Saturday, 28 January 2012

Loe, Gue, nggak Bakalan End *Part 10


*****

“abis makan ngapain lagi yahh?” gumam Ify. Keke dan Ify masih di rumah sakit. Mereka baru selesai makan., Ify membeli makanan tadi di kantin rumah sakit.

“emm… kak…” panggil keke pelan/

“iya? Ada apa ke?” tanggap Ify. Keke menghela nafas lalu berbicara –lebih- tepatnya mengeluarkan unek – unek nya

“jujur, Keke ngerasa bersalah banget sama Deva, dan kakak sekeluarga. Karena keke, Deva jadi gini. Dan…… “ Ucapan keke menggantung.

“apa?”


“keke  suka saat – saat keke dan Deva itu nyolot-nyolotan kaya biasanya. Suka ledek – ledekan, semuanya..” ungkap keke jujur sambil menatap Deva yang tengah terjaga –tidur lelap-./ mungkin pengaruh dari obat yang ia makan.

“intinya…?” Tanya ify yang –terdengar- menggoda dan mengerti arah tujuan bicara Keke.

“engg….” Keke ragu mengatakan semuanya.

“aduh, pusing…” keluh Deva yang baru bangun dari tidur nya./

“Deva, udah bangun?” Tanya Ify menghampiri adiknya itu.

“udahh, tapi rada pusing kak..” balas Deva memegang kepalanya.

“ya mungkin emang gitu  efeknya..” jawab ify.

“ooo..”

“Devaa, mau roti gak?” tawar keke memberanikan diri walau masih ada segurat ketakutan pada dirinya.

“siapa loe? Sok banget pake nawarin roti lagi…” jawab Deva acuh tak acuh

“ayoo dong.. ini tadi ka Ify yang beli…” tawar Keke lagi tanpa menghiraukan acuhan Deva pada dirinya._.

PRAKKK

Deva menyampar roti itu kasar, dan membuang pandangannya.

“Deva………” lirih keke tak percaya menutup mulutnya dan segera berlari keluar.
Ify hanya menatap Deva tak habis fikir., tapi ia mengerti adiknya sedang labil ._.

BRUKKK

Tepat didepan pintu keke menabrak seseorang.
Tapi ia tidak memperdulikan orang itu, ia malah berlari tanpa arah mengikuti kaki nya yang mengajaknya pergi dari tempat itu.

“Kak Rio??” panggil Deva../

Ify menoleh ke ambang pintu. Tampaklah sosok pemuda hitam manis yang tidak asing bagi nya./

“ngapain loe kesini?” jutek ify kembali  mengalihkan pandangannya ke arah lain

“yang jelas ga ketemu elo. Gue mau jenguk Deva kok. Wleekk :p” Rio menjulurkan lidahnya pada Ify. Tapi ify hanya mendengus sebal saja.

“nihh Dev, buat elo…/” kata Rio memberikan bingkisan yang berisi buah-buahan dan roti.

“ho’oh, makasih calon kakak ipar..” balas Deva sambil cengar-cengir kea rah Ify yang udah kaya cacing kepanasan ._.v

“sialan..” Ify menoyor kepala Deva.  Tepat pada luka di kepalanya yang diperban.
Sontak Deva pun menjerit kesakitan..

“adaaaaaaaawwwww  kak Ify kampreett.. sakiiittt begooooooo….” Jerit Deva merutuki Ify -____-

“muehehheh, sorry Dedep sayoooong, gue lupa /” kata Ify cengar-cengir.

“huh, iya deh. Tapi ntar beliin gue kaset PS baru yak?” kata Deva kembali semangat ._.

“bangkrut gue..”

“ahh ayoolah ka Ipy ku yang baiikkk, yang cantiikk..” rayu Deva memelas ._.

“gue Ify Depaaaaa…” kesal Ify.

“iya dehh ka Ifyyy.. ntar beliin yah?”


“kaga..”

“ah ayo doong..”

“kagak Depaaaaa..”

“tega banget sih loe sama adek loe yang ganteng(-.-) ini…” keluh Deva –lebih- tepatnya bernarsis ria (?)

“oke dehh, berhubung gue kece, imut, cantik, kalem…….” Perkataan Ify terpotong karena Rio nyamber(?) terus

“rese, nyebelin, bawel….” Sambung Rio. Ify manyun.

“siapa loe? Nyambung aja…” cuek Ify

“gue? Gue Mario Stevano, kapten basket SMA Nusa Bangsa , ketua OSIS juga, Most Wanted Boy yang cakep, keren………..”

