LANJUT..
Follow my twitter @dinaarifaa
my twetme @Dinaaa
Thanks :D
***
“boleh gue pinjam bahu loe?” kata Sivia takut-takut.
“why not?” ujar Alvin senyum. Sivia langsung menaro kepalanya di pundak Alvin. Disitu, Sivia menangis. Alvin pun mulai memindahkan kepala Sivia ke dadanya. Alvin mengusap kepala Sivia lembut.
“loe kenapa?” Tanya Alvin pelan.
“hikss…hiks…..” Sivia menangis makin kuat..
“loe boleh nangis sepuas loe.” Sivia langsung menangis sepuasnya.. sampai ia sudah bisa mengendalikan tangisnya. Sivia melepas pelukan Alvin
“t..thanks…”ucap Sivia masih sesegukan.
“mau cerita?” Tanya Alvin. Ragu, sivia mengangguk, lalu menceritakan semuanya pada Alvin.
“loe masih beruntung Vi.” Respon Alvin setelah sivia menyelesaikan ceritanya (?) *emang Via mendongeng apa-_________________-* #ABAIKAN PENS :p
“maksud loe?” Tanya Sivia agak sewot.
“loe masih punya orang tua yang lengkap., ga kaya gue.” Lanjut Alvin miris u.u/ Dahi Sivia berkerut.
“jadi…. Orang tua loe” Sivia mencoba menebak tapi ga yakin.
“iyaa, gue udah ga punya orang tua.. sekarang disini gue Cuma punya oma gue.” Kata Alvin. Meskipun bergetar dan sedikit berat mengatakan semuanya.
“ya ampun Vin.. sorry sorry gua ga tau..” Sivia dengan cepat menyambar perkataan Alvin tadi dengan perasaan menyesal, bersalah.
Alvin tersenyum tipis melihat sivia yang kalang kabut seakan ada tsunami.
“ga apa-apa Vi.. jangan panic gitu kali.” Kata Alvin menangkan sambil tersenyum menahan tawa.
“yeeee, bukan panic vin, kan gue takut.” Kata Sivia merengut sambil meralat perkataan Alvin tadi.
“takut? Kesannya gue serem kaya setan gitu.” Alvin manyun ._.
“ehehhehe, kurang lebih gitu sih Vin.” Cengir Sivia polos
“sialan-,-“ rutuk Alvin.
“buakkakakakakak..” Sivia tertawa –bahkan- ngakak saat itu juga._. Alvin tersenyum tipis melihatnya. Merasakan lega saat gadis di depannya ini melupakan masalahnya sejenak. Sedetik kemudian ia menggelengkan kepalanya. “engga Vin, loe itu sukanya sama Shilla, bukan Sivia” batinnya membantah keadaan saat ini (?)
“Vin, kenape lu?” Tanya Sivia heran melihat Alvin geleng geleng ga karuan -_-v
“emm engga…, emang gue kenapa?” Alvin malah balik bertanya.
“gue jadi merinding Vin.” Ucap Sivia tiba-tiba
“hah? Emang kenapa?” Alvin heran
“gue takut, jangan-jangan disini ada setan yang ngerasuki cina sipit kaya loe.” Lanjut Sivia santai tanpa berdosa. Ia kini sejenak melupakan masalahnya._.
Alvin? Cengo.
1 detik..
2 detik..
3 detik..
“SIVIAAAAAAAA..” geram Alvin.
“ehehehe, peace Vin..” sivia cengar-cengir sambil mengangkat jari tengah dan jari telunjuknya bersamaan membentuk huruf V dan bersiap siap lari ._.
“ga, gue ga terimaaa..” kata Alvin geram._. berusaha menangkap Sivia. Tapi sayang, sivia sudah ngacir duluan.
“Viaaaaaaaaaaaaaaa.. jangan lari loe..” teriak Alvin sambil mengejar Sivia.
Mereka pun kejar-kejaran disitu. *ala India dah ini.. yang sakhru khan(?) itu lohh.. yang kejar-kejaran terus nari-nari, tapi ini ga nari-nari._.* #ABAIKAN
“hh…h…hh udah deh Vin.. capek..” kata Sivia sedikit membungkukkan badannya dan mengatur nafasnya yang ngos-ngosan itu ._.
“h..hh.. iyaa gue juga. Lagian elo sihh yang lari duluan.” Balas Alvin menstabilkan nafasnya.
