona nya aku
Saat pertama melihatmu

*Back to reff*

 [Sivia] Ini kali pertama
Yang benar aku rasa
Aku tlah jatuh cinta padamu

[Sivia] Ini kali pertama
Yang benar aku rasa
Cinta….

*back to reff*

Saturday, 19 May 2012

Super Junior's Profile


Super Junior atau dikenal juga dengan nama SuJu/SJ adalah boyband Korea yang terdiri dari 13 orang anggota yaitu Leeteuk, Heechul, HanGeng, Yesung, Kangin, Shindong, Sungmin, Eunhyuk, Donghae, Kibum, Siwon, Ryewook, , dan Kyuhyun.

KARIR
Super Junior pertama kali debut tanggal 6 November 2005, dan telah berhasil mencatatkan tinta emas di industri musik baik Korea maupun Asia.

Hingga awal tahun 2011 Super Junior telah mengeluarkan 4 buah album yaitu:
2005 - SUPERJUNIOR05 (TWINS)
2007 - DON'T DON
2009 - SORRY SORRY
2010 - BONAMANA

Berikut ini adalah profil dari ke-13 anggotanya. Mereka memiliki nomor yang diurutkan dari tanggal lahir.

1. Leeteuk (Eeteuk)
Nama asli: Park Jungsu
Posisi: Leader, sub-vocal
Nama asli: Park Jungsu
Nama Mandarin: Li Te
Nama panggilan: Angel Without Wings, Gaeteuk, Special Leader, Peter Pan, Ori (Bebek)
Tanggal lahir: 1 Juli 1983
Tempat lahir: Seoul Yeonshinnae
Tinggi badan: 175 cm
Berat badan: 59 kg
Golongan darah: A
Agama: Kristen

2. Heechul
Nama asli: Kim Heechul
Posisi: sub-leader, rapper, sub-vocal
Nama Mandarin: Xi Che
Nama panggilan: Heenim, Cinderella, Flower, Kim Pink, Kim Moodswing, Kim Cherry, Snake/Ular, Heerobbong (bagian dari Bbong bersaudara sama-sama Donghae dan U-Know Yunho), Heebongie Hyung (Panggilan Heechul dari Yesung)
Tinggi badan: 179 cm
Berat badan: 60 kg
Tanggal lahir: 10 Juli1983
Tempat lahir: Daerah Hoengseong, Kangwondo; tapi tinggal di Wonju, Kangwondo
Golongan darah: AB
Agama: Atheis/Agnostik

3. HanGeng
Nama asli: HanGeng
Posisi: lead dancer, sub-vocal
Tempat lahir: Mudanjiang, Provinsi Hei Long Jiang
Tinggi badan: 181 cm
Nama panggilan: Beijing Fried Rice, Dragon/Naga
Tanggal lahir: 9 Februari 1984
Berat badan: 66 kg
Golongan darah: B
Agama: Atheis

4. Yesung
Nama asli: Kim Jongwoon
Posisi: lead vocal
Nama Mandarin: Yi Xing
Nama panggilan: Cloud, Dog/Anjing (dari Shio China), Rabid Dog/Anjing Rabies (panggilan Yesung dari Heechul)
Tinggi badan: 178 cm
Berat badan: 64 kg
Golongan darah: AB
Tanggal lahir: 24 Agustus 1984
Tempat lahir: Chunahn, Provinsi Choongchung Selatan
Agama: Katolik

5. Kangin
Nama asli: Kim Youngwoon
Posisi: sub-vocal
Nama Mandarin: Jiang Ren
Tanggal lahir: 17 Januari1985
Tempat lahir: Seoul Seodaemoongoo HongEunDong
Nama panggilan: Bear Kangin, Strength Kangin, Korea No.1 Handsome Guy, Kang Kings, Kkang, Neoguri (Racoon/Rakun), Ox (dari Shio China), Youngchoon (Panggilan Kangin dari Heechul)
Tinggi badan: 180 cm
Berat badan: 70 kg
Golongan darah: O
Agama: Kristen

6. Shindong
Nama Asli: Shin Donghee
Posisi: lead dancer, rapper
Nama Mandarin: Shen Dong
Tempat lahir: Moonkyung, Provinsi KyungGi Utara
Tinggi badan: 178 cm
Nama panggilan: Dongri Dong Dong, Dolpan Ogyupsal (sejenis makanan)
Tanggal lahir: 28 September 1985
Berat badan: 90 kg (25/03/09-93 kg)
Golongan darah: O
Agama: Kristen

