Sunday, 29 April 2012

Loe, Gue, nggak Bakalan End *Part 22


***

“hello ini kenapa pada  bengong sih?” teriak Ify. Sontak cakka dan Agni tersentak lalu membuang arah pandangannya masing-masing.
“emm kayanya acaranya udah mau mulai nih. Masuk yuk?” ajak Aren ramah.
“yaudah, yukk..” Aren pun masuk mendahului mereka.. tangannya menggandeng manja tangan Cakka._. Cakka hanya pasrah saja.
Mereka semua pun masuk ke dalam.

***
“perhatian semuanya. Sore ini, adalah hari pertunangan Putra kami Cakka dan Aren..” ucap Papa Cakka memulai pembicaraan. Semua tamu undangan termasuk Ify dan Rio dkk memperhatikan ke Papa Cakka. Di samping papa Cakka ada Cakka dan Agni.
“terima kasih sudah datang.. Langsung saja kita ke pertukaran cincin..” mama Cakka pun mengambil sebuah kotak cincin berwarna merah terang  lalu membukanya.
“Cakka, Aren, ambil cincin nya masing-masing. Lalu kalian  pasangkan ke jari pasangan kalian. Dimulai dari Aren..” Aren tersenyum,lalu ia mengambil cincin itu..
Masih dengan senyum yang terus mengembang, ia memasangkan cincin itu di jari manis kanan Cakka., Cakka tidak bereaksi apa-apa. Ekspresi wajahnya sangat datar.
“nah sekarang Cakka yang memasangkan cincin itu di jari manis Aren..” Cakka mengambil cincin itu. Ia melirik Agni yang juga memperhatikannya.
maaf Ag,..” perlahan cincin itu mulai memasuki jari Aren.. tibatiba Cakka merasa kepalanya sangat pusing.
“aarrgghh..” erang Cakka pelan sambil memegang kepalanya.
TRILILING (?). cincin itu jatuh ke lantai bersamaan dengan cakka pingsan.
“Cakka, kamu kenapa nak?” panik Mama Cakka.
“Cakka, kamu kenapa? Bangun dong..!” Aren juga panik. Mereka semua mendekati Cakka yang tak sadarkan diri.
“pa, Cakka mimisan!” seru mama Cakka. Papa cakka kaget..
“Ayo kita bawa ke rumah sakit, Ma..” Mama Cakka mengangguk.. lalu mereka membantu cakka ke mobil untuk dilarikan ke rumah sakit.

“maaf semuanya. Pertunangan ini dibatalkan karna Cakka anak kami pingsan tibatiba. Sekali lagi kami mohon maaf..” ucap Papa Cakka.
Para tamu banyak yang kecewa.. Satu persatu dari mereka pun pulang ke rumah masing-masing.
“cakka kenapa sih? Kok bisa pingsan tiba-tiba?” heran Sivia.
“mana gue tau. Mending kita ikut ke rumah sakit aja deh..”  jawab Shilla.
“eh Fy.. ada yang nyari lo tuh di depan.” Ucap Gabriel.
“hah? Siapa?” Bingung ify.
“gak tau.. dia pake jaket hitam..” jawab Gabriel. Entah mengapa perasaan Rio langsung tidak enak. Ia merasa sesuatu yang buruk akan terjadi pada Ify.

“siapa sih? Yaudah kalau kalian mau liat cakka pergi aja duluan.” Ujar ify. Lalu ia beranjak ke depan rumah cakka.
“yaudah deh. Yukk?!” ucap Alvin.
“eh bentar,. Ag, lo naik apa?” Tanya Shilla pada agni yang sedari tadi hanya diam dengan tatapan mata datar.
“ehm gue naik taksi aja, Shill.” Jawab Agni pelan.
“bener? Lo gak apa-apa kan?” Tanya Sivia khawatir.
“emang gue kenapa?gua baik-baik aja kok.” Balas agni dengan  senyum yang dipaksakan.
“oke.  yukk.. “ ucap Gabriel. Mereka pun beranjak meninggalkan tempat itu. Kecuali Rio.
“Yo, lo gak ikut?” panggil Gabriel. Rio tersentak.
“lo duluan aja.. ntar gue nyusul kok.” Balas Rio sedikit berteriak. Samar-samar Gabriel mengangguk.
Mereka pun segera ke rumah sakit. Sivia dan Alvin, Shilla dengan Gabriel, sedangkan Agni naik taksi.

