***
“hello ini kenapa pada
bengong sih?” teriak Ify. Sontak cakka dan Agni tersentak lalu membuang
arah pandangannya masing-masing.
“emm kayanya acaranya udah mau mulai nih. Masuk yuk?” ajak Aren
ramah.
“yaudah, yukk..” Aren pun masuk mendahului mereka..
tangannya menggandeng manja tangan Cakka._. Cakka hanya pasrah saja.
Mereka semua pun masuk ke dalam.
***
“perhatian semuanya. Sore ini, adalah hari pertunangan Putra
kami Cakka dan Aren..” ucap Papa Cakka memulai pembicaraan. Semua tamu undangan
termasuk Ify dan Rio dkk memperhatikan ke Papa Cakka. Di samping papa Cakka ada
Cakka dan Agni.
“terima kasih sudah datang.. Langsung saja kita ke
pertukaran cincin..” mama Cakka pun mengambil sebuah kotak cincin berwarna
merah terang lalu membukanya.
“Cakka, Aren, ambil cincin nya masing-masing. Lalu
kalian pasangkan ke jari pasangan
kalian. Dimulai dari Aren..” Aren tersenyum,lalu ia mengambil cincin itu..
Masih dengan senyum yang terus mengembang, ia memasangkan
cincin itu di jari manis kanan Cakka., Cakka tidak bereaksi apa-apa. Ekspresi
wajahnya sangat datar.
“nah sekarang Cakka yang memasangkan cincin itu di jari
manis Aren..” Cakka mengambil cincin itu. Ia melirik Agni yang juga
memperhatikannya.
“maaf Ag,..”
perlahan cincin itu mulai memasuki jari Aren.. tibatiba Cakka merasa kepalanya
sangat pusing.
“aarrgghh..” erang Cakka pelan sambil memegang kepalanya.
TRILILING (?). cincin itu jatuh ke lantai bersamaan dengan
cakka pingsan.
“Cakka, kamu kenapa nak?” panik Mama Cakka.
“Cakka, kamu kenapa? Bangun dong..!” Aren juga panik. Mereka
semua mendekati Cakka yang tak sadarkan diri.
“pa, Cakka mimisan!” seru mama Cakka. Papa cakka kaget..
“Ayo kita bawa ke rumah sakit, Ma..” Mama Cakka mengangguk..
lalu mereka membantu cakka ke mobil untuk dilarikan ke rumah sakit.
“maaf semuanya. Pertunangan ini dibatalkan karna Cakka anak
kami pingsan tibatiba. Sekali lagi kami mohon maaf..” ucap Papa Cakka.
Para tamu banyak yang kecewa.. Satu persatu dari mereka pun
pulang ke rumah masing-masing.
“cakka kenapa sih? Kok bisa pingsan tiba-tiba?” heran Sivia.
“mana gue tau. Mending kita ikut ke rumah sakit aja
deh..” jawab Shilla.
“eh Fy.. ada yang nyari lo tuh di depan.” Ucap Gabriel.
“hah? Siapa?” Bingung ify.
“gak tau.. dia pake jaket hitam..” jawab Gabriel. Entah
mengapa perasaan Rio langsung tidak enak. Ia merasa sesuatu yang buruk akan
terjadi pada Ify.
“siapa sih? Yaudah kalau kalian mau liat cakka pergi aja duluan.” Ujar ify. Lalu ia beranjak ke depan rumah cakka.
“yaudah deh. Yukk?!” ucap Alvin.
“eh bentar,. Ag, lo naik apa?” Tanya Shilla pada agni yang
sedari tadi hanya diam dengan tatapan mata datar.
“ehm gue naik taksi aja, Shill.” Jawab Agni pelan.
“bener? Lo gak apa-apa kan?” Tanya Sivia khawatir.
“emang gue kenapa?gua baik-baik aja kok.” Balas agni
dengan senyum yang dipaksakan.
“oke. yukk.. “ ucap
Gabriel. Mereka pun beranjak meninggalkan tempat itu. Kecuali Rio.
“Yo, lo gak ikut?” panggil Gabriel. Rio tersentak.