7. Sungmin
Nama asli: Lee Sungmin
Posisi: lead vocal
Nama Mandarin: Cheng Min
Tinggi badan: 175 cm
Berat badan: 57 kg
Nama panggilan: Sweet Pumpkin, Minimi
Tanggal lahir: 1 Januari 1986
Tempat lahir: Ilsan, Provinsi KyungGi
Golongan darah: A
Agama: Kristen

8. Eunhyuk
Nama asli: Lee Hyukjae
Posisi: lead dancer, rapper, sub-vocal
Nama Mandarin: En He
Tempat lahir: Goyangshi NeungGok
Nama panggilan: Jewel Guy, Monkey/Monyet (dari Shio China)
Tanggal lahir: 4 April 1986
Tinggi badan: 176 cm (di Yashimmanman disebutin tinggi badannya +/- 2 cm jadi 174 cm)
Berat badan: 58 kg
Golongan darah: O
Agama :  Kristen

9. Donghae
Nama asli: Lee Donghae
Posisi: lead dancer, rapper, sub-vocal
Heechul), Dorobbong (bagian dari Bbong bersaudara dengan Heechul dan U-Know Yunho), Tiger/Macan (dari Shio China)
Tanggal lahir: 15 Oktober 1986
Tempat lahir: Mokpo, Provinsi Jeolla Selatan
Nama Mandarin: Dong Hai
Nama panggilan: Fishy, Donghae Bada (East Sea/Laut Timur), Pinocchio (Panggilan dari Tinggi badan: 175 cm
Berat badan: 60 kg/132 lb (Donghae bilang di Itta Upta 4/4/09 beratnya 59kg)
Golongan darah: A
Agama: Kristen

10. Siwon
Nama asli: Choi Siwon
Posisi: sub-vocal
Tanggal lahir: 10 Februari 1987 (yang asli: 7 April 1986)
Nama Mandarin: Shi Yuan
Nama panggilan: Simba (dari Heechul), Horse/Kuda (dari Shio China, tapi dia diolok-olok sama anak-anak SuJu dengan Ma Siwon yang kurang lebih artinya sama), The Lord No.1 Fan/Fans Tuhan No.1
 Tempat lahir: Seoul Gangnam
Tinggi badan: 183 cm
Berat badan: 65 kg
Golongan darah: B
Agama: Kristen

11. Ryeowook
Nama asli: Kim Ryeowook
Posisi: lead-vocal
Nama Mandarin: Li Xu
Tempat lahir: Inchon Bupyung Sanggokdong
Tinggi badan: 173 cm
Nama panggilan: Eternal Maknae
Tanggal lahir: 21 Juni 1987
Berat badan: 58 kg
Golongan darah: O
Agama: Kristen

12. Kibum
Nama asli: Kim Kibum
Posisi: rapper
Nama Mandarin: Ji Fan
Tempat lahir: Seoul
Tinggi badan: 177 cm
Nama panggilan: Snow White/Putri Salju, Yangban Kim (semua oleh Heechul)
Tanggal lahir: 21 Agustus 1987
Berat badan: 58 kg
Golongan darah: A
Agama: Kristen

13. Kyuhyun
Nama asli: Cho Kyuhyun
Posisi: lead-vocal
Nama Mandarin: Gui Xian
Nama panggilan: Kim Kyu (oleh Heechul), Game Kyu, Jumong Kyu , Chic Kyu, Maknae, dll
Tanggal lahir: February 3, 1988
Tempat lahir: Seoul Nohwon
Tinggi badan: 180 cm
Berat badan: 68 kg
Golongan darah: A
Agama: Kristen

Loe, Gue, Nggak Bakalan End *part 23


***
Part 22
“Trus sebenarnya lo suka sama siapa? Sampai elo berani nolak gue?!” Tanya Dayat menatap Ify tajam.
“gue….. gue…”
“JAWAB!” bentak Dayat.
“GUE SUKA SAMA RIO! PUAS LO!” bentak ify keras..

BRAKKKK!!!