“bawel, item, pesek, cungkring, jelekk….” Gantian, kali ini Ify yang menyambung omongan Rio. Rio langsung menoyor kepala Ify

“sialan, menghina banget..” sungut Rio

“kenyataan..” sahut Ify santai.

“ngajak sparing mulut nih cerita  nya..” Tanya Rio tepat nya menantang Ify ._.

“siapa takuutt pesekk..”

“yeee berasa mancung loe… cungkriiing..”

“loe lebih cungkriing. Gue ideal gini..” balas Ify

“ideal dari Jerman? Cungkring kaya lidi aja bangga..” cibir Rio

“mending gue.. nah elo.. item , pesek, rese, cungkring..”Ify ga mau kalah.

“loe apa lagi. Jelek, cungkring, bawel, rese, idup lagi../” balas Rio

“lebih rese elooo tauuuu..” Ify nyolot

“loeeee..”Rio makin nyolot

“loe..”

“loe..”

“loe..”

“loe..”

“loe..”

“loe..”

“loe..”

“loe..”

“loe..”


“KECOAAAAAAAAAAAAA…” Deva dengan suara toa nya langsung melempar seekor kecoa ke arah Ify.
Ify yang phobia dengan kecoa berteriak histeris.

“Kyaaaaaa.. KECOAAAAAAA.. Gue jijiiikkkkkkkk..” teriak Ify reflex melompat ke pelukan Rio #RFM!! KUMPUL! TUMPENGAN YOOKK #PLAKK

DEGG

Rasa itu muncul di kedua insane ini/. Rasa nyaman antara satu dengan yang lain.
Suatu perasaan yang mungkin tidak tergambarkan. Rasa yang berbeda._.
Selama beberapa detik Ify di pelukan Rio, sampai deheman Deva menyadarkan mereka berdua

“ehem ehem, anak kecil disini nihh..” kata Deva –sok-  polos

Sontak Ify langsung  melepaskan pelukan Rio dan membuang pandangan ke arah lain. Berharap Rio tidak melihat wajahnya yang merah sekarang.

“emm maaf, gue rifleks..” kata Ify kikuk

“eh iyaa… ga papa..” Rio juga ikutan kikuk sambil menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal-______-v

“lain kali kak, kalau mau adegan kaya gitu tadi, jangan disini doong.ga ada tempat romantic apa?”keluh Deva membuat mata Rio-Ify melebar.

“ihh siapa juga yang mau romantisan sama dia,,,” jutek Rio

“emang siapa yang mau sama loe?” balas Ify

“rese ya loe?” Rio mendelik kea rah ify.

“loe lebih lebih lebiiiihhhhh reseeeeee tauuuu…” balas Ify nyolot

“loeeeeee…”

“loee..”

“loe..”

“loe..”

“loe..”

“loe..”


“yaaahh mulai lagi dehh…” gumam Deva. Ia pun mengasyikkan diri dengan PSP nya/. Tanpa memperdulikan RiFy yang sedang adu bacot ._.V

****

Gimana dengan keke yah? Yukk kita liat..

****
Ternyata di  keke ke taman dekat rumah sakit.. dan menumpahkan segala kesedihannya disana./

“kenapa sih Dev? Loe ga inget sama gue? Kenapa?” isaknya

“tapi…sekarang Deva lagi amnesia. dan gue harus bisa nerima itu” lanjut nya mencoba tegar (y). ia menghapus air matanya./

“heeyyy,, loe kenapa?” tegur seseorang dari belakang keke. Ia langsung duduk di samping keke/
Keke menoleh menatap orang di samping nya aneh(?). Sksd banget nih orang pikir Keke agak jengkel.

“ga apa apa//” jawab Keke

“emm mata loe sembab, loe kenapa kalau gue boleh tau?” Tanya nya hati hati, takut menyinggung perasaan Keke –mungkin-

Keke menatap orang itu ragu. Sepertinya orang itu lebih tua sedikit dari Keke.

“o iya, gue Dayat, gue kelas XI,. nama loe siapa? Kelas berapa?” katanya memperkenalkan diri. Dan ternyata orang itu adalah Dayat sodara sodara.

“ohh gue Keke kak. Masih kelas 9./” jawab keke tersenyum. Merasa ada kenyamanan di dekat orang yang notaben nya baru dikenal nya ini.