***
“siapa sih yang nyariin gua? Gak ada orang juga..” gumam ify sambil mengedarkan pandangannya di sekitar halaman rumah cakka. Tanpa ify sadari, ada seseorang di belakang Ify. Ia memakai jaket hitam, kacamata hitam.. serba hitam. Perlahan orang itu mendekati Ify dari belakang.
“hhhhhmmmhh..” ternyata orang itu membekap Ify. Bukan hanya sekedar membekap Ify, tapi orang itu memakai obat yang bisa membuat seseorang yang mencium aroma dari obat itu akan tak sadarkan diri. Selang tak berapa lama, ify pingsan. Ia tak sadarkan diri. Lalu orang itu menyeret ify menuju sebuah mobil Avanza hitam. Dan membawa Ify pergi dari sana..

“lho, itu kan ify?” gumam Rio yang samar-samar melihat ify diseret oleh seseorang.
“bener kan dugaan gue! gue harus susul ify.” Tekad Rio langsung berlari menuju cagivanya dan mengikuti mobil yang membawa –mungkin menculik- Ify itu sebelum ketinggalan  jauh.

***

Cakka baru saja masuk ke ruang UGD. Dokter yang menangani Cakka sedang memeriksa keadaan Cakka. Sedangkan 2 orang suster membersihkan darah yang keluar dari hidung Cakka.cakka masih tidak sadarkan diri. Keadaannya sangat lemah saat ini.
***

KLEK! Dokter yang menangani Cakka pun keluar. Sebut saja Dokter Chris.
“dok, bagaimana keadaan Cakka? Dia baik-baik saja, kan?” panik Mama Cakka.
“Kami belum bisa memastikan apa yang terjadi dengan Cakka. Keadaannya masih lemah untuk saat ini. Darah yang keluar dari hidungnya sudah berhenti..” jelas dokter chris.

“apa kami boleh melihatnya?” Tanya Aren.
“boleh, tetapi jangan sampai mengganggu istirahatnya..” Aren mengangguk mengerti. Di belakangnya ada Mama dan Papanya.

“memangnya sakit Cakka parah, Dok?” Tanya Papa Cakka.
“Ibu dan bapak boleh ikut saya ke ruangan saya..” ucap Dokter Chris lalu berjalan duluan. Mama dan Papa Cakka pun mengikuti dokter Chris ke ruangannya.
Sedangkan Aren, Mama dan Papanya masuk ke ruang UGD untuk melihat cakka.

Tampak Cakka dengan mata yang masih tertutup rapat. Tangannya di tusuk (?) sebuah slang infuse..
“yampun kka..” lirih Aren tidak tega.

Tak lama, Alvin, Sivia, Gabriel, Shilla sampai di ruang UGD –Cakka belum di pindahkan ke ruang rawat-
“Ren, gimana Cakka?” Tanya Shilla.
“masih belum sadar, Shill..” ucap Aren pelan. Air matanya sudah membasahi wajahnya sejak tadi.
“Dokter bilang apa?” Tanya Gabriel.
“dokter belum tau pasti. Mama sama Papa Cakka lagi di ruangan Dokter.” Gabriel manggut-manggut mengerti.

“eerrrrgghhss..” Cakka mengerang pelan. Sedikit demi sedikit ia membuka matanya..lalu pandangannya menyapu keadaan sekitar.
“gue.. di..mana?” ujar Cakka lemah.
“lo di rumah sakit, kka. Tadi lo pingsan.” Jawab Gabriel cepat.
“argh.. Agni.. Agni mana?” Tanya cakka sedikit berteriak. Sontak semua saling berpandangan.
“mana Agni?” Tanya cakka lagi.
“Agni belum sampe, kka.bentar lagi juga sampe kok..”  jawab Gabriel –lagi-
“gak.. telfon dia sekarang! Gue mau ngomong sama dia!” bentak cakka.
“oke oke. Lo tenang.. gue telfon.” Ucap Sivia. Sivia menekan beberapa digit angka nomor handphone Agni yang –mungkin- sudah di hafalnya di luar kepala.