“lo duluan aja.. ntar gue nyusul kok.” Balas Rio sedikit
berteriak. Samar-samar Gabriel mengangguk.
Mereka pun segera ke rumah sakit. Sivia dan Alvin, Shilla
dengan Gabriel, sedangkan Agni naik taksi.
***
“siapa sih yang nyariin gua? Gak ada orang juga..” gumam ify sambil mengedarkan pandangannya di sekitar halaman rumah cakka. Tanpa ify sadari, ada seseorang di belakang Ify. Ia memakai jaket hitam, kacamata hitam.. serba hitam. Perlahan orang itu mendekati Ify dari belakang.
“siapa sih yang nyariin gua? Gak ada orang juga..” gumam ify sambil mengedarkan pandangannya di sekitar halaman rumah cakka. Tanpa ify sadari, ada seseorang di belakang Ify. Ia memakai jaket hitam, kacamata hitam.. serba hitam. Perlahan orang itu mendekati Ify dari belakang.
“hhhhhmmmhh..” ternyata orang itu membekap Ify. Bukan hanya
sekedar membekap Ify, tapi orang itu memakai obat yang bisa membuat seseorang
yang mencium aroma dari obat itu akan tak sadarkan diri. Selang tak berapa
lama, ify pingsan. Ia tak sadarkan diri. Lalu orang itu menyeret ify menuju
sebuah mobil Avanza hitam. Dan membawa Ify pergi dari sana..
“lho, itu kan ify?” gumam Rio yang samar-samar melihat ify
diseret oleh seseorang.
“bener kan dugaan gue! gue harus susul ify.” Tekad Rio
langsung berlari menuju cagivanya dan mengikuti mobil yang membawa –mungkin
menculik- Ify itu sebelum ketinggalan
jauh.
***
Cakka baru saja masuk ke ruang UGD. Dokter yang menangani Cakka sedang memeriksa keadaan Cakka. Sedangkan 2 orang suster membersihkan darah yang keluar dari hidung Cakka.cakka masih tidak sadarkan diri. Keadaannya sangat lemah saat ini.
Cakka baru saja masuk ke ruang UGD. Dokter yang menangani Cakka sedang memeriksa keadaan Cakka. Sedangkan 2 orang suster membersihkan darah yang keluar dari hidung Cakka.cakka masih tidak sadarkan diri. Keadaannya sangat lemah saat ini.
***
KLEK! Dokter yang menangani Cakka pun keluar. Sebut saja Dokter Chris.
KLEK! Dokter yang menangani Cakka pun keluar. Sebut saja Dokter Chris.
“dok, bagaimana keadaan Cakka? Dia baik-baik saja, kan?”
panik Mama Cakka.
“Kami belum bisa memastikan apa yang terjadi dengan Cakka.
Keadaannya masih lemah untuk saat ini. Darah yang keluar dari hidungnya sudah
berhenti..” jelas dokter chris.
“apa kami boleh melihatnya?” Tanya Aren.
“boleh, tetapi jangan sampai mengganggu istirahatnya..” Aren
mengangguk mengerti. Di belakangnya ada Mama dan Papanya.
“memangnya sakit Cakka parah, Dok?” Tanya Papa Cakka.
“Ibu dan bapak boleh ikut saya ke ruangan saya..” ucap
Dokter Chris lalu berjalan duluan. Mama dan Papa Cakka pun mengikuti dokter
Chris ke ruangannya.
Sedangkan Aren, Mama dan Papanya masuk ke ruang UGD untuk
melihat cakka.
Tampak Cakka dengan mata yang masih tertutup rapat.
Tangannya di tusuk (?) sebuah slang infuse..
“yampun kka..” lirih Aren tidak tega.
Tak lama, Alvin, Sivia, Gabriel, Shilla sampai di ruang UGD
–Cakka belum di pindahkan ke ruang rawat-
“Ren, gimana Cakka?” Tanya Shilla.
“masih belum sadar, Shill..” ucap Aren pelan. Air matanya
sudah membasahi wajahnya sejak tadi.