“siapa suruh loe kejer?” balas Sivia nyolot.
“yeeee, loe itu udah menjatuhkan harga diri, martabat gue tauu..” balas Alvin ga terima.
“huu. Iya aja deh gue mah.” Pasrah Sivia
“hmmm..” dehem Alvin
“ehh vi udah sore nih. Loe ga pulang?” mendadak Sivia murung mendengar pertanyaan Alvin. Pikirannya kembali melayang pada keadaan mama papanya di rumah u.u
Alvin yang menyadari perubahan raut wajah Sivia, langsung menyambung kata-katanya.
“ehmm,, gue anter Vi..” kata Alvin. Sivia menatap Alvin ragu lalu menyetujui. Alvin pun mengantar Sivia ke rumahnya yang tak terlalu jauh dari taman itu.
@Sivia’s Home
“thanks Vin., udah nganterin, dan thanks juga udah nemenin gue.” Kata Sivia tersenyum pada Alvin setelah turun dari Cagiva nya Alvin.
“yap. Sama-sama Vi.. gue juga ikhlas kok.” Balas Alvin tersenyum tulus, sangat tulus bahkan..
Sivia terpaku melihat senyum Alvin. Senyum yang jarang sekali ia lihat pada Prince Ice satu ini.
“satu lagi…….” Alvin menggantungkan kalimatnya. Alis sivia menyatu, tanda tak mengertinya ia.
“jangan pernah nangis lagi di depan gue.. gue ga suka liat loe nangis..emm lebih tepatnya liat cewe nangis..” Alvin sedikit meralat kalimatnya
“dan……gue mohon tolong tepatin itu semua..” lanjut Alvin, dengan nada pelan tapi lembut(?).
“em i..iya.. gue janji.” Balas Sivia ragu. Masih tidak percaya dengan apa yang diucapkan Alvin kurang dari semenit yang lalu.
“okee.. gue pulang dulu. Bye..” Alvin langsung memacu cagiva nya pulang ke rumah nya.
Sivia masih mamatung disitu.. masih bertanya-tanya dalam hati..” Alvin kenapa peduli banget sama gue?” itulah pertanyaan yang masih ia cari jawabannya (?). ia pun memutuskan masuk ke rumahnya.
Di dalam rumahnya, Sivia melihat papanya sedang menonton tv, tidak ada mamanya disana.” Mungkin mama di kamar” batin Sivia lalu ke kamarnya.
++++
Sementara Alvin, di jalan, ia masih memikirkan mengapa ia sangat memperdulikan Sivia? Errrrrrrrrr.. dia meringis sedikit.
“ada apasih sama gua? Gue tuh suka sama Shilla, bukan Sivia.. tapi kenapa gue terus mikirin dia?” itulah yang ditanya-tanyakan Alvin.
“tau ahh..” lanjutnya lagi memacu cagivanya lebih cepat..
***
Matahari sudah mulai menyembul di tengah-tengah kita. Menyapa makhluk bumi ini :D
Shilla pun bangun, dilirik nya alarm di sebelahnya.
“masih jam 6 kurang 15..” gumamnya.
“mandi ahh.” Lanjutnya lagi lalu melangkahkan kakinya ke kamar mandi.
Selesai mandi., Shilla langsung bersiap-siap untuk ke sekolah. Dia hari ini rasanya ingin datang ke sekolah lebih cepat.. entah karena apa, tak taulah._.
Shilla memperhatikan dirinya di depan cermin..
“oke, selesai..” katanya puas lalu mengambil tas ransel berwarna coklat cerah di meja belajarnya, lalu turun ke bawah untuk sarapan.
-Meja Makan-
“Pagi mah.. pah..” sapa Shilla ceria pada mamanya yang sedang menyiapkan sarapan, dan papanya yang sedang menyesap teh hangat.
“pagi sayang… tumben cepet bangun.” Balas mama Shilla
“iyaa, kok tumben banget Shill?” Tanya papa Shilla nimbrung-_-
“ga papa pah, mah, pengen aja..” jawab Shilla seadanya yang sedang melahap roti bantal yang di olesi selai strawberry diatasnya,. *busett dah detail amat-_____-* #ABAIKAN
“Shill, mah, papa berangkat dulu yah..” pamit papa shilla seraya bangkit dari duduknya.
“loh? Kok cepet banget pah?” Tanya Shilla heran sambil mendongak ke papanya.