“loe kenapa nangis?” Tanya Dayat.

Tanpa ragu, Keke menceritakan semua yang terjadi._.
Dayat juga merasakan hal yang sama dengan keke, nyaman ._.
“jadi… sekarang loe lagi sedih?” tanggap Dayat setelah mendengarkan cerita Keke dengan seksama.

“yaiyalaaaaaaahh  kaakk.. gimana sih loe..” greget Keke. Dayat nyengir.

“emm sekarang Deva sama siapa di dalem?” Tanya Dayat.

“sama kak Ify, kakak nya Deva.” Jawab Keke singkat./

“Ify?” kaget Dayat. ‘apa mungkin………”
Keke mengangguk.

“Alyssa Saufika?” Dayat memastikan/

“iya, kenapa kak?”Tanya Keke heran.

“emm enggak.. kakak mau liat si Deva itu.. kamu mau gak nganter kakak ke dalem?” Tanya Dayat berharap

“emm boleh kak.. ayooo..” Dayat mengangguk dan mengikuti keke menuju ruangaan nya Depa eh Deva ._.v

*****

“aiihhh,, kurang asemm banget tuhh taksi.. masa iya gue disuruh turun..” sungut Shilla. Shilla pulang dari rumah sakit naik taksi,,. Tapi karena berbeda komplek dengan rumah Sivia, mereka tidak pulang bareng.
Sedari tadi Shilla mendumel ria karena saat tadi dia naik taksi, taksinya malah mogok, terus Shilla nya disuruh turun sama sopir taksi nya.. terpaksa, shilla pun turun dan jalan kaki, menyusuri jalanan, mana tau saja ada taksi atau angkot gitu ._.

“elahh, mana udah sepi lagi..” sungut nya.

Tiba-tiba, segerombolan anak punk(?) atau anak jalanan menghampiri Shilla dengan motor track-trackan(?) nya..
Sepertinya mereka sedang mabukk. Wajah mereka yang sedikit sangar (?) membuat Shilla takut..

“waduuhh, gue balik lagi aja ahh…” gumam Shilla berbalik badan dan berjalan cepat sedikit berlari.

“woyy neng.. mau kemana? Main sama kita dulu doong..” kata salah satu dari gerombolan anak punk (?) itu sambil mengejar Shilla.
Shilla mempercepat jalannya. Tapi ia tetap was-was ._.

HAP

Salah satu dari mereka menahan lengan Shilla. Shilla berbalik dan menyentaknya kasar.

“apaan sih?” kata Shilla mencoba melawan, walau seseungguhnya dia sangat takut.

“aduhh neng ini cantik-cantik galak juga..” celetuk yang lain.

“diem loe..” gertak Shilla memberanikan diri

“heh! Serahin semua barang loe sekarang.. atau……..” Anak punk yang menahan lengan Shilla tadi mengeluarkan cutter dari saku nya dan mendekatkan cutter itu ke leher Shilla.

“gue….gue ga punya apa-apa..” Shilla berbohong, mencoba menjauh dari cutter itu yang makin dekat ke lehernya.

“loe pikir kita bocah ingusan yang gampang loe boongin? Iya? Gitu? Tampang kaya loe gini pasti anak orang kaya…” sinis anak punk itu..

“bener…gue bukan anak orang kaya..” elak Shilla

“ga percaya! Serahin dompet, hape, semua nya…” titah anak punk itu ._.

‘God ! help me! Tolong bantu aku.. aku takut…’ lirih Shilla dalam hati, memejamkan matanya sejenak..


“HEYYY, LEPASIN DIAA..” Suara  lantang dua orang cowok dari arah yang berlawanan .
GABRIEL – ALVIN orang nya..
Alvin dari sisi sebelah kanan Shilla, sedang kan Gabriel dari sisi sebelah kiri Shilla.

‘alhamdulillah._. makasih ya allah..’ kata Shilla tersenyum dalam hati dan membuka matanya menatap kedua cowok itu.

“Gabriel?”

“Alvin?”

Shilla menatap bergantian Gabriel – Alvin. Bingung? Tentu.. kenapa bisa barengan mereka? Tanya Shilla dalam hati nya

“hah? Gabriel kok bisa disini juga?” batin Alvin bingung sambil menatap ke arah Gabriel.