“ya, hallo?” suara Agni terdengar dari sebrang sana..
“Ag, lo dimana? Cakka nanyain lo terus nih.” Ucap Sivia tergesa-gesa.
“dia nanyain gue? dia udah sadar?” kaget Agni.
“udah, nih orangnya..” Sivia menyerahkan handphonenya padaa Cakka. Cakka pun menerimanya.
“hallo Ag, lo ke sini dong. Gua mau ketemu sama lo.” Ucap Cakka pelan.
“Cakka? Gimana keadaan lo? Baik kan?” agni balik bertanya.
“baik.. gue gak apa-apa kok. Lo naik apa sih? Lama banget.” Dengus Cakka. Semua menggeleng-gelengkan kepalanya melihat cakka –kecuali Aren-
“naik taksi. Agak macet nih. Yaudah telfonnya gue tutup aja ya?”
“iya, bye..” Agni pun memutuskan sambugnan telfonnya. Cakka
“udah kan,kka?” cakka mengangguk puas.
“Thanks ya..” Mereka semua tersenyum.

***
“Cakka, lo kenapa sih? Kenapa bisa pingsan tiba-tiba gitu?” gumam agni. Ia sedang berada di taksi.. air matanya mulai mengalir.
“gue takut lo kenapa-napa. Dan gue harap lo baik-baik aja, kka.” Lanjut Agni.
“neng, neng kenapa nangis?” Tanya sopir taksi yang heran melihat Agni menangis.
 Agni terlonjak lalu menyeka air matanya. “ngga,, ga apa-apa kok Pak..” jawab Agni.
“lebih cepet dikit ya, Pak?” ujar Agni.
“iya neng..”
***
-Ruang Dokter Chris-

“silahkan duduk, Pak, Bu.” Mama dan Papa Cakka pun duduk di kursi yang memang sudah tersedia disana.
“begini Bu. Menurut prediksi saya, eng… Cakka anak Bapak dan Ibu terkena Leukimia.” Ucap Dokter Chris pelan.
“Leukimia? Serius dok?” kaget Mama dan Papa Cakka.
“kami juga belum memastikan kalau cakka memang positif terkena Leukimia. Kecuali sudah ada hasil dari lab..” jelas Dokter. Mama dan Papa Cakka menghela nafas pelan.
“lakukan saja Test Lab nya, Dok..” ujar Papa Cakka bijak. Mama Cakka mengangguk setuju.
“baik, kami akan segera melakukannya.” Ujar Dokter Chris.
“boleh kami keluar?”  Tanya Papa Cakka.
“ya, silahkan Pak, Bu..” jawab Dokter Chris sopan.

“oh iya Pak,Bu. Sebaiknya soal ini jangan diberitahu ke Cakka dulu. Takutnya Cakka tiba-tiba drop..” ucap Dokter. Mama dan Papa Cakka  mengangguk kemudian keluar dari sana.

***

“Ify mau dibawa kemana ya? Siapa sih tuh orang?! Awas aja kalau dia sampe nyakitin Ify. Gue habisin lo! Gak bakalan gua kasih ampuun!” tekad Rio yang masih terus mengikuti Avanza hitam di depannya. Ia juga sedikit menjaga jarak dengan mobil itu agar tidak menimbulkan kecurigaan.

“astagaaa! Ini…. Ini kan mau kearah gedung SD gua dulu….” Ucap Rio dalam hatinya. Kecemasannya terhadap ify semakin bertambah.

Tak lama, mobil Avanza yang menculik Ify itu pun sampai di sebuah gedung SD yang memang sudah tidak terpakai lagi. Keadaannya tampak sangat tak terurus.. bangunannya juga mulai hancur. Hanya tinggal lantai paling bawah yang masih utuh.
Rio turun dari motornya, ia bersembunyi di balik semak-semak di dekat sana. Matanya masih memperhatikan orang yang menculik Ify itu. Ternyata, sudah ada 2 orang yang menunggu kedatangan  orang yang menculik Ify. Ify pun dibawa masuk ke dalam gedung itu..

“lho itu kan Dayat?” kaget Rio yang melihat diantara 2 orang itu adalah Dayat.. Terlihat Dayat tertawa puas disana.
“sialan Dayat! Ternyata di balik sikap lo yang baik itu, lo itu BUSUK! Fake!!” geram Rio. Ia mengambil handphonenya lalu menekan beberapa digit angka yang memang sudah ia hafal. Gabriel.
TUT TUTT..
“Halloo. Ada apa Yo?.”  Sahut Gabriel dari ujung sana.
“Yel, cepetan kesini. Ify diculik!” ucap Rio cepat.
“Hah? Diculik? Dimana?” kaget Gabriel..
“di gedung SD kita dulu……………………”
TUT TUT TUT..
“arghss sial! Mati lagi nih hape..” ucap Rio kesal sambil membuang handphonenya asal.