“Dokter bilang apa?” Tanya Gabriel.
“dokter belum tau pasti. Mama sama Papa Cakka lagi di
ruangan Dokter.” Gabriel manggut-manggut mengerti.
“eerrrrgghhss..” Cakka mengerang pelan. Sedikit demi sedikit
ia membuka matanya..lalu pandangannya menyapu keadaan sekitar.
“gue.. di..mana?” ujar Cakka lemah.
“lo di rumah sakit, kka. Tadi lo pingsan.” Jawab Gabriel
cepat.
“argh.. Agni.. Agni mana?” Tanya cakka sedikit berteriak.
Sontak semua saling berpandangan.
“mana Agni?” Tanya cakka lagi.
“Agni belum sampe, kka.bentar lagi juga sampe kok..” jawab Gabriel –lagi-
“gak.. telfon dia sekarang! Gue mau ngomong sama dia!”
bentak cakka.
“oke oke. Lo tenang.. gue telfon.” Ucap Sivia. Sivia menekan
beberapa digit angka nomor handphone Agni yang –mungkin- sudah di hafalnya di
luar kepala.
“ya, hallo?” suara
Agni terdengar dari sebrang sana..
“Ag, lo dimana? Cakka nanyain lo terus nih.” Ucap Sivia tergesa-gesa.
“dia nanyain gue? dia
udah sadar?” kaget Agni.
“udah, nih orangnya..” Sivia menyerahkan handphonenya padaa
Cakka. Cakka pun menerimanya.
“hallo Ag, lo ke sini dong. Gua mau ketemu sama lo.” Ucap
Cakka pelan.
“Cakka? Gimana keadaan
lo? Baik kan?” agni balik bertanya.
“baik.. gue gak apa-apa kok. Lo naik apa sih? Lama banget.”
Dengus Cakka. Semua menggeleng-gelengkan kepalanya melihat cakka –kecuali Aren-
“naik taksi. Agak
macet nih. Yaudah telfonnya gue tutup aja ya?”
“iya, bye..” Agni pun memutuskan sambugnan telfonnya. Cakka
“udah kan,kka?” cakka mengangguk puas.
“Thanks ya..” Mereka semua tersenyum.
***
“Cakka, lo kenapa sih? Kenapa bisa pingsan tiba-tiba gitu?” gumam agni. Ia sedang berada di taksi.. air matanya mulai mengalir.
“Cakka, lo kenapa sih? Kenapa bisa pingsan tiba-tiba gitu?” gumam agni. Ia sedang berada di taksi.. air matanya mulai mengalir.
“gue takut lo kenapa-napa. Dan gue harap lo baik-baik aja,
kka.” Lanjut Agni.
“neng, neng kenapa nangis?” Tanya sopir taksi yang heran
melihat Agni menangis.
Agni terlonjak lalu
menyeka air matanya. “ngga,, ga apa-apa kok Pak..” jawab Agni.
“lebih cepet dikit ya, Pak?” ujar Agni.
“iya neng..”
***
-Ruang Dokter Chris-
-Ruang Dokter Chris-
“silahkan duduk, Pak, Bu.” Mama dan Papa Cakka pun duduk di
kursi yang memang sudah tersedia disana.
“begini Bu. Menurut prediksi saya, eng… Cakka anak Bapak dan
Ibu terkena Leukimia.” Ucap Dokter Chris pelan.
“Leukimia? Serius dok?” kaget Mama dan Papa Cakka.
“kami juga belum memastikan kalau cakka memang positif
terkena Leukimia. Kecuali sudah ada hasil dari lab..” jelas Dokter. Mama dan
Papa Cakka menghela nafas pelan.
“lakukan saja Test Lab nya, Dok..” ujar Papa Cakka bijak.
Mama Cakka mengangguk setuju.
“baik, kami akan segera melakukannya.” Ujar Dokter Chris.
“boleh kami keluar?”
Tanya Papa Cakka.
“ya, silahkan Pak, Bu..” jawab Dokter Chris sopan.