Part 23
Semua yang ada di dalam ruangan menoleh ke arah  pintu yang telah hancur berantakan di dobrak oleh seseorang.
“ELO?!” kaget Ify yang melihat Rio di depan pintu.

“o wow ow.. ternyata pangeran sang putri dateng kesini ya. Hmmm…” Dayat menyunggingkan senyum liciknya. Ia mendekat kea rah Rio.

“kenapa diam aja? Gak mau selamatin putri lo itu?” Tanya Dayat yang kini sudah di samping Rio. Rio mengepalkan tangannya keras. matanya memancarkan aura kemarahan.
BUGG.. Rio melayangkan tinjunya ke wajah Dayat. Tepatnya pipi kiri Dayat membuat Dayat yang tidak siap tersungkur di lantai.

“errrgghh..” Dayat meringis pelan lalu segera bangkit.
BUGG.. Dayat membalas pukulan Rio. Rio yang tidak seimbang terhuyung ke belakang.

“STOOOOPP!!” teriak Ify yang kini wajahnya sudah bercucuran keringat dan air mata.
“Dayat, jangan pukul Rio.. dia gak salah.” Pinta Ify. Dayat memutar bola matanya.
“dia? Gak salah? Memang. Tapi dia udah ikut campur urusan gue.” ujar Dayat keras.
“ikut campur? Lo bilang ikut campur? Heh lo gak punya otak ya?! Lo suka sama Ify, tapi lo malah nyiksa dia!” balas Rio.
“sama aja lo ikut campur urusan gue..” kekeuh Dayat.
“sekarang lo lepasin Ify!” suruh Rio.
“gue? lepasin Ify? Hmm gimana ya? Gue belum puas nyiksa dia..” ujar Dayat ringan. Rio mencekal kerah kemeja Dayat membuat Dayat meringis.
“lo lepasin dia sekarang atau……..” Rio menggantungkan kalimatnya sambil mempererat cekalannya di leher Dayat.
“gue… ga..k.. peduli. Sion, Goldi.. Cepet lo sik..sa.. Ify!” suruh Dayat pada Sion dan Goldi dengan nafas tersengal-sengal.
Goldi dengan cepat menarik rambut Ify dengan sadisnya..
“AAAAARRGGGHH.” Rintih Ify kesakitan.
“STOP! Jangan siksa IFY!!” teriak Rio. Perlahan ia melonggarkan cekalannya di leher Dayat.
“hh.. oh lo takut putri lo itu kenapa-napa? Iya?” remeh Dayat.
“Mau lo tuh apa sih?” Tanya Rio tajam pada Dayat.
“mau gue? gue mau IFY jadi milik gue..” ujar Dayat tersenyum menang.
“GUE GAK MAU!” tolak ify cepat.
“kalo lo gak mau, lo akan tetep disiksa disini.”
“lo….” Rio menarik kerah Dayat dengan tatapan marah.
“apa? Mau mukul gue? silahkan..” ucap Dayat ringan.