****

“lho kok mati, sih?” kesal Gabriel menatap layar handphonenya.

“siapa yang diculik, Yel?” Tanya Shilla.
“Ify..”
“HAH? Kok bisa?” kaget Cakka yang mendengar pembicaraan mereka.
“gue juga gak tau. Rio bilang, sekarang ify ada di gedung SD kita dulu. Vin, kita harus kesana sekarang.” Jelas Gabriel cepat.
“yaudah,. Yuk..” ucap Alvin.
“Kita Ikut.” Kata Shilla dan Sivia serempak.
“heh lo berdua disini aja.” Cegah Alvin.
“tapi ify gimana?” khawatir Sivia.
“udah lo tenang aja deh. Gue jamin Ify maupun Rio bakal baik-baik aja.” Ucap Gabriel mantap.
“yaudah. Hati-hati!” Gabriel dan Alvin mengangguk . lalu mereka berdua segera menyusul Rio dan ify.
***

“Permisi mbak. Ruang Cakka Nuraga dimana ya?” Tanya Agni pada resepsionist di RS.Mediacitra dimana Cakka dirawat.
“Cakka Nuraga baru saja dipindahkan ke ruang rawat mbak. Ruang  Melati No.4..” jawab respsionist itu.
“oh,makasih mbak.”
Agni pun segera menuju rang rawat Cakka.
Sesampainya di ruang rawat cakka, ia langsung masuk ke dalam.
“permisi..” ucap Agni.
“Agni? Sini.. noh Cakka nungguin elo.” Ucap Shilla.
Agni pun berjalan mendekati Cakka..”hey kka, gimana kabar lo?” Tanya Agni sambil tersenyum tipis.
“yah gini lah Ag. Kaya yang lo lihat.” Ucap cakka sambil tersenyum

***
“Dev, main petak umpet nyok?!” ajak Ray pada Deva yang sedang asyik menikmati snacknya. Deva, Ray, dan Ozy sedang bersantai di rumah Deva –tepatnya di kolam renang belakang-
“petak umpet? Boleh juga tuh.” Sambut Deva semangat.
“walah Dev, udah kelas IX masih aja  main petak umpet lo.” Cibir Ozy.
“yee elo zy. Coba elo deh yang diajak, lo mau kagak main petak umpet?” Tanya Deva.
“mau sih..” jawab Ozy sambil menggaruk kepalanya yang –mungkin- sama sekali tidak gatal.

“nyeehh -___-“
“hahaa.. jadi kagak nih main petak umpetnya?” Tanya ray.

“jadii..” ucap Dev-Zy serempak.
“yaudah, hompimpa dulu.”
 “HOMPIMPA ALAIUM GAMBRENG! NEK DEVA PAKE BAJU ROMBENG!” seru Ray dan Ozy semangat.
“eh kok gue jadi korban?” kata Deva tak terima.
“terima nasibmu, nak.” Cekikik Ray dan Ozy.
“wah Dev, kayanya ini bukan hari Hoki lo deh. Noh lo jaga.” Ucap Ray.
“gue jaga? YES!”ucap Deva kesenangan, masih belum menyadari apa yang dikatakan Ray. Sedetik kemudian…
“APA? GUE JAGA?” kaget Deva.
“iyaa..” jawab Ray dan Ozy kalem._.
“ah ogah guaa.. lo aja deh Zy.” Kata Deva pada Ozy.
“gue? bah tidak lah yaw..” balas Ozy dengan gaya yang sedikit mirip dengan banci -_-vv
“lo deh Ray…” ucap Deva pada Ray.
“gue? no no no! It’s Impossible bro..” balas Ray sok.
“halah gaya lo tuh.. rempong!” toyor Deva. Ray meringis.
“lo noyor sembarangan deh, Dev. Gue toyor juga tuh kepala lo yang bonyok.” Ancam Ray.
“eh eh jangan. Ntar gue amnesia lagi..” cegah Deva.
“HAHAHAHA..” mereka bertiga kompak tertawa.
“eh kapan main nya nih? Dev, pasrah aja deh lo yang jagaa ..” ucap Ozy.
“gue ni? Okeoke berhubung gue ganteng kece badai tiada tara, gue mau deh..”
“gak mulai gajenya deh lo, Dev..” ucap Ray. Deva menyeringai..