“oh iya Pak,Bu. Sebaiknya soal ini jangan diberitahu ke
Cakka dulu. Takutnya Cakka tiba-tiba drop..” ucap Dokter. Mama dan Papa
Cakka mengangguk kemudian keluar dari
sana.
***
“Ify mau dibawa kemana ya? Siapa sih tuh orang?! Awas aja kalau dia sampe nyakitin Ify. Gue habisin lo! Gak bakalan gua kasih ampuun!” tekad Rio yang masih terus mengikuti Avanza hitam di depannya. Ia juga sedikit menjaga jarak dengan mobil itu agar tidak menimbulkan kecurigaan.
“Ify mau dibawa kemana ya? Siapa sih tuh orang?! Awas aja kalau dia sampe nyakitin Ify. Gue habisin lo! Gak bakalan gua kasih ampuun!” tekad Rio yang masih terus mengikuti Avanza hitam di depannya. Ia juga sedikit menjaga jarak dengan mobil itu agar tidak menimbulkan kecurigaan.
“astagaaa! Ini…. Ini kan mau kearah gedung SD gua dulu….”
Ucap Rio dalam hatinya. Kecemasannya terhadap ify semakin bertambah.
Tak lama, mobil Avanza yang menculik Ify itu pun sampai di
sebuah gedung SD yang memang sudah tidak terpakai lagi. Keadaannya tampak
sangat tak terurus.. bangunannya juga mulai hancur. Hanya tinggal lantai paling
bawah yang masih utuh.
Rio turun dari motornya, ia bersembunyi di balik semak-semak
di dekat sana. Matanya masih memperhatikan orang yang menculik Ify itu.
Ternyata, sudah ada 2 orang yang menunggu kedatangan orang yang menculik Ify. Ify pun dibawa masuk
ke dalam gedung itu..
“lho itu kan Dayat?” kaget Rio yang melihat diantara 2 orang
itu adalah Dayat.. Terlihat Dayat tertawa puas disana.
“sialan Dayat! Ternyata di balik sikap lo yang baik itu, lo
itu BUSUK! Fake!!” geram Rio. Ia mengambil handphonenya lalu menekan beberapa
digit angka yang memang sudah ia hafal. Gabriel.
TUT TUTT..
“Halloo. Ada apa Yo?.”
Sahut Gabriel dari ujung sana.
“Yel, cepetan kesini. Ify diculik!” ucap Rio cepat.
“Hah? Diculik? Dimana?” kaget Gabriel..
“di gedung SD kita dulu……………………”
TUT TUT TUT..
“arghss sial! Mati lagi nih hape..” ucap Rio kesal sambil
membuang handphonenya asal.
****
“lho kok mati, sih?” kesal Gabriel menatap layar
handphonenya.
“siapa yang diculik, Yel?” Tanya Shilla.
“Ify..”
“HAH? Kok bisa?” kaget Cakka yang mendengar pembicaraan
mereka.
“gue juga gak tau. Rio bilang, sekarang ify ada di gedung SD
kita dulu. Vin, kita harus kesana sekarang.” Jelas Gabriel cepat.
“yaudah,. Yuk..” ucap Alvin.
“Kita Ikut.” Kata Shilla dan Sivia serempak.
“heh lo berdua disini aja.” Cegah Alvin.
“tapi ify gimana?” khawatir Sivia.
“udah lo tenang aja deh. Gue jamin Ify maupun Rio bakal
baik-baik aja.” Ucap Gabriel mantap.
“yaudah. Hati-hati!” Gabriel dan Alvin mengangguk . lalu
mereka berdua segera menyusul Rio dan ify.
***
“Permisi mbak. Ruang Cakka Nuraga dimana ya?” Tanya Agni pada resepsionist di RS.Mediacitra dimana Cakka dirawat.
“Permisi mbak. Ruang Cakka Nuraga dimana ya?” Tanya Agni pada resepsionist di RS.Mediacitra dimana Cakka dirawat.
“Cakka Nuraga baru saja dipindahkan ke ruang rawat mbak.
Ruang Melati No.4..” jawab respsionist
itu.
“oh,makasih mbak.”