“HEI!!” seru seseorang dengan lantang dari arah pintu. Semuanya menoleh.
“Gariel? Alvin?” ucap Rio.
“Yo, mending lo lepasin dah tuh si Dayat. Ngapain lo buang-buang waktu Cuma buat ngabisin nih orang gak penting?” sinis Gabriel.
“dan lo Yat. Lo lepasin ify atau gue panggil polisi?” lanjut Alvin. Rio melepaskan tangannya dari kerah baju Dayat. Dayat dengan geram menendang kursi di sebelahnya.
“awas lo semua. Gue bakal balas.. dan lo Fy, gue akan datang lagi. Cabut!”  Dayat, Sion dan Goldi pun beranjak dari sana.
Ify  hanya diam sambil terisak ketakutan. Rio mendekati Ify dan membuka tali yang mengikat kedua tangan serta kakinya.
“Fy, jangan nangis dong.” Ucap Rio lembut sambil mengelus punggung ify. Ify langsung memeluk Rio erat. Awalnya Rio kaget, namun pelan-pelan ia merengkuh tubuh Ify.
“makasih udah kesini, Yo. Makasih banget.” Kata Ify yang masih terisak. Rio tersenyum sambil mengangguk.
“iya sama-sama. Yaudah kita pulang ya? Lo gak apa-apa kan? Atau ada yang sakit?” ucap Rio khawatir karena melihat isakan Ify yang semakin kuat. Gabriel dan Alvin saling melempar pandangan lalu tersenyum simpul. “memang, sikap jaim lo pasti akan hilang kalau orang yang lo sayang dalam bahaya Yo. “ batin Gabriel.
Ify menggeleng “ngga. Ngga kok. Gue baik-baik aja..”
“kita pulang?” tawar Rio sambil melepaskan pelukannya.
“Cakka?”
“Ntar kan lo bisa jenguk Cakka. Sekarang gue anter lo pulang ya? Lihat, penampilan lo beratakan gini..” canda Rio. Ify mengerucutkan bibirnya.
“lagi kaya gini masih aja bisa ledek gue..” kesal Ify.
“hehe maaf. Yuk pulang. Lo bisa jalan, kan?”
Ify mencoba berdiri dari kursi itu.
“Arghh..” erang ify kesakitan dan langsung terduduk kembali di kursi itu.
“kenapa Fy? Lo gak bisa jalan? Kaki lo kenapa?” cemas Rio.
“kaki gue sakit. Mungkin karna kena tali itu..” ucap Ify sambil menahan sakit dengan menggigit bibir bawahnya. Lalu tanpa diduga Rio jongkok di hadapan Ify. Membuat Ify bingung sendiri.
“lo ngapain?” Tanya Ify heran.
“daripada gue ngebiarin lo ngesot, mending gue gendong lo. Cepet naik!” ucap Rio.
“lo mau gendong gue? serius?!” kaget Ify.
“Iyalah. Cepat deh.. atau mau gue tinggal.” Ancam Rio.
“huh iya iya..” Ify pun dengan hati-hati menaiki punggung Rio.
“Vin, Yel, lo berdua kalau mau pergi duluan aja gak apa-apa kok..” ucap Rio.
“yaudah.. kita duluan ya Yo? Awas tuh putri lo lecet..” ucap Gabriel langsung pergi darisana. Diikuti oleh Alvin.
“dasar kampret..” rutuk Rio.
“Fy, lo masih sadar kan?” Tanya Rio pada ify yang berada di punggungnya.
Ify menoyor kepala Rio. “sialan lo. Masih lah..”
“hehe.. kirain collaps.. eh lo berat juga ya Fy? Padahal keliatannya lo kurus banget.” Ledek Rio.
“gak mulai lagi lo ah..” kesal Ify.
“tapi ini seriusan Fy. Berat banget deh lo.” Ucap Rio yang masih berjalan menuju motornya.
“dihh badan gue normal lagi..”
“normal kakek lo hacker?._. nihh berat banget. Lo makan berapa kali sehari coba?”
“gue makan Cuma 3 kali kok..” jawab Ify jujur.
“tapi sekali makan dua piring poll, kan?” ucap Rio cepat.
“siapa bilang? Gak tuh. Lo sotoy deh.”
“yeeee gue kan bisa tau dari muka lo.” Alibi Rio.
“emang ada apa di muka gue? muka gue cantikbadai gini..”
“cantik badaai? Tornado aja sekalian..” balas Rio.
“halah lo iri paling sama gue..” tuduh Ify.
“heh? Gue? iri? Astagaaaa-_- dunia bakal cepet kiamat kalau iri sama lo, Fy.”
“dihhh malah dunia bakal aman damai sejahtera tau..” bela Ify.
“udah ah diem. Atau lo mau gue tinggal?” ucap Rio sambil menurunkan Ify.
“lo duluan kan yang mulai.” Tuding Ify.
“lo kali..” ucap Rio sembari menaiki Motornya dan segera memakai helm. Ify pun duduk di boncengan motor Rio.
“heh enak aja. Gue kan Cuma kesulut emosi doang..” bela Ify-lagi-. Rio pun melajukan motornya.

“lo anaknya emosian ya? Ntar cepet tua deh lo.” Cibir Rio.
“gue emosian Cuma sama lo doang. Muka lo kan bikin orang emosi.” Ucap Ify santai.
“heh apa lo bilang? Gue turunin di tengah jalan nyaho lo.” Ancam Rio sambil mendelikkan matanya dari balik helm full facenya.
“lo berani turunin gue? haha gak yakin..” remeh Ify.
“ya berani lah.. kenapa nggak. Paling lo disini di ganggu sama preman-preman.. terus… hiiiiiii.. ada hantu juga.” Ucap Rio menakut-nakuti. Ify yang mendengarnya langsung merinding.
“heh seriusan lo? Merinding nih gue.. mana udah gelap lagi.” Ucap Ify ketakutan.
“ya iyalah serius.. makanya lo jangan sok-sok-an berani..” cibir Rio.
“diem deh.” Sungut Ify.
“hahahahaha..” Rio malah mentertawakan Ify dan membuat Ify semakin kesal.