“Alvin kenapa disini?” bathin Gabriel menatap Alvin tajam. Sedetik kemudian, ia menggeleng “inget Yel, dia itu sahabat loe” lanjutnya masih dibatinkan

“Loe berdua siapa? Berani loe sama gua?” tantang anak punk itu

“nyeh(-.-) emang loe siapa? Mesti gitu gue takutin?” remeh Gabriel

“heh! Beraninya loe sama gue!” geram anak punk yang satunya yang sedang duduk di motor nya

“berani lah.. sama-sama manusia juga..” sahut Alvin.

“loe….” Anak punk itu geram dengan Alvin-gabriel.

Mereka semua, kira-kira anak punk itu 7 orang.. mereka  sekarang berdiri di hadapan Gabriel-alvin.
Gabriel dan Alvin sudah berdiri bersebelahan sekarang..
Gabriel menatap anak punk itu dengan menaikkan sebelah alis nya, tangan nya dilipat didada… stay cool, meremehkan anak punk itu.
Alvin menatap anak punk itu dengan wajah dingin. Tangannya di masukkan ke saku celana nya, menajamkan pandangannya pada anak-anak punk itu.. menganggap remeh mereka semua._.
Shilla, ia dilepaskan oleh anak punk tadi, dan lebih memilih menyaksikannya dekat pohon disitu. Dia menggigit bibirnya.  Semoga Gabriel dan Alvin ga apa-apa  doa Shilla dalam hati sambil menatap cemas Gabriel- Alvin.

“loe belum tau siapa gue?” Tanya ketua genk anak punk itu.

“buat apaa? Ga penting juga..” sahut Gabriel santai. Alvin tersenyum miring pada mereka semua –anak punk-

“heh! Gua ini yang nguasain daerah ini tau gak? Jangan sok deh loe..” lanjut ketua genk itu yang kelihatannya sudah geram dengan tingkah Gabriel-alvin .

“so? Peduli gitu? Penting gitu? Cihhhh..” sinis Alvin.

Karena sudah geram, ketua genk itu langsung mendorong pundak Alvin-gabriel kasar., membuat Gabriel-alvin sedikit mundur ke belakang.

“wwow wow wow, slow dong…” kata Alvin sambil berpura-pura membersihkan bajunya. Gabriel juga begitu.

“sekarang loe! Lawan gue, sama 3 temen gue! Gimana?  Satu lawan empat berani gak loe?” tantang ketua genk itu pada Gabriel.

“why not? Kenapa musti takut sama BOCAH kayak kalian..” sahut Gabriel menyanggupi.

“dan loe! Loe harus lawan 3 temen gue. Gimana? Sanggup gak loe!” tantang ketua genk itu pada Alvin.

“oke. Siapa takutt.. ga ada yang musti ditakutin dari loe semua..” Alvin menyanggupi.

--Gabriel--

“apa loe liatin  gua?” Tanya Gabriel sengit pada 4 anak punk itu.

“gue ga yakin orang  macem loe gini bisa menang ngelawan kita.” Remeh ketua genk itu pada Gabriel, sambil memperhatikan Gabriel dari atas sampai bawah..

“malah gue lebih gag yakin kalian bisa menang ngelawan gue..” sengit Gabriel

“ohh yeahh?” remeh ketua genk anak punk itu mulai mendekati Gabriel..

BUGG

Gabriel terkena bogem mentah dari ketua genk itu.
Sedikit darah mengalir dari ujung bibir nya.

“sialaann..” geram Gabriel menghapus darah itu kasar, dan langsung bangkit berdiri .

BUG

BUGG

BUG

BUG

Gabriel langsung menghajar anak punk itu sampai babak belur.

“masih berani?  Hah?” sengit Gabriel.

“ampun.. ampun.. kita nyerah.. woyy cabut..” ketua genk anak punk itu langsung mengajak cabut. Dan lari terbirit-birit.

Dia saat yang sama
--Alvin--

Alvin masih berdiri dengan santai nya. Tiba-tiba salah satu dari anak punk itu ingin menonjok Alvin.

BUGG

Telak! Bukannya Alvin yang kena bogem mentah, malah Alvin melayangkan duluan bogem mentahnya ke anak  punk itu sampai tersungkur._.

“hahaa, loe pikir gue sebego itu apa..” sinis Alvin tertawa mengejek

“kurang ajar…..” salah satu yang lain geram dan langsung menonjok perut Alvin

BUGG

Alvin tidak sempat mengelak, dia jatuh kesakitan (?)

“eerrghh sialan..” emosi Alvin mulai naik dan ia bangkit berdiri lagi dengan sekuat tenaga.