“iyaa, papa mau ada meeting mendadak.. perusahaan kita akan bekerja sama dengan Damanik Corp.. perusahaan yang terkenal itu loh.” Jelas papa Shilla yang terlihat sangat bersemangat sekali.
‘Damanik? Ga asing…’ batin Shilla mencoba menebakk.
“udah ahh papa berangkat dulu, takutnya macet kalo kesiangan..” kata papah Shilla sambil sedikit merapihkan dasinya.
“hati-hati pah..” mama Shilla mengingatkan suaminya itu sambil mencium punggung tangan papa Shilla.
“iyaa, Shill hati-hati ya kalo bawa mobil.” Kata papah Shilla pada Shilla.
Shilla mengangkat jempolnya dan berujar “ Sippo, pah..”
Papa Shilla pun berangkat. Shilla melirik monol coklat di tangan kanannya. Waktu sudah menunjukkan pukul 6.20. shilla pun berpamitan dengan mamahnya untuk berangkat ke sekolah temtunya.
“mah, Shilla berangkat juga deh yak.” Kata Shilla sambil bangkit dari duduknya.
“loh? Cepet banget?” heran mamah Shilla
“ga apa-apa mah.. lagi pengen dateng ke sekolah cepet.” Balas Shilla menyalami punggung tangan mamanya.
“ohh gitu. Hati-hati ya kamu bawa mobil nyaa..” pesan mama Shilla
“oke, sippo mama kuu.” Balas Shilla seraya beranjak menuju garasi mobil nya. Shilla pun menaiki Avanza Silver miliknya, dan melambaikan tangannya pada mamanya. Mamanya pun membalasnya sambil menyunggingkan senyum pada anak satu - satunya itu.
***
“si Cakka sekolah gak yah?” gumam Agni tanpa sadar. Ia sedang memerhatikan dirinya di cermin berukuran cukup besar di kamarnya.
“eh apasih guee.” Lanjutnya lagi.
“hmm tapii..kok perasaan gue aneh yah? Cakka itu kemaren lemes banget, pucet gitu mukanya..” lanjut Agni.
“ah bodolah. Ngapain gue urusin..tohh ga penting juga.” Sambung Agni lagi lalu keluar kamarnya.., tak lupa mengambil tas ungu nya itu.
Seusai berpamitan dengan mamah papah Agni, agni pun bergegas berangkat sekolah dengan menyetir mobil sendiri.
Di jalan, agni menyalakan musikk…
“ehh bentar-bentar, itu kan mobil nya Cakka? Kenapa berhenti di situ?” gumam agni bingung sambil mengurangi kecepatan mobilnya. Agni memperhatikan mobil yang ia yakini mobilnya Cakka sedang berhenti di seberang jalan,
Saat agni meyipitkan matanya, agni melihat Cakka sedang bersama cewek di situ.. terlihat Cakka menunduk mendengarkan cewek itu yang asik berceloteh ria..
JLEB.. Sepertinya pemandangan itu cukup berarti buat agni. Pemandangan yang cukup emmm menyesakkan mungkin.
Tunggu-tunggu, perasaan apa ini? Apa mungkin Agni…………..
Enggak enggak, gue ga mungkin cemburu pikir Agni menggeleng tegas, lalu ia kembali menjalankan mobilnya ke sekolah dengan kecepatan sedang.
****
“jiahhh,, masih sepi..” gumam Shilla yang baru turun dari mobilnya. Mata nya menyusuri sekeliling sekolah/. Ia melirik monolnya itu.
“paling juga bentar lagi rame..” lanjut Shilla sambil melangkahkan kakinya ke kelas.
Saat melewati lorong sekolah.. langkahnya sedikit memelan (?)..
“Gabriel? Cepet juga tuh anak dateng..” gumam Shilla sedikit surprise (?)
“yel…” panggil Shilla yang kini sudah di samping Gabriel.
“ehh loe Shill..” balas Gabriel sedikit kaget.
“kok loe cepet banget datengnya?” Tanya Gabriel-Shilla bareng. Mereka berpandangan, lalu tertawa lepas.
“hahaa..kok bisa samaan sih?” Tanya Shilla masih menahan tawanya. Gabriel hanya mengangkat bahu sambil tersenyum kecil memerhatikan Shilla.
“ehh iya yel, kok loe bisa ada disana sih kemaren?” Tanya Shilla bingung.