***

“Halo…” ucap Gabriel dan Alvin serempak yang baru masuk ke ruangan Cakka.
“udah balik lo berdua? Ify gimana? Dia gak apa-apa kan?” Sivia langsung memberondongi pertanyaan pada Alvin maupun Gabriel.
“lo sabar dikit kek. Kayak apaan aja lo main serobot gitu nanya-nyaaa..” ucap Alvin.
“heh sipit. Gue nanya seriuss ini. Gimana kalau sahabat gue kenapa-napa? Mau tanggung jawab lo?!!!” ucap Sivia kesal.
“sahabat lo itu gak apaa-apa lagi. Nyantai ajaaa dia udah aman sama Rio.” Ucap Alvin.
“sama Rio?” kompak Shilla dan Sivia.
“iya.” Jawab Gabriel dan Alvin.
“kok bisa?” kini giliran Agni yang bertanya.
“iya. Kok bisa sih?” heran Shilla. Gabriel memutar bola matanya.
“harus di jawab sekarang?” Tanya Gabriel balik.
“aduuhh iya cepetan jawab..” desak Sivia.
“tadi Rio dateng nyelametin Ify, terus sekarang dia nganter Ify pulang.” Jelas Alvin singkat, padat, dan berkualitas._.
“ohh.. dia gak ada luka apa-apa kan?” Tanya Cakka.
“gak ada…” jawab Gabriel.
“emm Kalian sudah makan? Mau tante beliin makanan?” Tanya Mama Cakka ramah.
“eh gak usah tante. Ini udah malem. Lagian juga kita bentar lagi balik.” Jawab Sivia sopan.
“oh yaudah gak apa-apa.” Sambung Papa Cakka. Aren beserta Mama Papanya sudah pulang sedari tadi.

“Kka, Om, Tante, kami pulang dulu ya?!”pamit Shilla.
“iya. Hati-hati ya?” pesan Mama Cakka. Shilla mengangguk dan tersenyum

“Ag, lo mau bareng atau sendiri?” Tanya Sivia pada Agni.

“ntar supir gue jemput kok, Vi.” Jawab Agni.
“oh, kita duluan ya. Malam.. “ Sivia, Shilla, Gabriel dan Alvin pun keluar dari ruangan Cakka.

“Kka, gue pulang ya? Baek-baek lo.” Ucap Agni seraya bangkit dari tempat duduknya.
“iya. Thanks ya udah ngerepotin lo buat dateng kesini.” Ucap Cakka sembari menyunggingkan senyum.
“iya sama-sama.”
“eh maaf yang ag, gue gak bisa nganterin lo.” Sesal Cakka. Agni menggeleng sambil tersenyum.
“gak apa-apa. Gak mungkin kan gue tega ngebiarin lo dengan keadaan kaya gini nganterin gue? supir gue masih nganggur  tuh dirumah.” Canda Agni. Cakka tersenyum.
“yah yah yah. Gue ngerti. Hati-hati ya?”
“yap.  Tante,Om, saya pulang dulu ya?!” pamit Agni sambil menyalami mama dan papa Cakka.
“Hati-hati agni. Makasih udah jenguk Cakka. Mungkin Besok Cakka belum bisa sekolah. Kamu mau kan dateng kesini lagi?” ucap Mama Cakka.
“emm.. Aren?”
“gue maunya elo, Ag.” Ceplos Cakka.
“errr gimana ya?” gumam Agni.
“yaa kalo lo gak mau gak apa-apa kok, Ag.” Ucap Cakka dengan raut wajah kecewa. Karena tak tega melihat Cakka,Agni pun menyanggupi permintaan cakka.
“oke oke. Besok gue pasti dateng. Sekarang gue pulang dulu ya?! Mari Om, Tante..”
Lantas agni keluar dari ruangan cakka dan pulang kerumah.