Deva pun mengambil posisi di tembok belakang.
“gue hitung sampe 287 yeee?” ucap Deva ngawur.
“woy Dev. Lo ngitung sampe 100 aja belum bener. Mau sok-sokan sampe dua ratus lapan puluh tujuh..” cibir Ray.
“ah iya, gue lupa Ray..” balas Deva watados.
“yaudah cepetan. Gue hitung sampe 10  nih..” Deva mulai menghitung..
“SATU..”

“Ray, kita sembunyi dimana nih?” bingung Ozy.

“DUA..”

“eng dimana yak? Ah disini aja.” Kata Ray menunjuk sebuah pot yang cukup besar.

“TIGA..”

“boleh juga tuh..” Ray dan Ozy pun bersembunyi di balik pot besar itu yang letaknya cukup jauh dari Deva.

“LIMA..”

“TUJUH..”

“sialan si Deva! Curang banget!” gumam Ray.
“asem banget si Deva..” lanjut Ozy.

“SEMBILAN..”
“SEPULUH!! TIME OUT!” ucap Deva lalu berbalik. Dilihatnya keadaan sekitar,. Sepi.

“eh tadi gua ngitung aneh banget yak? Masa loncat-loncat gitu?” bingung Deva.
“ah bodolah.. kan itu rata-rata bilangan prima (?) di pelajaran matematika. Ahh I lopelope You Math.” Cengir Deva gaje.
“terus tuh ya, gue paliiiiiing suka pelajaran  Matematika yang bagian listrik (?) itu. Haha seru mameenn..” lanjut Deva yang sama sekali tidak nyambung, masih cengar-cengir.

“Ray, temen lu gila kali ya? Masa cengar-cengir gaje gitu?” bisik Ozy.
“yee… temen lu juga kale bukan Cuma temen guaa..” balas Ray dengan volume suara yang kecil.

“eh kayanya itu suara mereka deh.” Gumam Deva yang mendengar suara Ray dan Ozy.

“gue kerjain ah..” Ide jail di otak Deva pun muncul.
“aduuhh Ray sama Ozy mana sih? Kok gak muncul-muncul?” ucap Deva dengan volume suara besar.
“ahh bego lo dev. Seharusnya kan elo yang nyari..Bukan nunggu mereka muncul.” Lanjut Deva masih dengan volume suara yang sama.

“eh Tapi tapii nih yaa. Kalau ada OLIVIA dan ACHA mereka bakal keluar gak sih?” ucap Deva lagi dengan sedikit di tekan pada kata ‘OLIVIA’ dan ‘ACHA’

“MANA ACHA?”
“MANA OLIV?” tiba-tiba secara serentak Ray dan Ozy keluar dari tempat persembunyian dan langsung berlari tanpa memperhatikan jalan….
BYURRR!! Ray dan Ozy terjatuh ke dalam kolam renang.
“HUAKAKKKAKAKKK.. Kena lo berdua. Eleuh-eleuh ketahuan lo berdua suka sama Oliv  dan Acha. HAHA..” Deva tertawa puas.
“sialan si Deva. Dikerjain kita Zy..” sungut Ray yang seluruh badannya basah kuyup. Mereka berdua –Ray Ozy- pun ke tepi kolam. Lalu perlahan naik..
“Iya Ray. Aduuh kenapa bisa sih kita di begoin sama si belo satu ini. Ckckck..” decak Ozy kesal.
“heh apa lo bilang? Enak banget elo ngatain gua belo..” ucap Deva tak terima.
“kenyataan lagi, Dev.” Celetuk Ray.
“kasian banget lo berdua jatuh ke kolam. Wkwkwk..” Tawa deva.
“liat pembalasan gua,  Dev.” Sungut Ozy.
“whahaha gak takut tuh :p.” Deva menjulurkan lidahnya yang semakin membuat ray dan Ozy kesal.
“udah ah gue mau pulang dulu..udah mau malem ini.” Ucap ray seraya melangkahkan kakinya keluar.
“yoi. Hati-hati lo berdua..”  balas Deva sambil cekikikan.
“Ray, untung aja lo bawa mobil. Nah kalo nggak? Hueee malu mampus dah kita..” cerocos Ozy.
“Yap. Hahahhaaa..”