Agni pun segera menuju rang rawat Cakka.
Sesampainya di ruang rawat cakka, ia langsung masuk ke
dalam.
“permisi..” ucap Agni.
“Agni? Sini.. noh Cakka nungguin elo.” Ucap Shilla.
Agni pun berjalan mendekati Cakka..”hey kka, gimana kabar
lo?” Tanya Agni sambil tersenyum tipis.
“yah gini lah Ag. Kaya yang lo lihat.” Ucap cakka sambil
tersenyum
***
“Dev, main petak umpet nyok?!” ajak Ray pada Deva yang sedang asyik menikmati snacknya. Deva, Ray, dan Ozy sedang bersantai di rumah Deva –tepatnya di kolam renang belakang-
“Dev, main petak umpet nyok?!” ajak Ray pada Deva yang sedang asyik menikmati snacknya. Deva, Ray, dan Ozy sedang bersantai di rumah Deva –tepatnya di kolam renang belakang-
“petak umpet? Boleh juga tuh.” Sambut Deva semangat.
“walah Dev, udah kelas IX masih aja main petak umpet lo.” Cibir Ozy.
“yee elo zy. Coba elo deh yang diajak, lo mau kagak main
petak umpet?” Tanya Deva.
“mau sih..” jawab Ozy sambil menggaruk kepalanya yang
–mungkin- sama sekali tidak gatal.
“nyeehh -___-“
“hahaa.. jadi kagak nih main petak umpetnya?” Tanya ray.
“jadii..” ucap Dev-Zy serempak.
“yaudah, hompimpa dulu.”
“HOMPIMPA ALAIUM
GAMBRENG! NEK DEVA PAKE BAJU ROMBENG!” seru Ray dan Ozy semangat.
“eh kok gue jadi korban?” kata Deva tak terima.
“terima nasibmu, nak.” Cekikik Ray dan Ozy.
“wah Dev, kayanya ini bukan hari Hoki lo deh. Noh lo jaga.”
Ucap Ray.
“gue jaga? YES!”ucap Deva kesenangan, masih belum menyadari
apa yang dikatakan Ray. Sedetik kemudian…
“APA? GUE JAGA?” kaget Deva.
“iyaa..” jawab Ray dan Ozy kalem._.
“ah ogah guaa.. lo aja deh Zy.” Kata Deva pada Ozy.
“gue? bah tidak lah yaw..” balas Ozy dengan gaya yang
sedikit mirip dengan banci -_-vv
“lo deh Ray…” ucap Deva pada Ray.
“gue? no no no! It’s Impossible bro..” balas Ray sok.
“halah gaya lo tuh.. rempong!” toyor Deva. Ray meringis.
“lo noyor sembarangan deh, Dev. Gue toyor juga tuh kepala lo
yang bonyok.” Ancam Ray.
“eh eh jangan. Ntar gue amnesia lagi..” cegah Deva.
“HAHAHAHA..” mereka bertiga kompak tertawa.
“eh kapan main nya nih? Dev, pasrah aja deh lo yang jagaa
..” ucap Ozy.
“gue ni? Okeoke berhubung gue ganteng kece badai tiada tara,
gue mau deh..”
“gak mulai gajenya deh lo, Dev..” ucap Ray. Deva
menyeringai..
Deva pun mengambil posisi di tembok belakang.
“gue hitung sampe 287 yeee?” ucap Deva ngawur.
“woy Dev. Lo ngitung sampe 100 aja belum bener. Mau
sok-sokan sampe dua ratus lapan puluh tujuh..” cibir Ray.
“ah iya, gue lupa Ray..” balas Deva watados.
“yaudah cepetan. Gue hitung sampe 10 nih..” Deva mulai menghitung..
“SATU..”
“Ray, kita sembunyi dimana nih?” bingung Ozy.
“DUA..”
“eng dimana yak? Ah disini aja.” Kata Ray menunjuk sebuah
pot yang cukup besar.
“TIGA..”
“boleh juga tuh..” Ray dan Ozy pun bersembunyi di balik pot
besar itu yang letaknya cukup jauh dari Deva.