***

@IFY’s Home

“Fy, kita udah nyampe. Turun gih..  betah amat lo nyandar di punggung  gue.” ucap Rio sambil tersenyum geli. Ify bergeming.
“Fy…” panggil Rio. Pelan-pelan, ia berbalik dan mendapati Ify yang sedang tertidur.
“aelah nih anak..ck.”  decak Rio. Dengan hati-hati, Rio pun membopoh Ify ke rumah ify.
TING NONG
 Rio menekan bel pintu dengan susah payah. Tak lama, Mama Ify membukakan pintu.
“lho Rio? Ify kenapa?” cemas mama Ify.
“engg.. Ify kecapekan tante jadi ketiduran. Hehe.” Rio tidak bermaksud berbohong, tapi apa boleh buat lebih baik ia tidak menceritakan yang sebenarnya pada Mama Ify.
“oh ya sudah. Tolong bawa ify ke kamarnya ya?” Rio mengangguk lalu ia membopoh Ify ke kamarnya di lantai 2.
Pelan tapi pasti Rio menurunkan Ify di kasurnya..
“nih anak kenapa mukanya pucet banget sih?” lalu Rio menempelkan tangannya di dahi Ify.
“panas banget. Pantesan pucet gini..” ucap Rio. Tak lama, Ify membuka matanya..
“aww..” Ify mengerang pelan sambil memegang kepalanya.
“badan lo panas, Fy. Lo udah makan belum?” Tanya Rio langsung.
“loh lo masih disini?” Tanya Ify balik. Rio berdecak pelan. Sudah tau dia masih di hadapannya, masih saja di Tanya. Ada-ada saja gadis di depannya ini.
“iya. Lo udah makan belum?” Rio mengulangi pertanyaannya.
“eummm udah.” Jawab ify ragu.
“jangan bohong!” lugas Rio.
“iyaiya gue ngaku gue belum makan.” Serah Ify.
“dari kapan?”
“kapan ya? Dari tadi pagi.” Jawab Ify ringan. Rio membulatkan matanya kaget.
“dari tadi pagi? Jadi tadi lo di sekolah gak ada makan?” Tanya Rio keras.
“Cuma beli minuman doang.”
“IFY! Lo bisa sakit tau.” Omel Rio.
“yang sakit gue, kenapa lo repot?!” jawab Ify seenaknya. Ia berdiri dan berjalan dengan susah payah karna kakinya yang masih sakit menuju balkon. Rio menghela nafasnya dan menggeleng-gelengkan kepalanya melihat sifat keras kepala gadis itu.
“Ify, lo masih sakit kenapa malah berdiri?” Tanya Rio mencoba bersabar. Ia mendekati ify yang berdiri di pembatas balkon kamar ify.
“gue gak betah kalau diem aja.” Jawab ify datar.
“dasar  anak kecil.”
“apa lo bilang?” Tanya Ify sambil mengalihkan pandangannya.
“lo kaya anak kecil.”
“bodo amat. Ini kan gue, bukan elo ataupun yang lain.” Kekeuh Ify.
“iya iya. Kalah deh bacot gue sama lo.” Serah Rio.
“berarti bacot gue gede gitu?” kata Ify tak terima.
“bukan gue loh yang bilang.” Ucap Rio sambil memasang wajah tanpa dosa.  Ify mendengus sebal.
“lo gak mau makan, Fy?” Tanya Rio.
“gak, nanti aja.”
“Fy, ntar lo sakit..”
“yang sakit itu gueeee kenapa elo sibuk?” sewot Ify.
“yahh gue kan khawatir..” ceplos Rio tak sadar.
“emm maksud gue yaa gue cemas sama lo. Ntar misalnya elo pingsan kan gue yang repot.” Ralat Rio cepat.
“oh…”
“gue ambilin makanan, ya?” tawar Rio.
“terserah elo aja deh. Gue ngikut aja..”
“oke tunggu bentar ya?!” Ify menganggukkan kepalanya. Rio pun beranjak menuju lantai bawah untuk mengambil makanan untuk Ify..
“ckck.. ternyata lo itu baik banget, Yo. Walaupun ada jaimnya juga..” gumam ify sambil tertawa kecil.
Tak lama, Rio pun kembali dengan sebuah piring berisikan nasi dan segelas air.
“nih makan..” Ify pun menerima piring yang disodorkan oleh Rio..
“Thanks..” Ify duduk di bangku yang memang sudah tersedia di balkon kamarnya.
“Walah gue baru tau kalau di bawah balkon kamar lo ini langsung ke kolam renang.” Ucap Rio surprise.
“lo kayak apaan deh, Yo. Berasa baru ngeliat barang langka.” Ucap ify asal. Mulutnya penuh dengan nasi.-.
“diihh bukan gitu. Gue Cuma dikit surprise aja sih.. lo makan yang bener deh jangan munrat-muncrat gitu. Jorok lo ah..” ucap Rio dengan tampang dibuat bergidik.
“halah palingan lo juga lebih parah dari gue.” ucap Ify tak mau kalah.
“tapi yaaa lebih parah elo.” Ucap Rio.
“serah lo deh.” Jutek Ify.
“eh iya Fy. Engg… omongan lo yang pas  di sekap sama Dayat bener gak?” Ify yang hendak menyuapi sesendok nasi ke mulutnya menghentikan kegiatannya lalu menatap Rio.
“omongan gue? yang mana?” Tanya Ify bingung.
“yang itu… yang sebelum gue dobrak pintu sampe ancur..” ucap rio lagi. Ify mencoba mengingat-ingat.
Gue suka sama Rio..
astagaaaa.. jangan sampe Rio bahas hal ituuu.. bisa malu gueee.. “ batin ify.
“inget gak, Fy?” Tanya Rio sambil tersenyum jahil.
“nggak.. nggak inget..” ucap Ify dengan wajah yang memerah.
“beneran gak inget?!” goda Rio. “aduuhh tadi kenapa bisa keceplosan sih?? Dia jadi godain gue nihh.. aduuuhhh..”
“iyaa gue gak inget..”
“seriusan? Padahal gue pengen elo inget itu..” ujar Rio dengan raut wajah -yang dibuat- kecewa.