BUGG

BUGG

BUGG

Alvin langsung menghajar ketiga nya sampai mereka jatuh tak berdaya.

“masih berani lagi loe?” tantang Alvin.

Bukan menjawab, Mereka kabur semua./

Gabriel menghampiri Alvin, lalu bertos ria._.

“Gabriel? Alvin?” kata Shilla pelan. Ssambil menunduk.

“Shilla?” balas Gabriel-Alvin kompakan./

Shilla langsung memeluk Gabriel-alvin

“makasihh, makasih banget buat loe berdua… kalian udah nolongin gue..hikss.. mungkin gue udah mati kalau kalian ga dateng tadi… hikss..” Shilla berterima kasih pada Alvin-Gabriel sambil menangis terisak ._.
Gabriel dan Alvin saling berpandangan, lalu membalas pelukan Shilla.

“iya, sama sama Shill..” jawab Alvin Gabriel

Shilla melepas pelukannya, dan menyeka air mata nya., lalu tersenyum manis pada dua cowok di hadapan nya ini..

“gue pulang dulu ya? Makasih banget..” kata Shilla pada Alvin Gabriel sambil membalikkan badannya.

“mau gue anter?” tawar Gabriel Alvin serempak lalu menoleh berpandangan. Shilla berbalik lagi menghadap dua cowo itu.

“emm…” shilla bingung mau jawab apa. Tapi hati kecil nya lebih memilih pulang sama Gabriel dibanding Alvin.

“eng, yaudah sama loe aja Vin.. gue duluan yah? Byee..” Gabriel langsung meninggalkan  Alvin shilla berdua. Ia segera pulang dengan Ninja nya yang tidak jauh dari situ.

Tinggal lah shilla dan Alvin disitu.

“Shill?” panggil Alvin.

“eh iya?” gugup Shilla

“pulang sama gue aja ya?” Shilla mengangguk. Padahal gue mau nya sama loe Yel  lirih Shilla dalam hati. Sejenak kemudian dia menggeleng. Apaan sih gue bantah Shilla masih dalam hati. Alvin heran liat Shilla yang masih di situ sambil geleng-geleng ._.


“Shill? Ayoo..” Shilla tersentak lalu mengikuti Alvin ke arah cagiva nya Alvin yang tak jauh dari situ.

****

“gue….harus gimana?” gumam Ray di dalam kamar nya. Penampilannya kini sudah berantakan.. Rambut gondrongnya acak-acakan karna  Ray terus mengacaknya dari tadi. Baju sekolah yang tidak ia ganti sejak sepulang sekolah tadi sudah kusut, sudah tidak semestinya(?)
Pikirannya sekarang bercabang-cabang. Memikirkan keadaan Deva, dan memikirkan perasaan gadis polos yang tersakiti karena dirinya. Olivia.

“mending sekarang gue liat keadaan nya Deva..” putus Ray segera bersiap-siap untuk menjenguk sahabat baik nya, Deva._.

****

“elaahh angkot sialan tuhh emang,,.. kenapa musti turun disini sih? Nanggung jugaa..” dumel Sivia. Ia sedang jalan kaki menuju rumah nya. Dia tadinya naik angkot., tapi angkot nya tidak sampai rumah Sivia., terpaksa Sivia harus jalan. Ckck ._.v

Ia  pun sedikit berlari..

Sampai di gerbang rumah nya yang tingginya sekitar 3 meter itu, Sivia mendengarkan keributan dari dalam rumahnya.

“Heyy, kamu.. jangan menuduh sembarangan ya?” kata seorang laki-laki dengan lantang

Karena kurang jelas, Sivia mencoba memperjelas indra pendengarannya, dan mencoba melihat dan memastikan siapa yang sedang bertengkar itu.

“heyy pah… saya ini berbicara Jujur.. memangnya kamu? Suka bohong.” Sinis seorang wanita yang sedang bertengkar dengan laki-laki itu. Laki-laki itu mulai emosi..

PLAAAAKKKK

Laki-laki itu dengan kerasnya menampar wanita tersebut.

“MAMAH?? PAPAAHH??” jerit Sivia yang sekarang di depan pintu rumah nya. Air mata sudah mengalir bebas di pipi nya. Mamah dan papahnya menoleh ke arah Sivia. 


Bersambung...

follow my twetme @Dinaaa
follow juga my twitter @dinaarifaa

Makasih :)

No comments:

Post a Comment