***

“aduh Gabriel lama banget deh. Ck..” decak Rio kesal.
“Hape gue bener-bener gak friendly ya. Gua rendem di air asin nyaho lo!” lanjut Rio sambil menatap Handphonenya yang sudah tepar di tanah tak berdaya..
“gak ada pilihan lain, gue harus masuk ke sana.  Sebelum Ify diapa-apain sama Dayat.” Tekad Rio. Ia pun mengambil keputusan, yaitu masuk ke dalam dengan tujuan menyelamatkan Ify *eaa._.

***

Ify duduk  di  sebuah bangku yang sudah rusak. Tangannya diikat oleh tali, mulutnya dilakban.. Di kanan dan Kirinya sudah ada Sion dan Goldi –anak buah Dayat- yang menjaga Ify agar tidak melarikan diri.
tanpa Sion dan Dayat ketahui, Ify sudah sadar dari tadi. Tetapi ia tetap  memejamkan matanya untuk mengelabui mereka berdua.
“HAHHAA kerja bagus, Di. Lo bisa bawa dia kesini..” tawa Dayat membahana di ruangan itu. Ruangan yang cukup menyesakkan, karena tidak ada satupun ventilasi udara, yang ada hanyalah sebuah jendela kecil disana.
“yoa bos. Nihh cewe mau kita apain?” Tanya Goldi.
“hmmm diapain yah enaknya?” Dayat mendekati Ify. Ify hanya bisa menggigit bibirnya dalam diam.
“ehm kita siksa aja, bos!” celetuk Sion.
“siksa? Ide bagus!” ucap Sion lalu tersenyum miring.
“hey nona manis, sebenarnya lo udah sadar dari tadi kan? Haha.. lo emang bisa bohongin mereka berdua, tapi nggak dengan gue.” tawa Dayat –lagi-
Perlahan Ify membuka matanya.. dilihatnya Dayat yang berada di depannya. “hhmmmhhhmmm.” Ronta Ify.
“lo mau ngomong? Mau ngomong apa sayang?” Dayat menjawil dagu Ify. Namun dengan cepat Ify memalingkan wajahnya.
“hhhhmmmmhmm..” Ify kembali meronta-ronta.
“gue kasih lo buat ngomong sayang.. nih gue lepasin lakban lo.” Lantas Dayat dengan kasar melepas lakban itu dari mulut Ify yang otomatis membuat ify meringis kesakitan.
“awww..” rintih ify pelan.
“sakit ya sayaaang?” Dayat menarik rambut Ify..
“aaaaaaarrgghhh..” teriak ify kesakitan.
“kenapa? Kurang kuat sayaang?” Dayat semakin gencar menarik rambut Ify. Membuat ify kesakitan dan meronta-ronta. Bulir-bulir air mata pun sudah mulai berjatuhan di pipi Ify.
“aarggghss! Sakittt.. lepasin gueeee..” ronta Ify kesakitan.
“oke gue lepasin.” Dayat pun melepaskan tangannya dari rambut Ify.
“nah, sekarang gue mau lo jadi pacar gue!” tegas Dayat. Ify melotot lalu menggelengkan kepalanya kuat-kuat.
“gak! Gue gak mau!” tolak Ify kasar.
“kenapa? Apa kurangnya gue bagi elo?!” Tanya Dayat sedikit berteriak.
“lo jahat! Ternyata lo itu gak seperti yang gue pikir!” bentak Ify.
“HAHHAA tapi inilah gue. ini lah diri gue.. dan lo! Lo harus jadi pacar gue!” Dayat kembali menarik rambut Ify dengan sadisnya.
“aaaaaarrghh. Gak! Sampai kapanpun  gue gak akan pernah mau jadi pacar elo!” tegas ify. Air matanya mengucur dengan deras.
“Trus sebenarnya lo suka sama siapa? Sampai elo berani nolak gue?!” Tanya Dayat menatap Ify tajam.
“gue….. gue…”
“JAWAB!” bentak Dayat.
“GUE SUKA SAMA RIO! PUAS LO!” bentak ify keras..

BRAKKKK!!!

Bersambung……

No comments:

Post a Comment