“diihh apa banget deh lo..” ucap ify sambil menoyor kepala Rio. Rio menyeringai.
“aaahh ada bintang jatuhh!!!” seru ify heboh. Tangannya menunjuk kea rah langit. Rio mengikuti arah yang ditunjuk Ify.
“buat harapan!!” Ify segera memejamkan matanya, dan membuat sebuah harapan..
Rio hanya memperhatikan setiap gerak-gerik Ify dengan senyum yang terus mengembang di bibirnya. Gadis ini.. selalu saja bisa membuat orang-orang sekitarnya bisa nyaman bila berada di dekatnya. Ia bukan gadis biasa. Ia gadis yang istimewa.. Sungguh dia sangat istimewa. dari seluruh yang dimiliki olehnya.
“Yo, lo kenapa ngelamun deh?” Tanya ify heran. Rio tersadar dari alam angan-angannya.
“ngga kok. Lo tadi buat harapan apaan?” Tanya Rio.
“emm apa yaaa? Lo mau tau aja apa mau tau banget?” jahil Ify.
“apaan ya? Mau tau ajaa deh.” Ucap Rio.
“gak ah. Lo gak boleh tau :p ” Ify menjulurkan lidahnya pada Rio.
“diihh gitu banget. Kasih tau kek..” pinta Rio.
“gak gak gak. Mending lo pulang aja sono. Udah malem..” kata Ify.
“yah ngusir nih ceritanya?” ucap Rio melas.
“apa yaaaa? Bukan ngusir sih.. Cuma mau elo pergi dari sini..” ucap Ify tanpa dosa. Rio mendelik kesal.
“ya udah deh gue pulang yaaa..”
“iyaa.. sekali lagi thanks yaa.” ucap Ify sambil tersenyum manis. Rio terpaku sejenak, lalu ikut tersenyum. Tanpa ia sadari, tangannya bergerak mengacak-acak poni Ify.
“yap. Sama-sama. Jangan kebanyakan terima kasih sama gue..” kata Rio.
Ify mengangguk pelan. “hati-hati ya? Udah malem..”
“iya.. selamat malam Alyssa… “ dengan secepat kilat Rio mengecup lembut dahi Ify. Dan berhasil membuat pipi gadis itu merah merona. Rio yang mengetahuinya hanya tersenyum kecil dan segera beranjak dari sana.
“Selamat malam juga Mario …” gumam Ify tersenyum manis..

***


Bersambung….