“LIMA..”
“TUJUH..”
“sialan si Deva! Curang banget!” gumam Ray.
“asem banget si Deva..” lanjut Ozy.
“SEMBILAN..”
“SEPULUH!! TIME OUT!” ucap Deva lalu berbalik. Dilihatnya
keadaan sekitar,. Sepi.
“eh tadi gua ngitung aneh banget yak? Masa loncat-loncat
gitu?” bingung Deva.
“ah bodolah.. kan itu rata-rata bilangan prima (?) di
pelajaran matematika. Ahh I lopelope You Math.” Cengir Deva gaje.
“terus tuh ya, gue paliiiiiing suka pelajaran Matematika yang bagian listrik (?) itu. Haha
seru mameenn..” lanjut Deva yang sama sekali tidak nyambung, masih
cengar-cengir.
“Ray, temen lu gila kali ya? Masa cengar-cengir gaje gitu?”
bisik Ozy.
“yee… temen lu juga kale bukan Cuma temen guaa..” balas Ray
dengan volume suara yang kecil.
“eh kayanya itu suara mereka deh.” Gumam Deva yang mendengar
suara Ray dan Ozy.
“gue kerjain ah..” Ide jail di otak Deva pun muncul.
“aduuhh Ray sama Ozy mana sih? Kok gak muncul-muncul?” ucap
Deva dengan volume suara besar.
“ahh bego lo dev. Seharusnya kan elo yang nyari..Bukan
nunggu mereka muncul.” Lanjut Deva masih dengan volume suara yang sama.
“eh Tapi tapii nih yaa. Kalau ada OLIVIA dan ACHA mereka
bakal keluar gak sih?” ucap Deva lagi dengan sedikit di tekan pada kata
‘OLIVIA’ dan ‘ACHA’
“MANA ACHA?”
“MANA OLIV?” tiba-tiba secara serentak Ray dan Ozy keluar
dari tempat persembunyian dan langsung berlari tanpa memperhatikan jalan….
BYURRR!! Ray dan Ozy terjatuh ke dalam kolam renang.
“HUAKAKKKAKAKKK.. Kena lo berdua. Eleuh-eleuh ketahuan lo
berdua suka sama Oliv dan Acha. HAHA..”
Deva tertawa puas.
“sialan si Deva. Dikerjain kita Zy..” sungut Ray yang
seluruh badannya basah kuyup. Mereka berdua –Ray Ozy- pun ke tepi kolam. Lalu
perlahan naik..
“Iya Ray. Aduuh kenapa bisa sih kita di begoin sama si belo
satu ini. Ckckck..” decak Ozy kesal.
“heh apa lo bilang? Enak banget elo ngatain gua belo..” ucap
Deva tak terima.
“kenyataan lagi, Dev.” Celetuk Ray.
“kasian banget lo berdua jatuh ke kolam. Wkwkwk..” Tawa
deva.
“liat pembalasan gua,
Dev.” Sungut Ozy.
“whahaha gak takut tuh :p.” Deva menjulurkan lidahnya yang
semakin membuat ray dan Ozy kesal.
“udah ah gue mau pulang dulu..udah mau malem ini.” Ucap ray
seraya melangkahkan kakinya keluar.
“yoi. Hati-hati lo berdua..”
balas Deva sambil cekikikan.
“Ray, untung aja lo bawa mobil. Nah kalo nggak? Hueee malu
mampus dah kita..” cerocos Ozy.
“Yap. Hahahhaaa..”
***
“aduh Gabriel lama banget deh. Ck..” decak Rio kesal.
“aduh Gabriel lama banget deh. Ck..” decak Rio kesal.
“Hape gue bener-bener gak friendly ya. Gua rendem di air
asin nyaho lo!” lanjut Rio sambil menatap Handphonenya yang sudah tepar di
tanah tak berdaya..
“gak ada pilihan lain, gue harus masuk ke sana. Sebelum Ify diapa-apain sama Dayat.” Tekad
Rio. Ia pun mengambil keputusan, yaitu masuk ke dalam dengan tujuan
menyelamatkan Ify *eaa._.