Gabriel memutar bola matanya lalu menjawab “ ga tau, feeling mungkin”. Shilla menautkan kedua alisnya dan dengan raut wajah seolah bertanya “maksudnya?”
Sekali lagi, Gabriel memutar bola matanya dan menatap Shilla kemudian angkat bicara “ gue kebetulan di sana..“
“ohh, but.. thanks yah.” Kata Shilla tulus.
“sip, sama-sama Shilla.. gue duluan..” balas Gabriel langsung masuk ke kelasnya. Shilla hanya mengangkat bahu dan mempercepat langkahnya ke kelas.
***
“cakk, kamu tau gak? Aku tuhh kangeenn banget sama kamu.. terus tuh yah, selama aku di Aussie, aku pasti selalu memikirkan kamu.” Oceh gadis itu, yang sedang bersama Cakka. Cakka tidak membalas perkataan gadis itu, ia hanya menunduk.. kepalanya serasa sedikit pusing.
“cakk, kok diem aja sih? Kapan kita jalannya?” Tanya gadis itu heran. Nampaknya emosi Cakka sudah mengumpul (?)., ia menatap tajam gadis itu.
“loe bisa sabar dikit gak sih Ren? Gue ini pusing..” kata Cakka pelan tapi terdengar tajam. Aren –gadis tersebut- menunduk. Tidak pernah Cakka membentaknya seperti ini. Apa karena semenjak………ahh sudahlah tidak usah diungkit lagi.
“iyaa, maaf.. aku tau.” Balas Aren pelan.
“kalo tau kenapa sih loe masih ngajak ngomong? Ck .” balas Cakka masih dengan nada yang sama.
“emm sorry Cakka, aku…aku masih sayang sama kamu.” Balas aren pelan –lagi-
“Bulshit._. loe bilang loe masih sayang sama gue? Setelah perbuatan loe ke gue dulu? Ck.” Cakka membalas omongan Aren dengan pedas (?). tak peduli dengan lawan bicaranya saat ini.. mau cowok kek, cewek kek.. bodo amat pikir Cakka.
Dulu, Aren dan Cakka pernah berpacaran waktu SMP.. tapi, baru dua minggu jadian, malah Aren pergi tanpa sebab.. disitu, Cakka yang udah sayang sama Aren jadi benci sama Aren..
Dan kemaren, mama Cakka bilang akan ada tamu , dan tamunya adalah….yap Aren datang bersama papa mamahnya ke rumah Cakka. Disitu, keluarga Cakka dan keluarga Aren sangat akrab..
Aren dan keluarganya sekarang sudah menetap disini kembali., dan Aren pun masuk sekolah yang sama dengan Cakka, hanya kelas saja yang berbeda.
Dan sekarang, Aren bilang dia maasih sayang sama Cakka. Tapi, jangan harap…hati gue udah buat Agni batin Cakka mantap
“ma…maaf.. dulu papa dan mama aku nyuruh kita semua buat tinggal di Aussie.. aku udah ga bisa nolak Cakk.” Kata Aren mencoba menjelaskan. Cakka mencelos.
“kita berangkat sekarang.” Kata Cakka dingin tanpa mengindahkan omongan Aren. Aren melengos.
Cakka pun menyalakan mesin mobilnya, dan memutar balikkan arah mobilnya menuju sekolah., melawan kepalanya yang serasa sedikit nyut-nyutan._.
***
Seperti biasa, Rio menjemput Ify dulu –naik motor-, lalu pergi sekolah bareng. Kali ini, sikap Rio kembali aneh..
“yo…” panggil Ify pada Rio ketika masih di jalan.
“hmm..” sahut Rio
“loe kenapa sih?” Tanya Ify
“kenapa apanya?” Rio malah balik nanya.
“yaa sikap loe tuh aneh tauu.. kemaren langsung pergi, sekarang cuek banget.” Oceh Ify.
“gapapa.” Jawab Rio singkat, padat, jelas.
“huu yaudah deh.” Balas Ify sedikit ngambek._.v
“ngerjain Ify ahh..” batin Rio jail sambil tersenyum miring.
Sampai di sekolah, Ify turun tanpa mengucapkan sepatah kata pun pada Rio.
Rio hanya berdecak, dan geleng-geleng kepala. Ia pun mengambil tindakan (?) yang sama dengan Ify, yaitu….ya ke kelas dongseeee :p
Bersambung.............
No comments:
Post a Comment