***
Ify duduk di sebuah bangku yang sudah rusak. Tangannya diikat oleh tali, mulutnya dilakban.. Di kanan dan Kirinya sudah ada Sion dan Goldi –anak buah Dayat- yang menjaga Ify agar tidak melarikan diri.
tanpa Sion dan Dayat ketahui, Ify sudah sadar dari tadi. Tetapi ia tetap memejamkan matanya untuk mengelabui mereka berdua.
Ify duduk di sebuah bangku yang sudah rusak. Tangannya diikat oleh tali, mulutnya dilakban.. Di kanan dan Kirinya sudah ada Sion dan Goldi –anak buah Dayat- yang menjaga Ify agar tidak melarikan diri.
tanpa Sion dan Dayat ketahui, Ify sudah sadar dari tadi. Tetapi ia tetap memejamkan matanya untuk mengelabui mereka berdua.
“HAHHAA kerja bagus, Di. Lo bisa bawa dia kesini..” tawa
Dayat membahana di ruangan itu. Ruangan yang cukup menyesakkan, karena tidak
ada satupun ventilasi udara, yang ada hanyalah sebuah jendela kecil disana.
“yoa bos. Nihh cewe mau kita apain?” Tanya Goldi.
“hmmm diapain yah enaknya?” Dayat mendekati Ify. Ify hanya
bisa menggigit bibirnya dalam diam.
“ehm kita siksa aja, bos!” celetuk Sion.
“siksa? Ide bagus!” ucap Sion lalu tersenyum miring.
“hey nona manis, sebenarnya lo udah sadar dari tadi kan?
Haha.. lo emang bisa bohongin mereka berdua, tapi nggak dengan gue.” tawa Dayat
–lagi-
Perlahan Ify membuka matanya.. dilihatnya Dayat yang berada
di depannya. “hhmmmhhhmmm.” Ronta Ify.
“lo mau ngomong? Mau ngomong apa sayang?” Dayat menjawil
dagu Ify. Namun dengan cepat Ify memalingkan wajahnya.
“hhhhmmmmhmm..” Ify kembali meronta-ronta.
“gue kasih lo buat ngomong sayang.. nih gue lepasin lakban
lo.” Lantas Dayat dengan kasar melepas lakban itu dari mulut Ify yang otomatis
membuat ify meringis kesakitan.
“awww..” rintih ify pelan.
“sakit ya sayaaang?” Dayat menarik rambut Ify..
“aaaaaaarrgghhh..” teriak ify kesakitan.
“kenapa? Kurang kuat sayaang?” Dayat semakin gencar menarik
rambut Ify. Membuat ify kesakitan dan meronta-ronta. Bulir-bulir air mata pun
sudah mulai berjatuhan di pipi Ify.
“aarggghss! Sakittt.. lepasin gueeee..” ronta Ify kesakitan.
“oke gue lepasin.” Dayat pun melepaskan tangannya dari
rambut Ify.
“nah, sekarang gue mau lo jadi pacar gue!” tegas Dayat. Ify
melotot lalu menggelengkan kepalanya kuat-kuat.
“gak! Gue gak mau!” tolak Ify kasar.
“kenapa? Apa kurangnya gue bagi elo?!” Tanya Dayat sedikit
berteriak.
“lo jahat! Ternyata lo itu gak seperti yang gue pikir!”
bentak Ify.
“HAHHAA tapi inilah gue. ini lah diri gue.. dan lo! Lo harus
jadi pacar gue!” Dayat kembali menarik rambut Ify dengan sadisnya.
“aaaaaarrghh. Gak! Sampai kapanpun gue gak akan pernah mau jadi pacar elo!”
tegas ify. Air matanya mengucur dengan deras.
“Trus sebenarnya lo suka sama siapa? Sampai elo berani nolak
gue?!” Tanya Dayat menatap Ify tajam.
“gue….. gue…”
“JAWAB!” bentak Dayat.
“GUE SUKA SAMA RIO! PUAS LO!” bentak ify keras..
BRAKKKK!!!
Bersambung……